• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP Berisi Simpulan dan saran

2.1 Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Menurut federasi obstretrik ginekologi internasional, kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Prawiraharjo, 2014) Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu kehamilan trimester I dari 0-14 minggu, kehamilan trimester II mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester III di mulai 28-42 minggu.

(Yuli, 2017)

b. Fisiologi Kehamilan

Bertemunya sel sperma laki-laki dan sel ovum matang dari wanita yang kemudian terjadi pembuahan, proses inilah yang mengawali suatu kehamilan.

Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio pada dinding rahim, hingga plasentasi / pembentukan plasenta. Dalam proses pembuahan, dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur dan sel sperma. Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita, saat terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu sel telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai–rumbai (microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran telur (tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu sel telur setiap bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoa) masuk kedalam rongga rahim melalui saluran telur

untuk mencari

sel telur yang akan di buahi dan pada akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur. (Holmes, 2011)

1) Sel Telur (ovum)

Sel telur berada di dalam indung telur atau ovarium. Sel telur atau ovum merupakan bagian terpenting di dalam indung telur atau ovarium wanita.

Setiap bulannya 1-2 ovum dilepaskan oleh indung telur melalui peristiwa yang disebut ovulasi. Ovum dapat dibuahi apabila sudah melewati proses oogenesis yaitu proses pembentukan dan perkembangan sel telur didalam ovarium dengan waktu hidup 24-48 jam setelah ovulasi, sedangkan pada pria melalui proses spermatogenesis yaitu keseluruhan proses dalam memproduksi sperma matang. Sel telur mempunyai lapisan pelindung berupa sel-sel granulose dan zona pellusida yang harus di tembus oleh sperma untuk dapat terjadi suatu kehamilan. (Megasari, 2015). Ovarium terbagi menjadi dua yaitu sebelah kiri dan kanan, didalamnya terdapat follicel primary (folikel ovarium yang belum matang) sekitar 100.000.

(Sunarti, 2013). Ovarium berfungsi mengeluarkan sel telur/ ovum setiap bulan, dan menghasilkan hormon estrogen dan progesterone.

Gambar 2.1 Letak dan Gambaran Potongan Melintang Ovarium

Sumber : Karisma-woman dan education, 2017

Ovarium terletak di dalam daerah rongga perut (cavitas peritonealis) pada cekungan kecil di dinding posterior ligamentum latum/ ligamen yang melekat pada kedua sisi uterus, dengan ukuran 3cm x 2cm x 1cm dan

beratnya 5-8 gram. (Megasari, 2015). Didalam ovarium terjadi siklus perkembangan folikel, mulai dari folikel yang belum matang /folikel primordial menjadi folikel yang sudah masak/ matang (follicel de graff).

Pada siklus haid, folikel yang sudah matang akan pecah menjadi suatu korpus yang disebut corpus rubrum yang mengeluarkan hormon esterogen, saat hormon LH (luteinizing hormone) meningkat sebagai sebagai reaksi tubuh akibat naiknya kadar esterogen yang disebut dengan corpus luteum / massa jaringan kuning di ovarium yang akan menghambat kerja hormon FSH (follicel stimulating hormone) dengan menghasilkan hormon progesteron dan berdegenerasi, jika tidak terjadi pembuahan corpus ini akan berubah menjadi corpus albican/ badan putih dan siklus baru pun dimulai. (Holmes, 2011)

2) Sel Sperma (spermatozoa)

Sperma mempunyai bentuk/ susunan yang sempurna yaitu kepala berbentuk lonjong agak gopeng berisi inti (nucleus), diliputi oleh akrosom dan membran plasma. Leher sperma menghubungkan kepala dan bagian tengah sperma. Ekor sperma mempunyai panjang kurang lebih 10 kali bagian kepala dan dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.

Gambar 2.2 Proses Pembentukan Sel Sperma

Sember: http://jatim.bkkbn.go.id. proses-pembentukan-sperma, 2017

Sama halnya ovum yang melalui proses pematangan, sperma juga melalui proses pematangan (spermatogenesis) yang berlangsung di tubulus seminiferus testis. Meskipun begitu terdapat perbedaanya yang jelas yaitu

setelah melalui proses penggandaan/ replikasi DNA dan pembelahan sel dengan jumlah kromosom yang sama (mitosis) serta proses

pembelahan sel dengan pengurangan materi ginetik pada sel anak yang dihasilkan (meiosis) yaitu untuk satu oogonium diploid menghasilkan satu ovum haploid matur/ matang sedangkan untuk satu spermatogonium diploid menghasilkan empat spermatozoa haploid matur. Pada sperma jumlahnya akan berkurang tetapi tidak habis seperti ovum dan tetap diproduksi meskipun pada lanjut asia. Sperma juga memiliki enzim hyaluronidase yang akan melunakkan sel–sel graulosa (sel pelindung ovum) saat berada dituba. Dalam 100 juta sperma pada setiap mililiter air mani yang dihasilkan, rata-rata 3 cc tiap ejakulasi, dengan kemampuan fertilisasi selama 2–4 hari, rata-rata 3 hari. (Holmes, 2011)

3) Pembuahan Ovum (Konsepsi)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konsepsi yaitu percampuran inti sel jantan dan inti sel betina, definisi lain konsepsi/ fertilisasi yaitu pertemuan sel ovum dan sel sperma (spermatozoa) dan membentuk zigot.

(Sunarti, 2013). Konsepsi terjadi sebagai dampak beberapa peristiwa kompleks yang mencakup proses pematangan akhir spermatozoa dan oosit, transpor gamet didalam saluran genetalia wanita, selanjutnya peleburan gamet pria dan wanita, pembentukkan jumlah kromosom diploid. (Holmes, 2010). Sebelum terjadinya konsepsi dua proses penting juga terjadi, yang pertama ovulasi runtuhnya/ lepasnya ovum dari ovarium/ indung telur sebagai hasil pengeluaran dari folikel dalam ovarium yang telah matang (matur). Ovum yang sudah dilepaskan selanjutnya masuk kedalam uterus (tuba fallopi) dibantu oleh rumbai–rumbai (microfilamen fimbria) yang

menyapunya hingga ke tuba. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. (Sunarti, 2013) apabila dalam kurun waktu tersebut gagal bertemu sperma, maka ovum akan mati dan hancur. Kedua inseminasi yaitu pemasukan sperma (ekspulsi semen) dari uretra pria kedalam genetalia/

vagina wanita. Berjuta-juta sperma masuk kedalam saluran reproduksi wanita setiap melakukan ejakulasi semen/ pemancaran cairan mani.

Dengan menggerakkan ekor dan bantuan kontraksi muskular yang ada, sperma terus bergerak menuju tuba melalui uterus. Dari berjuta-juta sperma yang masuk hanya beberapa ratus ribu yang dapat meneruskan ke uterus menuju tuba fallopi, dan hanya beberapa ratus yang hanya sampai pada ampula tuba. (Sunarti, 2013). Bila ovulasi terjadi pada hari tersebut, ovum dapat segera di buahi oleh sperma yang memiliki cukup banyak enzim hialuronidase (enzim yang menembus selaput yang melindungi ovum). Hanya ada satu dari ratusan sperma yang dapat membuahi ovum dan membentuk zigot. (Sunarti, 2013)

4) Fertilisasi

Menurut Kamus Saku Kedokteran Dorlan definisi fertilisasi (fertilization) yaitu penyatuan gamet jantan dan betina untuk membentuk zigot yang diploid dan menimbulkan terbentuknya individu baru. Fertilisasi adalah proses ketika gamet pria dan wanita bersatu, yang berlangsung selama kurang lebih 24 jam, idealnya proses ini terjadi di ampula tuba yaitu tabung kecil yang memanjang dari uterus ke ovarium pada sisi yang sama sebagai jalan untuk oosit menuju rongga uterus juga sebagai tempat biasanya terjadi fertilisasi. (Sunarti, 2013)

Gambar2.3 Tahap Sperma Memasuki ovum

Sumber: http://artikel ampuh.blogspot, 2017

Sebelum keduanya bertemu, terdapat tiga fase yang terjadi diantaranya:

(1) Fase Penembusan Korona Radiata

Dari 200-300 juta hanya sekitar 300-500 yang sampai di tuba fallopi yang bisa menembus korona radiata karena sudah mengalami proses kapasitasi. (Megasari, 2015)

(2) Fase Penembusan Zona Pellusida

Yaitu sebuah perisai glikoprotein di sekeliling ovum yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Spermatozoa yang bisa menempel di zona pellusida, tetapi hanya satu yang memiliki kualitas terbaik mampu menembus oosit. (Megasari, 2015)

(3) Fase Penyatuan Oosit dan Membran Sel Sperma

Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid dan terbentuk jenis kelamin baru. (Megasari, 2015).

Zigot yang terdiri atas bahan genetik dari wanita dan pria, pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk autosom (kromosom yang bukan kromosom seks) sedangkan lainnya sebagai kromosom pembawa tanda seks, pada seorang pria satu kromosom X dan satu kromosom Y. Sedangkan pada wanita dengan tanda seks kromosom X.

Jika spermatozoa kromosom X bertemu, terjadi jenis kelamin wanita dan sedangkan bila kromosom seks Y bertemu, jenis kelamin pria, sehingga yang menentukan jenis kelamin adalah kromosom dari pria/ pihak suami.

(Sunarti, 2013). Sekitar 24 jam setelah konsepsi, zigot mengalami pembelahan menjadi 4 sel, 8 sel hingga 16 sel yang disebut blastomer (sel yang dihasilkan dari pembelahan ovum yang sudah dibuahi). Setelah tiga hari sel-sel tersebut akan membelah membentuk buah arbei dari 16 sel tersebut atau disebut dengan morula dalam waktu empat hari. Saat morula masuk kedalam rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida lalu masuk kedalam ruang sel yang ada dimassa sel dalam. Berangsur–angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga (blastocoele) biasa disebut blastokista dalam waktu lima hari. Pada sel bagian dalam disebut embrioblas dan bagian luar disebut trofoblas. Seiring bergulirnya blastula menuju rongga uterus, zona pellusida/ membran luar blastula akan menipis dan akhirnya menghilang sehingga trofblas dapat memasuki dinding rahim/ endometrium dan siap berimplantasi di dalam dinding uterus. (Sunarti, 2013)

5) Implantasi (Nidasi)

Pada hari keenam, lapisan trofoblas blastosis bersentuhan dengan endometrium uterus, biasanya terjadi di dinding posterior atas dan mulai berimplantasi. Pada lapisan luar sel (trofoblas), dapat mengeluarkan enzim proteolitik (enzim yang kaya protein) yang melarutkan sebagian endometrium. Jaringan endometrium banyak mengandung sel-sel desidua yaitu sel-sel besar yang banyak mengandung glikogen dan mudah dihancurkan oleh trofoblas, lalu sel-sel trofoblas (sinsitiotrofoblas) menyekresi enzim yang mengikis endometrium untuk membantu penyediaan nutrisi bagi embrio yang tengah berkembang serta membantu perlekatan embrio pada endometrium. Blastula berisi masa sel dalam (inner

cell mass) akan mudah masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua tanda hartman. (Megasari, 2015)

Gambar 2.4 Proses Pembuahan (Fertilisasi) Dan Penanaman (Implantasi).

Sumber: http://honestdocs.com, 2017 6) Pembentukan Plasenta

Nidasi dan Implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium. Sel trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis. Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan eksoselom membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telur) sedangkan sel lain membentuk “ektoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio (embryonal plate) terbentuk di antara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantung yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur ektoderm, entoderm, dan mesoderm. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat diantara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat. Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada minggu kedua sampai ketiga, terbentuk bakal jantung

dengan pembuluh darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat).

Jantung bayi mulai dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8 dengan menggunakan ultrasonografi atau sistem doppler. Pembuluh darah pada body stalk terdiri dari arteri umbikalis dan vena umbilikalis.

Cabang arteri vena umbilikalis masuk ke vili korealis sehingga dapat melakukan pertukaran nutrisi dan sekaligus membuang hasil metabolisme yang tidak diperlukan. Dengan berbagai bentuk implantasi (nidasi) di mana posisi plat embrio berada, akan di jumpai berbagai variasi dari insersio tali pusat, yaitu insersio sentralis, para sentralis, marginalis atau insersio vilamentosa. (Megasari, 2015) 7) Selanjutnya terjadi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim. Perkembangan janin terjadi melalui banyak tahapan. Pemberian nutrisi yang baik, suplai oksigen yang cukup, perlindungan terhadap infeksi, serta kondisi hormon yang stabil diharapkan dapat menjaga pertumbuhan dan perkembangan janin sesuai dengan usia kehamilannya. ( Holmes, 2011)

Gambar 2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan janin dalam

Sumber: Astuti, dkk, 2017

c. Tanda-tanda kehamilan

Untuk dapat menegakan kehamilan di tetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan (Manuaba, 2013) yaitu sebagai berikut :

1. Tanda Dugaan Kehamilan

(a) Amenorea (terlambat datang bulan)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukkan folikel degraaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dengan perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan (HPL).

(b) Mual (Nause) dan muntah (Emesis)

Pengaruh esterogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.

(c) Sinkope atau pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.

Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

(d) Payudara tegang

Esterogen progesterone dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.

Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

(e) Sering miksi (BAK)

Desakan Rahim kedepan menyebabkan kandung kemih sempat terasa penuh dan sering buang air kecil. Pada trimester kedua, gejala ini sudah menghilang.

(f) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh hormon progesterone dapat menghambat peristaltic.

(g) PVarises

Penampaan pembuluh darah vena. Karena pengaruh dari estrogen dan progesterone terjadi di sekitar genetalia eksternal, kaki dan betis, dan payudara. Penampaan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.

2) Tanda Pasti Hamil

(a) Gerakan janin dalam Rahim.

(b) Terlihat dan teraba gerakan dan teraba bagian-bagian janin.

(c) Denyut Jantung Janin Didengar dengan Stetoskop Laenec, alat.

Kardiotografi, alat Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi. (Marmi, 2014)

3) Tanda Kemungkinan Hamil

(a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan (Manuaba, 2010).

Pembesaran tersebut terjadi berubahan dalam bentuk besar dan konsistensi rahim (Mochtar, 2011). Pembesaran uterus merupakan perubahan anatomic yang paling nyata pada ibu hamil peningkatan konsentrasi hormone estrogen dan progesteron pada awal kehamilan akan menyebabkan hipertrofi mometrium.

Hipertrofi di sebut dengan peringkatan yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari jaringan fibrosa sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih kuat terhadap regangan dan distensi (prawirohardjo, 2011).

(b) Pada pemeriksaan dalam, di jumpai tanda hegar, tanda chadwick, tanda piscacek, kontraksi Broxon hicks dan teraba ballottement (Manuaba, 2010). Yang dimaksud dengan tanda-tanda tersebut adalah :

1) Tanda hegar adalah di temukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu.

2) Tanda Chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di porsio vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen.

3) Tanda piscacek adalah pembesaran dan perlunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterine biasanya tanda ini di temukan di usia kehamilan 7 sampai 8 minggu.

4) Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika di rangsang (Broxon hicks).

5) Pada palpasi teraba ballotetement.

d. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan 1) Uterus

Letak uterus pada kehamilan akan berubah. Pada usia kehamilan 12 minggu, uterus akan naik keluar dan masuk ke dalam rongga abdomen, serta akan lebih condong ke sisi kanan. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya rektosigmoid di sisi kiri. Uterus akan menjadi lebih vertikal dan tidak lagi anteversi maupun antefleksi. Pada usia kehamilan 24 minggu, uterus mecapai umbilikus dan mencapai processus xiphoideus pada usia kehamilan 36 minggu. Setelah usia kehamilan 36 minggu, uterus mulai turun ke dalam panggul. Bentuk uterus menjadi bulat (globular) karena cavum terisi oleh embrio yang sedang tumbuh. Cavum uterus menjadi lebih bulat seperti telur pada saat fetus tumbuh menjadi lebih panjang. Jika kepala fetus turun ke panggul, maka uterus menjadi lebih bulat lagi. Sebagai penyesuaian dengan pertumbuhan janin, antara minggu ke-12 dan ke-36, maka panjang isthmus menjadi tiga kali lipat. Ukuran uterus saat hamil jelas akan mengalami perubahan. Perubahan ini terkait dengan hormon esterogen dan progesteron.

Hormon ini akan mempengaruhi pembesaran uterus dengan cara

meningkatkan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hiperplasia (produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis baru), hipertrofi (pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastin yang telah ada), serta perkembangan desidua. Uterus yang cukup usia kehamilannya mempunyai panjang 30 cm, lebar 23 cm, tebal 20 cm, dan berat uterus meningkat dari 57 gram menjadi 1000 gram. (Astuti, 2017)

2) Serviks Uteri

Segera setelah periode tidak terjadinya menstruasi pertama. Serviks menjadi lebih lunak sebagai akibat meningkatnya suplai darah (Tanda Goodell’s) kanalis servikalis dipenuhi oleh mukus yang kental disebut operkulum.

Selama kehamilan operkulum menghambat masuknya bakteri ke uterus, yang mengalir selama persalinan yang disebut “bloody show”, yang menandakan bahwa kanalis terbuka untuk lewatnya bayi. Serviks primipara (wanita yang belum pernah mengalami kehamilan) terlihat bulat dan halus serta menonjol ke arah vagina. Proses kelahiran meregangkan serviks dan hampir selalu menyebabkan laserasi serviks. Setelahnya, bentuk serviks menjadi oval. Selama masa kehamilan konsistensi serviks berubah.

Sebelum kehamilan teraba seperti ujung hidung, pada awal masa kehamilan, teraba seperti ujung daun telinga, dan keadaan term seperti bibir. (Deswani, 2018)

3) Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuk placenta yang sempurna pada umur 16 minggu. Kejadian ini tidak lepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan hormon iuteotropik hipofisis anterior. (Manuaba, 2010). Ovulasi berhenti. Masih terdapat corpus luteum graviditas sampai terbentuknya uri

yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone. (Mochtar, 2012)

4) Vagina dan Vulva

Hormon esterogen saat kehamilan berfungsi untuk mempersiapkan vagina supaya elastis selama persalinan, hal itu dilakukan melalui : mempertebal mukosa vagina yang tebal, membuat jaringan ikat longgar, hipertrofi otot polos, dan pemanjangan vagina. Selama kehamilan terjadi peningkatan pH sekresi vagina dari 3,5 menjadi 6,5 sehingga suasana vagina lebih basa.

Peningkatan pH ini membuat wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina, khususnya infeksi jamur. Perubahan lainnya yang terjadi adalah pembesaran struktur eksternal vulva akibat peningkatan vaskulator, hipertrofi badan perineum dan deposisi lemak. Pada nulipara kedua labia mayor saling mendekat dan menutupi introtus vagina. pada wanita yang pernah melahirkan, kedua labia memisah, dan mengapa setelah melahirkan atau setelah cidera vagina. (Deswani, 2018)

5) Mammae

Adanya rasa penuh pada payudara, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak minggu keenam gestasi.

Perubahan payudara ini adalah tanda kemungkinan kehamilan. Puting susu dan areola menjadi lebih berpigmen, terbentuk warna merah sekunder pada areola, dan puting susu menjadi lebih erektil. Hipertrofi kelenjar sebasea (lemak) yang muncul di areola primer disebut tuberkel montgomery dapat terlihat di sekitar puting susu. Selama trimester kedua dan ketiga, pertumbuhan kelenjar mammae membuat ukuran payudara meningkat secara progesif. Walaupun perkembangan kelenjar mammae secara fungsional lengkap pada pertengahan masa hamil, tetapi laktasi terhambat sampai kadar esterogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta lahir.

(Deswani, 2018)

6) Dinding Abdomen

Pembesaran rahim menimbulkan peregaan dan menyebabkan robeknya selaput elastis di bawah kulit, sehingga timbul strie gravidarum. (Mochtar, 2012). Striae Gravidarum, meliputi striae lividae (garis-garis yang berwarna biru) dan striae albicans (warna putih). Striae timbul sebagai akibat hiperfungsi gladula suprarenalis. (Mochtar, 2012)

7) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita hamil, menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring kedepan, penurunan tonus otot perut, dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang (realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke depan.

Gambar 2.6 Perubahan tulang belakang.

a) Tidak hamil b) bulan ke 5 c) bulan ke 9 Sumber: (Wagey, 2011)

Berat uterus dan isinya menyebabkan perubahan pada titik pusat Gravitasi dan garis bentuk tubuh. Lengkung tulang belakang akan berubah bentuk untuk mengimbangi pembesaran abdomen. Menjelang akhir kehamilan banyak wanita yang memperlihatkan postur tubuh yang khas (lordosis).

Demikian pula pada jaringan ikat persendian panggul akan melunak dalam mempersiapkan persalinan. Sikap tubuh lordosis merupakan keadaan yang khas karena kompensasi posisi uterus yang membesar dan menggeser daya

A B c

berat kebelakang lebih tampak pada masa trimester III yang menyebabkan rasa sakit bagian tubuh belakang karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh. Bayi yang semakin membesar selama kehamilan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil dan dapat mengakibatkan odema pada tangan yang di sebabkan oleh perubahan hormonal akibat retensi cairan selama trimester terakhir kehamilan, rasa pegal, mati rasa, dan lemah kadang kala di alami pada anggota tubuh bagian atas sebagai akibat lordosis yang besar dengan fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu yang akan menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan meldianus. (Wegay, 2011)

8) Kulit

Perubahan yang umum timbul terdiri dari peningkatan ketebalan kulit dan lemak subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan aktivitas vasomotor. Jaringan elastis mudah pecah, menyebabkan strie gravidarum, atau tanda regangan. Melasma di wajah yang juga disebut kloasma, striae gravidarum sering terlihat pada abdomen dan bokong dan menghilang setelah melahirkan, cloasma gravidarum di daerah wajah, linea gravidarum di bagian perut. (Dewani, 2018)

9) Perubahan kenaikan berat badan.

Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menepis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk terjadinya Cephalo Pelvic Disproportion (CPD). (Walyani, 2015)

Dokumen terkait