• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Pengmbangan III (Penutup)

Dalam dokumen Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (Halaman 32-40)

 Judul kegiatan: Puisi “bulan”

 Pengelolaan kelas:

3. Penataan ruang: Posisi kursi dan meja anak seperti biasa

4. Pengorganisasian: anak-anak berdiri di samping mejanya masing-masing.

 Langkah –langkah Perbaikan 5. Guru meminta anak berdiri.

6. Guru mmberi contoh puisi.

7. Guru minta anak puisi bersama-sama.

8. Guru memberi reward.

c. Data Hasil Pengamatan Perbaikan dari siklus 2

Tabel 4.5 Lembar Hasil Observasi anak pada siklus ke 2

No Nama Penilaian Perkembangan Anaka

BB MB BSH BSB

1 Adza Haura Ameli 

2 Alifa Maulani Sidiq 

3 Andrea Wilson 

4 Dhimas Aditia 

5 Fatimah Najwab 

6 Firdaus Agustiariadi 

7 Khalisa Agustina 

8 M. Fadlan Al-Ghifari Muslim 

9 M. Faris Zainummutaqqin 

10 M. Hisyam 

11 M. Syafiq Ashabi 

12 M. Brata 

13 Mutiara Rahmanda 

14 Najla Eka Nabila 

15 Naura Aleyka 

16 Raisya Aini Nurfaiza 

17 Raival Pratama Suwandi 

18 Rizki M. Ibrahim 

19 Tanissa Nauredina 

20 Sherin Nuraini 

21 Shofia Afifatunnisa 

Ket: BB = Belum berkembang MB = Mulai berkembang

BSH = Berkembang sesuai harapan BSB = Berkebang sangat baik

Tabel 4.6 Perolehan Hasil Perbaikan Pembelajaran pada Siklus 2 No Skor Kemampuan Frekuensi Persentase (%)

1. BB - -

2. MB 2 9,5

3. BSH 18 85,7

4. BSB 1 4,8

Dari table siklus ke dua perbaikan-perbaikan terjadi peningkatan yang signifikan sehingga pada akhir perbaikan mengalami peningkatan sehingga anak yang disiplinnya berkembang hingga mencapai 85%.

d. Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pengembangan perbaikan proses pembelajaran pada siklus kedua ini, peneliti meninjau ulang apa saja kelemahan dan kekeuatan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kekuatan dan kelemahan ini berdasarkan masukan yang diberikan oleh penilai satu dan penilai dua.

Hal refleksi dan scenario perbaikan RKH 1 sampai RKH 5 adalah sebagai berikut:

1. Refleksi scenario perbaikan RKH 1

Pada pelaksanaan perbaikan RKH 1 pada siklus kedua ini, menurut hasil pengamatan dari supervisor 2 kegiatan yang dilakukan yaitu

permainan menyusun gambar dari yang terkecil sampai terbesar secara bertahap sudah dapat difahami anak, anak pun sudah mulai faham apa yang diperintahkan oleh guru, mereka dapat mengikuti permainan dengan disiplin walaupun baru beberapa persen dapat melaksanakan, tindakan perbaikan yang saya lakukan mengulang permainan sehingga anak dapat disiplin dalam menyelesaikan tugasnya.

2. Refleksi scenario perbaikan RKH 2

Pada proses pembelajaran hari ke 2 peneliti mengevaluasi pembelajaran yang sudah diberikan dengan bermain menyusun gambar dari yang terbesar sampai terkecil dengan tepat secara individu, namun ada anak yanfg harus mengerjakan menyusun gambarnya cengan bimbingan guru sehingga guru harus memberikan motivasi lebih kepada anak tersebut.

3. Refleksi scenario perbaikan RKH 3

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran pada RKH sebelumnya maka pertemuan ke 3 di siklus kedua ini peneliti mengenalkan bermain menyusun kepingan puzzle menjadi bentuk utuh dengan cepat, sehingga anak tidak merasa jenuh dengan materi yang diberika, masukan dari penilai untuk memberikan permainan memasangkan benda sesuai dengan pasangannya.

4. Refleksi scenario perbaikan RKH 4

Kegiatan hari ke 4 peneliti mengenalkan permainan memasangkan benda sesuai dengan pasangannya secara cermat, sesuai masukan dari penilai, permainan dimulai dengan memasangkan benda sesuai dengan pasangannya dengan cermat, tugas ini peneliti dapat mengevaluasi anak yang sudah mampu dan belum mampu secara cermat.

5. Refleksi scenario perbaikan RKH 5

Pada RKH 5 peneliti mengawali dengan pengenalan permainan tebak kata secara tepat, cepat dan cermat, menurut penilai sudah dapat terlihat keberhasilan yang signifikan Karena 85 % anak sudah mampu disiplin dalam menyelesaikan tugas sesuai yang diharapkan.

Setelah melaksanakan proses perbaikan pengembagan yang dilakukan sebanyak dua siklus dengan sepuluh kali pertemuan maka dapat disimpulkan:

Kekuatan diri:

Dalam proses kegiatan pembelajaran pada siklus dua ini didapatkan hasil yang lebih baik dari siklus satu yaitu 85% anak sudah dapat disiplin dalam menyelesaikan tugasnya dan mengikuti pembelajaran dengan gembira, keberhasilan dikarenakan proses pembelajaran pda siklus dua ini peneliti telah berhasil memilih metode dan strategi yang tepat dalam pembelajaran kelompok B melalui permainan yang disesuaikan dengan dunia anak sehingga anak dapat mengikuti pembelajaran dengan senang karena merasa sedang bermain.

Kelemahan diri:

Kekurangan yang terlihat pada perbaikan pembelajaran ini, berdasarkan masukan dari penilai satu dsn penilai dua peneliti kurang memberikan waktu yang cukup dalam melaksanakan permainan terutama permainan yang menuntut kerjasama antara anak yang satu dengan anak yang lainnya atau permainan kelompok dilksanakan sedikit tergesa-gesa sehingga ada anak yang merasa kurang puas melaksanakan kegiatan, namun demikian secara keseluruhan proses perbaikan ini berhasil walau tidak sampai 100%.

B. Pembahasan Hasil penelitian Perbaikan Kegiatan Pengembangan

Dalam kamus bahas Indonesia bermain diartikan sebagai melakukan sesuatu untuk bersenang-senang, bermain merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi anak, bermain mempunyai manfaat yang besar bagi anak, dengan bermain anak memperoleh pengalaman belajar yang sangat berguna, anak memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesame teman, menambah perbendaharaan kata dan dapat menyalurkan perasaan-perasaan tertekan. Aristoteles berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang mereka tekuni

dimasa dewasa nanti. Frobel lebih menekankan pentingnya bermain dalam belajar karena berdasarkannya sebagai guru, dia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan pengetahuan mereka. Jadi Aristoteles dan Frobel menganggap bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis. Artinya, bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu bagi anak, namun pada masa tersebut, teori psikologi perkembangan anak belum mempunyai sistematika yang teratur, akibatnya apa yang dikemukakan Frobel bahwa bermain dapat meningkatkan minat,kapasitas serta pengetahuan anaksulit dibuktikan. Herbert spenser di dalam bukunya principles of psychology pertengahan abad 19 (dalam millar,19720 mengemukakan bahwa kegiatan bermain seperti berlari, melompat berguling yang menjadi cirri khas kegiatan anak kecil.

Seorang pendidik Anak Usia Dini dapat memunculkan gagasan tentang cara memanfaatkan kegiatan bermain untuk mengembangkan bermacam- macamaspek perkembangan anka diantaranya aspek fisik, ketika bermain anak melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh dan membuat tubuh anak menjadi sehat, aspek motorik, mulai dari usia satu tahun anak senag memainkan pensil, usia dua tahun anak sudah dapat membuat coretan benang kusut,usia tiga tahun berhasil membuat garis lengkung, usia empat sampai lima tahun mulai belajar membuat bentuk untuk itu secar atidak langsung anak melakuka gerakan-gerakan motorik halus, aspek soaial dengan teman sepermainan yang sebaya usianya, anak akan berbagi hakl milik,menggunakan mainan secar bergiliran, mencari pemecahan masalah, disini anak belajar tentang system nilai, kebiasaan dan standar moral.

Pendidik dapat menggunakan bermain sebagai alat untuk melakukan pengamatan dan penilaian atau suatu evaluasi terhadap ank, bermain pun dapat digunakan pendidik untuk membina hubungan dengan anak, Karena selama bermain suasana bebas maka anak tidak takut untuk bermain.

Berdasarkan uraian di atas maka pendidik usia dini harus dapat mengupayakan berbagai strategi pengembangan belajar yang dapat mengembangkan kemampuan semua aspek pengembangan anak, yang disesuaikan dengan individu anak yang berbeda dan memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usianya. Hal ini dapat terlihat pada hasil pengamatan terhadap kegiatan pengembangan yang dilakukan pada kelompok B di RA Baiturrahman yang berjumlah 21 orang dimana terdapat masalah pada kemampuan disiplin menyelesaikan tugas dari hasil identifikasi masalah 70% anak kelompok B belum disiplin dalam menyelesaikan tugasnya. Hal tesebut menjadi bahan pemikiran peneliti dan menjadi masalah untuk dicarikan solusinya. Maka setelah diketahui masalahnya, peneliti merancang perbaikan pembelajaran dimulai dengan perencanaan, penyusunan rencana kegiatan mingguan sampai rencana kegiatan harian yang difokuskan pada perbaikan disiplin dalam menyelesaikan tugas dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Setelah perencanaan selesai maka dilaksanakan pelaksanaan perbaikan dimulai dari siklus satu dengan RKH dengan metode permainan, ternyata didapat hasil yang signifikan dimana ada perkembangan yang pada awalnya 70% anak belum disiplin. Namun Alhamdulillah setelah dilakukan perbaikan 85% anak mampu disiplin dalam menyelesaikan tugasnya, hal tersebut dikarenakan adanya perubahan dalam berbagai macam factor pembelajaran seperti halnya penggunaan strategi belajar melalui bermain aktif yang dilaksanakan secara sendiri maupun kelompok.

Diliha dari hasil observasi pada siklus satu kemampuan anak dalam disiplin mulai terlihat ada peningkatan yang pada awalnya 4,8%

meningkat menjadi 71,4% pada akhir siklus, pada siklus kedua pun terlihat keberhasilan meningkat pada awal siklus keberhasilan mencapai 48% dan pada akhir siklus mencapai 85 % hal ini bisa dicapai atas pemanfaatan metode pembelajaran dengan tepat terlihat dari semangatnya anak-anak dalam mengikuti pembelajaran dan hasil yang dicapai. Selain itu pencapaian ini dapat berhasil dikarenakan secara keseluruhan pada saat

kegiatan pembelajaran guru guru menunjukan kemampuannya dengan baik dan sesuai dengan scenario yang telah di rancang.

4.Perbandingan siklus1 dan siklus 2 N

o

Skor Kemampuan

Frekuensi Persentase(%) Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2

1. BB 1 - 4,8 -

2. MB 2 1 9,5 4,8

3. BSB 3 2 14,3 9,5

4. BSH 15 18 71,4 85,7

Pada Tabel Perbandingan antara siklus satu dengan siklus dua anak sudah disiplin berkembang sesuai harapan yang pada siklus satu 71,4% disiklus kedua menjadi 85,4%

V.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya meningkatkan kemampuan disiplin dalam menyelesaikan tugas melalui metode bermain pada kelompok B di RA Baiturrahman dapat disimpiulkan sebagai berikut:

1. Rencana upaya peningkatan kemampuan disiplin dalam menyelesaikan tugas melalui metode bermain dapat dilakukan

a. Pembuatan RKH dengan menentukan Tema, memilih metode yang tepat, media yang sesuai dan alat evaluasi

b. Menentukan langkah-langkah perbaikan c. Membuat scenario perbaikan

2. Pelaksanaan upaya meningkatkan kemampuan disiplin dalam menyelesaikan tugas melalui metode bermain dapat dilakukan melalui:

a. Prosedur kegiatan pengembangan siklus 1 dan 2 b. Pelaksanaan kegiatan diamati oleh penilai

c. Melakukan repleksi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan

3.Hasil penerapan pada siklus pertama yaitu 30 % untuk kategori tidak mampu dan 70 % kategori mampu, sedangkan pada siklus kedua yaitu 15 % untuk kategori tidak mampu dan 85 % kategori mampu.Dengan demikian terdapat peningkatan yang signifikan.

Dalam dokumen Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (Halaman 32-40)

Dokumen terkait