• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Hukum Perjanjian Perkreditan yang dibuat dalam Akta Otentik dan Akta dibawah Tangan

Dalam dokumen MAKALAH PERJANJIAN KREDIT TANPA AGUNAN (Halaman 31-53)

Pengaturan perjanjian kredit perbankan tidak ditemukan dalam Bab V sampai dengan Baku III KUH Perdata dari berbagai jenis perjanjian tidak terdapat ketentuan tentang perjanjian kredit bank, dalam Buku III KUH Perdata tersebut hanya mengatur perjanjian pinjam meminjam uang, tidak secara spesifik menyebut perjanjian kredit perbankan. Bahkan dalam UU Perbankan sendiri tidak mengenal istilah perjanjian kredit bank. Istilah perjanjian kredit bank ditemukan dalam Instruksi Pemerintah, yang ditujukan kepada masyarakat bank.

Diinstruksikan bahwa dalam memberikan kredit bentuk apapun, bank-bank wajib menggunakan “akad perjanjian kredit”. Untuk bank perkreditan rakyat ketentuan ini dimuat dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.14/20/DKBU tentang Pedoman Kebijakan dan Prosedur Perkreditan bagi Bank Perkreditan Rakyat.”

Dasar hukum mengenai keharusan adanya suatu perjanjian kredit dalam kredit perbankan muncul dalam Pasal 1 angka 11 dan angka 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dimana disebutkan bahwa kredit diberikan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain.

Mariam Darus Badrulzaman menyatakan bahwa kredit mempunyai arti antara lain Pertama sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintennis), di mana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain. Kedua sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu 24

24 Mariam Darus Badrulzaman, 2008, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 38 (selanjutnya disebut Mariam Darus Badrulzaman I).

Menurut Budi Untung secara yuridis formal ada 2 (dua) bentuk perjanjian kredit yang digunakan bank dalam memberikan kreditnya pada debitur, yaitu :

1. Perjanjian/pengikatan kredit di bawah tangan atau akta di bawah tangan. Yang dimaksud dengan akta di bawah tangan adalah perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang dibuat hanya di antara bank dan debitur tanpa notaris.

Lazimnya penanda tanganan akta perjanjian kredit, saksi tidak turut serta membubuhkan tanda tangannya karena saksi merupakan salah satu alat pembuktian dalam perkara perdata di pengadilan.

2. Perjanjian/pengikatan kredit yang dibuat oleh dan di hadapan notaris (akta notariil) atau akta otentik. Yang dimaksud dengan akta perjanjian kredit bank notariil (otentik) adalah perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang hanya dibuat oleh atau di hadapan notaris.25

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, perjanjian kredit perbankan dapat dibuat dengan perjanjian di bawah tangan dan perjanjian dengan akta notariil. Dalam hal akta perjanjian kredit dibuat secara di bawah tangan, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Bila suatu saat nanti terjadi wanprestasi oleh debitur, yang pada akhirnya akan diambil proses hukum melalui peradilan, maka apabila debitur yang bersangkutan memungkiri tandatangannya, akan berakibat hilangnya kekuatan hukum perjanjian kredit yang telah dibuat secara bawah tangan tersebut. Dalam Pasal 1877 KUH Perdata disebutkan, bahwa jika seorang memungkiri tulisan atau tandatangannya, maka Hakim harus memerintahkan supaya kebenaran dari pada tulisan atau tanda tangan tersebut diperiksa di muka Pengadilan.

25 H. Budi Untung, 2012, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Edisi Kedua, Yogyakarta, hal.31.

b. Mengingat perjanjian dibawah tangan dibuat hanya oleh para pihak, di mana formulirnya telah disediakan oleh Bank, maka besar kemungkinan terdapat kekurangan data yang seharusnya dilengkapi untuk suatu kepentingan pengikatan kredit. Bahkan sering terjadi penandatanganan perjanjian dilakukan walaupun formulir perjanjian masih dalam bentuk blangko/kosong. Kelemahan- kelemahan ini pada akhirnya akan merugikan bank, bila suatu saat berperkara dengan nasabahnya dan nasabah tidak mengakui tandatangannya.

Berdasarkan perbedaan kekuatan pembuktian antara perjanjian di bawah tangan dengan perjanjian notariil yang disebut juga akta otentik, maka perjanjian notariil/akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang lebih kuat daripada perjanjian di bawah tangan.

Kekuatan pembuktian Akta Otentik diatur dalam Pasal 1870 KUH - Perdata yang mengatakan bahwa; Suatu akta otentik memberikan di antara para pihak beserta ahli waris-ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya. Kekuatan yang melekat pada akta otentik yaitu; Sempurna (volledig bewijskracht) dan Mengikat (bindende bewijskracht), yang berarti apabila alat bukti Akta Otentik diajukan memenuhi syarat formil dan materil dan bukti lawan yang dikemukakan tergugat tidak mengurangi keberadaanya, pada dirinya sekaligus melekat kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat (volledig en bindende bewijskracht), dengan demikian kebenaran isi dan pernyataan yang tercantum di dalamnya menjadi sempurna dan mengikat kepada para pihak mengenai apa yang disebut dalam akta. Sempurna dan mengikat kepada hakim sehingga hakim harus menjadikannya sebagai dasar fakta yang sempurna dan cukup untuk mengambil putusan atas penyelesaian perkara yang disengketakan.26

26 M. Yahya Harahap, 2008, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Cetakan Kedelapan Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 545

Apabila memperhatikan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa antara akta otentik dengan akta dibawah tangan terdapat suatu perbedaan yang prinsip, letak perbedaan antara akta otentik dengan akta dibawah tangan yaitu:

a. Akta otentik mempunyai tanggal yang pasti, Pasal 15 ayat (1) UUJN, sedangkan mengenai tanggal pembuatan akta dibawah tangan tidak ada jaminan tanggal pembuatannya.

b. Grosse dari akta otentik untuk pengakuan hutang dengan frasa dikepala akta demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, mempunyai kekuatan eksekutorial seperti halnya keputusan Hakim, Pasal 1 angka 11 UUJN, sedangkan akta yang dibuat di bawah tangan tidak mempunyai kekuatan eksekutorial.27

c. Minuta akta otentik adalah merupakan arsip Negara, Pasal 15 ayat (1) UUJN, kewenangan Notaris menyimpan akta, karena akta Notaris adalah arsip Negara, maka tidak boleh hilang, sedangkan akta dibawah tangan kemungkinan hilang sangat besar.

Akta otentik adalah alat bukti yang sempurna tentang yang termuat didalamnya (volledig bewijs), Pasal 1870 KUH - Perdata artinya apabila satu pihak mengajukan suatu akta otentik, Hakim harus menerimanya dan menanggap apa yang dituliskan didalam akta tersebut sungguh telah terjadi sesuatu yang besar, sehingga Hakim tidak boleh memerintahkan menambah bukti yang lain. Sedangkan akta dibawah tangan dalam hal ini perjanjian, apabila pihak yang menandatangani tidak menyangkal atau mengakui tanda tangannya, maka akta dibawah tangan tersebut memperoleh kekuatan pembuktian yang sama dengan akta otentik yaitu sebagai bukti yang sempurna. Pasal 1875 KUH - Perdata. Tetapi apaabila tanda tangan tersebut disangkal,

27 Jaifurrachman, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta, Mandar Maju, Surabaya, hal. 118.

maka pihak yang mengajukan perjanjian tersebut wajib membuktikan kebenaran tanda tangan tersebut, hal tersebut merupakan sebaliknya dari yang berlaku pada akta Otentik.28

Dalam kalangan perbankan, khususnya pada Bank BUMN, pembuatan perjanjian kredit dapat dengan menggunakan akta notariil dan perjanjian di bawah tangan. Perjanjian di bawah tangan dipakai untuk kredit-kredit yang kurang dari nilai 100 juta sementara kredit dengan jumlah lebih dari nilai 100 juta dipergunakan akta notariil, tidak ada perbedaan isi materi antara akta di bawah tangan dan akta notariil. Tindakan perbankan menggunakan perjanjian di bawah tangan dan akta notariil ini lebih disebabkan adanya tuntutan efisiensi dan biaya dalam pelayanan, khususnya dalam perjanjian kredit perbankan. Dengan pembuatan format materi/isi perjanjian kredit secara standar jelas akan memberikan kemudahan bagi perbankan untuk menganalisa dan menutupi kelemahan-kelemahan yang dapat saja timbul di kemudian hari yang disebabkan perkembangan dalam dunia hukum.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa perjanjian kredit perbankan, menurut kenyataannya ada yang dibuat secara notariil dan ada juga yang dibuat di bawah tangan. Namun terhadap akta yang dibuat di bawah tangan tersebut oleh bank dimintakan legalisasinya pada Notaris. Akibat dari tindakan legalisasi tersebut maka secara prinsip hukum sesuai dengan Peraturan Jabatan Notaris akta tersebut telah memiliki kekuatan hukum sebagai alat pembuktian yang kuat, tindakan legalisasi tersebut tidak merubah akta di bawah tangan menjadi akta otentik, akta tersebut tetap akta di bawah tangan, dengan kekuatan pembuktian yang lebih baik dari pada akta di bawah tangan yang tidak dilegalisasi.

28Ibid. hal. 119

PERJANJIAN KREDIT Nomor : 22,-

-Pada hari ini, Selasa tanggal 02-12-2020(dua desember dua ribu dua puluh) Pukul 10.00 WIB (Waktu Indonesia bagian Barat),---- --- -Menghadap kepada saya, MUTIA SARI SIREGAR, Sarjana Hukum,MagisterKenotariatan, Notaris di Kota Pekanbaru, dengan dihadiri oleh para saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebutkan pada bagian akhir akta ini:- - I. Tuan HARRY, Pekerjaan Manager Bank BRI yang berkedudukan dan berkantor pusat Mandailing Natal, lahir di Padangsidimpuan, tanggal 18-02-1972 (delapan belas februari seribu Sembilan ratus tujuh puluh dua), bertempat tinggal di Panyabungan,kecamatan Panyabungan kota, Kabupaten/Kota Mandailing Natal, Pemegang KartuTanda Penduduk dengan Nomor IndukKependudukan (NIK):222208976598655;--- Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut mewakili Direksi berdasarkanSurat Kuasa Direksi nomor :567890, tanggal 01-02- 2002 (Satu Februari dua ribu dua), dan oleh- karena itu berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan yang dimuat dalam akta nomor 18, tanggal 11-10-2020, yang dibuat--- --- dihadapan Notaris di Mandailing Natal, dan telah mendapat Persetujuan Perubahan dan Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dari Menteri Hukum dan Hak Asasi- Manusia Republik Indonesia tanggal 11-11-2020 yang masing-- masing dimuat dalam nomor :567890, dan nomor :4567,--- --- bertindak untuk dan atas nama Bank BRI, berkedudukan diJalan panam kota pekanbaru,Warga Negara Republik Indonesia.- ---selanjutnya disebut :--- BANK/KREDITUR.--- --- II.Tuan ZULHAM , Pekerjaan wiraswasta,lahir di Medan,tanggal 20- 02-1972(dua puluh februari seribu Sembilan ratus tujuh puluh dua) bertempat tinggal di Panyabungan, kecamatan Panyabungan kota, Kabupaten/Kota Mandailing Natal,Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK):1256734592736422;Menurut keterangannya untuk melakukan tindakan, hokum dalam akta ini telah mendapat, persetujuan dari istrinya yang turut hadir dan menandatangani akta ini, yaitu :Nyonya ARIFIN, Pekerjaan wiraswasta, lahir di Malintang, tanggal 02-02-1970 (dua februari seribu Sembilan ratus tujuh puluh) bertempat tinggal yang sama dengan-suaminya tersebut diatas, Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan(NIK):1402054424730002; Selanjutnya disebut:--- --- PENGAMBIL KREDIT/DEBITUR. Para penghadap telah dikenal oleh saya, Notaris Para penghadap masing-masing bertindak sebagai disebut diatas, dengan ini terlebih dahulu menerangkan : Bahwa Debitur pada saat ini memerlukan, Kredit Modal Usaha dalam bentuk Kredit Rekening

Koran, untuk Tambahan Modal Usaha Ruko, maka Debitur telah mengajukan permohonan kepada Bank agar Bank bersedia memberikan KreditModal Kerja kepada Debitur. Bahwa Bank telah mengetahui tentang usaha yang dijalankan oleh Debitur tersebut, dan sesuai dengan permohonan yang diajukan oleh Debitur kepada Bank tersebut, Bank telah bersedia menyetujui permohonan Debitur untuk jumlah seperti yang diuraikan di bawah ini.--- --- Berhubung dengan keterangan-keterangan di atas,maka para-- penghadap yang bertindak sebagai disebut di atas dengan---- akta ini menerangkan telah setuju dan semufakat untuk--- membuat suatu perjanjian Persetujuan Membuka Kredit Modal-- Kerja dengan memakai syarat-syarat dan/atau ketentuan--- ketentuan sebagai berikut:--- --- ---Pasal 1--- - ---FASILITAS KREDIT--- 1.1 Bank memberikan kepada Debitur fasilitas kredit berupa- Revolving Loan sampai sejumlah Rp 1.000.000.000,00 (Satu--- Milyar Rupiah)--- 1.2 Fasilitas kredit berupa Revolving Loan tersebut hanya-- akan dipergunakan oleh Debitur untuk usaha ruko--- --- ---Pasal 2--- ---JANGKA WAKTU--- 2.1 Perjanjian Kredit ini berlangsung untuk jangka waktu 1- (satu) tahun terhitung sejak tanggal 01 november 2020 dan-- akan berakhir pada tanggal 01 november 2021 atau jangka---- waktu lain sebagaimana disetujui secara tertulis oleh Bank--- ---

2.2 Atas permintaan Debitur dengan menyampaikan--- pemberitahuan tertulis kepada Bank selambat-lambatnya 10(sepuluh) hari sebelum jangka waktu perjanjiankredit- berakhir, Bank dapat memberikann persetujuanuntuk--- perpanjangan/pembaharuan Perjanjian Kredit ini.---

2.3 Apabila Bank tidak menyetujui perpanjangan/pembaharuan Perjanjian Kredit ini, maka Debitur secara seketika dan sekaligus wajib untuk melunasi seluruh pinjamannya baik berupa pinjaman pokok, bunga, provisi, denda dan biaya-biaya lainnya, dan Bank berhak dengan cara dan nama apa pun untuk melakukan tindakan-tindakan hukum demi mengamankan--- kepentingan Bank, baik terhadap barang-barang jaminan yang- telah diserahkan maupun terhadap harta kekayaanlainnya milik Debitur.--- ---

2.4 Apabila Bank menyetujui perpanjangan/pembaharuan--- perjanjian kredit ini, maka Bank berhak untuk menetapkan syarat- syarat dan ketentuan-ketentuan lain yang berbeda dengan syarat-

syaratdan ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam perjanjian kredit ini.

2.5 Bank berhak untuk tidak memberikan kredit kepada---Debitur dan atau membatalkan Perjanjian Kredit ini sewaktu- waktu tanpa syarat, apabila terjadi keadaan likuiditas ketat atau terdapat hal-hal lain yang dipandang perlu oleh- Bank.--- --- 2.6 Bank berhak membatalkan secara otomatis pemberian--kredit kepada Debitur apabila kondisi keuangan dan/atau operasional perusahaan Debitur menjadi kurang lancar,- - diragukan atau macet.--- --- Pasal 3--- -- ---PENARIKAN KREDIT--- 3.1 Fasilitas Kredit tersebut di atas dalam jangka waktu berlakunya Perjanjian Kredit ini dapat ditarik secara bertahap oleh Debitur, sehingga apabila sebelum atau setelah jumlah maksimum kredit tersebut di atas telah ditarik dan Debitur telah pembayaran-pembayaran atas hutangnya, maka Debitur dapat menarik kembali jumlah-jumlah uang berdasarkan Perjanjian Kredit ini hingga jumlah maksimum kredit tersebut, demikian tanpa mengurangi hak Bank untuk sewaktu-waktu apabila menurut penilaian atau pertimbangan Bank, nilai jaminan-jaminan yang diberikan oleh Debitur menjadi susut atau berkurang atau karena sebab-sebab lain dan keputusan tersebut mengikat Debitur, maka Bank dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Debitur, berhak untuk sewaktu-waktu mengurangi atau- menarik Kembali Fasilitas Kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 di atas, baik sebagian maupun seluruhnya sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berakhir.Oleh karenanya Debitur wajib untuk segera melunasi pinjaman uangnya dari Fasilitas Kredit yang ditentukan oleh Bank untuk ditarik kembali, Penarikan Fasilitas Kredit tersebut oleh Debitur akan dilakukan dengan cara pemindahbukuan Fasilitas Kredit tersebut ke rekening Debitur yang terdapat di Bank.--- 3.2 Tanpa mengurangi dipenuhinya terlebih dahulu ketentuan- ketentuan yang dimuat dalam Pasal 11 di bawah ini, untuk fasilitas kredit ini Debitur wajib menandatangani sebuah surat aksep/promissory note atau tanda bukti penerimaan uang lainnya yang ditetapkan oleh Bank dengan nilai sebesar fasilitas kredit yang diberikan dan penarikanpenarikan jumlah-jumlah uang oleh Debitur berdasarkan- Perjanjian Kredit ini dilakukan dengan sekaligus atau dengan cara---bertahap dengan pemberitahuan secara tertulis sedikitnya 10 hari sebelumnya oleh Debitur kepada Bank mengenai jumlah-jumlah yang akan ditarik, dengan ketentuan bila dilakukan secara bertahap, tiap penarikan tidak melebihi Rp 200.000.000 (Dua Ratus Juta) dan dengan ketentuan lebih lanjut bahwa penarikan dalam mata uang lain dari pada Rupiah dapat dilakukan oleh Debitur selama hal ini diperkenankan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku dan ketentuan dari Bank Indonesia dan selama Bank atas pertimbangannya sendiri

tidakmenentukalain.Jatuh tempo surataksep/promissory note atau tanda bukti--- penerimaan uang lainnya yang ditetapkan oleh Bank tersebut- tidak boleh melampaui jangka waktu kredit yang ditentukan-- dalam pasal 1 ayat 1 Perjanjian Kredit ini.- ---

3.3 Setiap saat selama masa berlakunya Perjanjian Kredit ini, apabila Debitur ingin menarik dananya dari fasilitas kredit yang telah disetujui oleh Bank, maka setiap penarikan harus dilakukan pada hari kerja Bank di kantor cabang Bank di mana kredit dibukukan dan harus diberitahukan sekurang-kurangnya 1 (satu ) hari kerja sebelum tanggal penarikan yang dikehendaki oleh Debitur serta jumlah dana yang setiap penarikan Debitur wajib menerbitkan Surat Perintah Pencairan. ---

3.4 Mengenai hutang Debitur sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 2 ayat 1 di atas beserta bunga, provisi, dan biaya-biaya lainnya karena pemberian kredit tersebut serta denda yang mungkin timbul di kemudian hari dibuat catatan/administrasi oleh Bank dan catatan/administrasi tersebut merupakan bukti yang sah dan mengikat terhadap Debitur mengenai jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh Debitur kepada Bank berdasarkan Perjanjian Kredit ini.-

3.5 Dengan tetap memperhatikan ketentuan pasal 1 dan Pasal 7 Perjanjian Kredit ini,npembayaran oleh Debitur atas jumlah kredit yang telah ditarik/dipergunakan tidak mengakibatkan berakhirnya Perjanjian Kredit ini: --- ---Pasal 4--- --- ---PENINJAUAN KEMBALI--- 4.1 Bank berhak menunda penarikan fasilitas kredit atau mengadakan peninjauan kembalisetiap saat maupunsecara berkala dan/atau tidak mencairkan/memblokir/membekukan, menarik kembali, mengurangi jumlah fasilitas kredit yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 di atas dan Bank juga berhak menolak atau menghentikan penarikan/pencairan dana untuk jumlah yang belum dicairkan dari fasilitas kredit tersebut kepada Debitur dengan alasan-alasan serta sebab-sebab apa pun yang penting untuk- itu, dan untuk hal-hal tersebut di atas Debitur setuju serta melepaskan hak-haknya untuk mengajukan klaim/gugatan/tuntutan apa pun kepada Bank.-

4.2 Apabila dipandang perlu, Bank secara sepihak dapat-sewaktu- waktu mengubah/melakukan konversi atas fasilitas kredit sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 di atas apabila fasilitas kredit tersebut dalam mata uang asing ke dalam mata uang rupiah atau mata uang asing lainnya dengan suku bunga sebagaimana yang akan ditetapkan oleh Bank.--- --- Pasal 5--- BUNGA, PROVISI, BIAYA-BIAYA LAINNYADAN DENDA---Sehubungan

dengan pemberian fasilitas kredit tersebut Debitur dengan ini berjanji dan mengikat diri untuk membayar kepada Bank:--- --- 5.1 Bunga sebesar 12% pertahun dari fasilitas kredit yang dipergunakan oleh Debitur dan harus dibayar tiap-tiap bulan sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh Bank apabila tanggal pembayaran bunga tersebut jatuh waktu pada hari libur resmi di Indonesia atau pada hari-hari bank-bank ditutup berdasarkan izin Bank Indonesia, maka pembayaran harus dilakukan satu hari sebelumnya.--- --- 5.2 Provisi sebesar 6% pertahun dari jumlah fasilitas kredit sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat 1 di atas dan dibayar oleh Debitur pada saatPerjanjian Kredit ini ditandatangani.--- ---

5.3 Biaya Administrasi sebesar Rp 300.000 (tiga ratus ribu- rupiah) atas fasilitas yang telah diterima Debitur dan dibayar pada saat perjanjiankredit iniditandatangani.--- ---

5.4 Biaya-biaya lain:---

5.4.1 Untuk jumlah fasilitas kredit yang ditarik melampaui pagu tersebut dalam pasal 1 di atas, yang terbitnya baik karena pembebanan, bunga, provisi, denda dan biaya-biaya lainnya maupun karena penarikan oleh Debitur yang telah disetujui oleh Bank, selain suku bunga dalam ayat 1 tersebut di atas, Debitur wajib pula membayar kepada Bank suku bunga tambahan sebesar 5%

setahun.---

5.4.2 Apabila bunga tidak dibayar pada waktu yang telah ditetapkan, Debitur wajib membayar denda sebesar 2% perbulan dari jumlah bunga yang terlambat dibayar tersebut.--- ---

5.5 Bank berhak untuk sewaktu-waktu mengubah tingkat suku bunga kredit, provisi, biaya administrasi dan denda tersebut di atas dengan memberitahukannya kepada Debitur.-- Perubahan tingkat suku bunga tersebut mencerminkan tingkat- suku bunga pinjaman yang berlaku di pasar pada waktu itu.--- ---Pasal 6--- ---PEMBAYARAN KEMBALI--- 6.1 Debitur wajib membayar kembali hutangnya kepada Bank sesuai dengan waktu dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian kredit ini atau surat penawaran, surat aksep/promissory note dan/atau perjanjian/surat lain dan kewajiban Debitur tersebut wajib dipenuhi tanpa Debitur berhak untuk memperhitungkannya dengan tagihan-tagihan Debitur (jika ada) terhadap Bank dan untuk menuntut suatu-- pembayaran lain.

Debitur dengan ini melepaskan segala--haknya seperti yang

disebut dalam Pasal 1425 dan Pasal-1426Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berlaku di Republik Indonesia.--- ---

6.2 Semua pembayaran atas jumlah hutang pokok, bunga, provisi, biaya-biaya lainnya dan denda kepada Bank berdasarkan Perjanjian Kredit ini harus dilakukan di kantor Bank atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Bank dari waktu ke waktu dan Debitur akan menerima tanda terima yang- sah dari Bank.--- --- Pasal 7--- ---PENGAKHIRAN PERJANJIAN/AKIBAT KELALAIAN DEBITUR—---- 7.1 Menyimpang dari ketentuan pasal 2 ayat 1 tersebut di atas, dengan mengesampingkan ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berlaku di Republik Indonesia, maka Bank berhak untuk setiap saat mengakhiri Perjanjian Kredit ini serta perjanjian-perjanjian lain yang berhubungan dengan Perjanjian Kredit ini, atau mengurangi batas jumlah kredit- yang dapat diberikan kepada Debitur berdasarkan Perjanjian- Kredit ini dan berhak untuk menagih hutang Debitur kepada Bank setiap saat tanpa perlu adanya somasi atau surat peringatan atau surat-surat lain sejenisnya atau adanya putusan hakim terlebih dahulu hutang pokok, bunga, provisi, denda dan biaya-biaya lainnya yang timbul karena diberikannya fasilitas kredit tersebut, dalam hal terjadi-- salah satu yang disebut dibawah ini:---

7.1.1 Bilamana Debitur lalai atau tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank pada waktu dan menurut cara yang telah ditentukan dalam Perjanjian Kredit ini ataudokumen-- dokumen lain yang berhubungan dengan Perjanjian Kredit ini;--- ---

7.1.2. Bilamana Debitur atau pihak yang memberikan jaminan- atas pembayaran lunas hutang Debitur kepada Bank (selanjutnya disebut

“Penjamin”) meminta penundaan kewajiban pembayaran hutang (surseance van betaling), dinyatakan pailit, tidak mampu membayar, ditaruh di bawah perwalian atau pengampuan atau karena sebab-sebab apapun juga tidak berhak lagi mengurus, mengelola atau menguasai-- harta bendanya;--- 7.1.3 Bilamana Debitur atau Penjamin meninggal dunia (dibubarkan/bubar apabila Debitur atau Penjamin adalahsuatu Badan Hukum CV, Firma dan sebagainya), meninggalkan tempat tinggalnya/pergi ke tempat yang tidak diketahui untuk waktu yang lama dan tidak tertentu, melakukan atau terlibat dalam suatu perbuatan/peristiwa yang menurut pertimbangan Bank dapat membahayakan pemberian kredit tersebut, ditangkap pihak yang berwajib atau dijatuhi hukuman penjara;---

7.1.4 Bilamana harta benda Debitur atau Penjamin, baik sebagian maupun seluruhnya baik yang dijaminkan ataupun yang tidak

Dalam dokumen MAKALAH PERJANJIAN KREDIT TANPA AGUNAN (Halaman 31-53)

Dokumen terkait