• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan untuk Mencapai Sekolah Sehat

Kelas IV Kelas IV

G. Gerakan Sekolah Sehat

2. Kegiatan untuk Mencapai Sekolah Sehat

Untuk menuju sekolah sehat perlu dilakukan kegiatan dalam bentuk pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.

a. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui:

1) Kegiatan Kurikuler

Kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran, sesuai kurikulum yang berlaku untuk setiap jenjang pendidikan dan dapat diintegrasikan ke semua mata pelajaran khususnya Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.

Pelaksanaan pendidikan kesehatan dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, penanaman kebiasaan hidup sehat, terutama melalui pemahaman konsep yang berkaitan dengan prinsip hidup sehat, mencakup:

 Memahami pola makanan sehat;

 Memahami perlunya keseimbangan gizi;

 Memahami berbagai penyakit menular seksual;

 Mengenal bahaya seks bebas;

 Memahami berbagai penyakit menular yang bersumber dari lingkungan yang tidak sehat;

 Mengenal bahaya merokok bagi kesehatan;

 Mengenal bahaya minuman keras;

 Mengenal bahaya penyalahgunaan narkoba;

 Mengenal cara menolak ajakan menggunakan narkoba;

 Mengenal cara menolak perlakuan pelecehan seksual.

b. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan kepada siswa dan lingkungannya. Adapun tujuan dari pelayanan kesehatan adalah :

1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat.

2) Meningkatkan daya tahan tubuh siswa terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan, dan cacat.

3) Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit, kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan siswa yang cedera/cacat agar dapat berfungsi secara optimal.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan terkait pelayanan kesehatan sekolah, antara lain meliputi:

1) Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan.

2) Pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit.

3) Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan siswa yang cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal.

Untuk memaksimalkan kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan pendekatan dan metode yang tepat, strategis, efektif, dan efisien. Untuk pendekatan pelayanan kesehatan dapat dikelompokan menjadi tiga pendekatan, yakni:

1) Pendekatan yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah perorangan, antara lain pencarian, pemeriksaan, dan pengobatan penderita.

2) Pendekatan yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah lingkungan di sekolah, khususnya masalah lingkungan yang tidak mendukung tercapainya derajat kesehatan optimal.

3) Pendekatan yang ditujukan untuk membentuk perilaku hidup sehat masyarakat sekolah.

Sedangkan, untuk metode pelayanan kesehatan, setidaknya ada 5 (lima) metode yang dapat digunakan, yakni:

1) Penataran/pelatihan

2) Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus (konseling) 3) Penyuluhan kesehatan

4) Pemeriksaan langsung 5) Pengamatan (observasi).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat dilakukan di dua tempat, yaitu sekolah dan puskesmas. Pemilihan kedua tempat ini, selain representatif juga mudah dijangkau oleh siapa saja dan di daerah manapun ia berada. Untuk daerah-daerah yang belum memiliki Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara

maksimal di sekolah ataupun balai-balai pertemuan warga dengan mem- perhatikan faktor tenaga dan lingkungan.

Pada prinsipinya petugas pelayanan kesehatan haruslah dilakukan oleh orang yang ahli (profesional) yang memiliki pengetahuan dan letigimasi hukum atas profesinya, seperti dokter, tenaga medis lainnya.

Hanya saja untuk upaya pencegahan (preventif), petugas kesehatan di sekolah dapat dilakukan oleh warga sekolah, dengan memperhatikan hal- hal berikut:

1) Guru ataupun tenaga kependidikan, bahkan siswa yang telah memperoleh pendidikan tambahan melalui bimbingan/penataran dari petugas Puskesmas.

2) Warga sekitar sekolah yang memiliki pengetahuan dan keahlian tentang ilmu kesehatan. Keberadaan petugas kesehatan dari warga sekitar sekolah terutama diperuntukan untuk sekolah-sekolah di daerah-daerah terpencil, terisolasi, terdepan, dan terbelakang. Hanya saja, jadwal penugasannya diserahkan kepada kesepakatan kedua belah pihak, bahkan mungkin keberadaan petugas tersebut di sekolah hanya ketika dia dibutuhkan.

3) Petugas Puskesmas itu sendiri, yang mana dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan secara terpadu (antara kepala sekolah, guru yang ditugaskan, dan petugas puskesmas).

Sementara itu, untuk pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas dikhususkan bagi siswa yang dirujuk dari sekolah akibat sekolah tidak mampu menangani kasus siswa tersebut. Lantas, apakah syarat siswa yang dirujuk? Sekurang-kurangnya ada dua syarat, yakni:

1) Siswa sakit yang tidak dapat mengikuti pelajaran, dan bila masih memungkinkan segera disuruh pulang dengan membawa surat pengantar dan buku/kartu rujukan agar dibawa orang tuanya ke Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk.

2) Siswa cedera/sakit yang tidak memungkinkan disuruh pulang dan segera membutuhkan pertolongan secepatnya, agar dibawa ke Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan. Setelah itu agar segera diberitahukan kepada orang tuanya untuk datang ke Puskesmas ataupun sarana pelayanan kesehatan tersebut.

Untuk memudahkan pelayanan kesehatan siswa yang dirujuk, sebaiknya pihak sekolah dan Puskesmas ataupun sarana pelayanan kesehatan lainnya melakukan kerjasama, terutama terkait dengan kesepakatan pembiayaan siswa ataupun warga sekolah yang dirujuk di Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya. Sekolah sebaiknya mengupayakan dana Sekolah Sehat untuk pembiayaan yang diperlukan agar masalah pembiayaan tidak menghambat pelayanan pengobatan yang diberikan. Setelah itu, setiap siswa (warga sekolah) harus memiliki buku/kartu rujukan sesuai tingkat pelayanan kesehatan.

Dengan demikian, fungsi Puskesmas ataupun sarana pelayanan kesehatan lainnya terkait program Sekolah Sehat adalah melaksanakan kegiatan pembinaan kesehatan, yang meliputi:

Memberikan pencegahan terhadap sesuatu penyakit dengan immuniasi dan lainnya yang dianggap perlu;

1) Merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang berhubungan dengan peserta siswa (kepala sekolah, guru, orang tua/komite sekolah siswa dan lain-lain);

2) Memberikan bimbingan teknis medik kepada kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, alumnus UKS, siswa dalam melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah;

3) Memberikan penyuluhan tentang kesehatan pada umumnya dan Sekolah Sehat pada khususnya kepada kepala sekolah, guru, dan pihak lain dalam rangka meningkatkan peran serta dalam pelaksanaan Sekolah Sehat;

4) Memberikan pelatihan/penataran kepada guru Sekolah Sehat dan kader Sekolah Sehat (Dokter Kecil dan Kader Kesehatan Remaja);

5) Melakukan penjaringan dan pemeriksaan berkala serta perujukan terhadap kasus-kasus tertentu yang memerlukannya;

6) Memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseling;

7) Menginformasikan kepada kepala sekolah tentang derajat kesehatan dan tingkat kesegaran jasmani siswa dan cara peningkatannya;

8) Menginformasikan secara teratur kepada Tim Pembina Sekolah Sehat setempat meliputi segala kegiatan pembinaan kesehatan dan permasalahan yang dialami.

c. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

Lingkungan Sekolah Sehat adalah suatu kondisi lingkungan sekolah yang dapat mendukung tumbuh kembang siswa secara optimal serta membentuk perilaku hidup sehat dan terhidar dari pengaruh negatif.

Oleh karena itu, pembinaan lingkungan sekolah sehat adalah usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang dapat mendukung proses pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilaksanakan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

Mengingat waktu yang tersedia terbatas pada kegiatan kurikuler, maka kegiatan pembinaan lingkungan sekolah sehat lebih banyak diharapkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menunjang pembinaan lingkungan sekolah sehat antara lain:

1) Lomba Sekolah Sehat, lomba kebersihan antar kelas;

2) Menggambar/melukis;

3) Mengarang;

4) Menyanyi;

5) Kerja bakti;

6) Pembinaan kebersihan lingkungan, mencakup pemberantasan sumber penularan penyakit dan lain-lain.

Lingkungan sekolah sendiri dapat dibedakan menjadi dua yakni lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik. Pertama, lingkungan fisik adalah lingkungan yang dapat dilihat secara kasat mata yang meliputi: ruang kelas, ruang sekolah sehat, ruang laboratorium, kantin sekolah, sarana olahraga, ruang kepala sekolah/guru, pencahayaan, ventilasi, WC, kamar mandi, kebisingan, kepadatan, sarana air bersih dan sanitasi, halaman, jarak papan tulis, vektor penyakit, meja, kursi, sarana ibadah, dan sebagainya. Lingkungan fisik ini dapat dikatakan sehat, jika lingkungan tersebut selalu rapi, bersih, dan higenis. Kedua, lingkungan non fisik adalah lingkungan/suasana yang tidak bisa dilihat oleh mata namun dirasakan dampaknya. Lingkungan non fisik yang memenuhi standar sehat, meliputi: perilaku membuang sampah pada tempatnya, perilaku mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir, perilaku memilih makanan jajanan yang sehat, perilaku tidak merokok, pembinaan masyarakat sekitar sekolah, bebas jentik nyamuk dan sebagainya.

Intervensi. Intervensi terhadap faktor risiko lingkungan dan perilaku pada prinsipnya meliputi tiga kegiatan yaitu penyuluhan, perbaikan sarana dan pengendalian.

1) Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan oleh pihak sekolah sendiri atau dari pihak luar yang diperlukan.

2) Perbaikan sarana Bila dari hasil identifikasi dan penilaian faktor risiko lingkungan ditemukan kondisi yang tidak sesuai dengan standar teknis maka segera dilakukan perbaikan.

3) Pengendalian. Untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan di sekolah, upaya pengendalian faktor risiko disesuaikan dengan kondisi yang ada, antara lain sebagai berikut;

Dokumen terkait