• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Self Control

Dalam dokumen Bab II Tinjauan Pustaka Konsep Napza (Halaman 34-45)

Dalam Oktarini menurut Goldfried & Merbaum mendefinisikan self control sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif (dalam Muktar dkk, 2016).

Sedangkan menurut Chaplin (2011), kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impuls.

Kontrol diri ini menyangkut seberapa kuat seseorang memegang nilai dan kepercayaan untuk dijadikan acuan ketika bertindak atau mengambil suatu keputusan.

Seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengontrol diri ialah orang yang mempunyai ciri-ciri seperti tidak mudah dipengaruhi oleh amarah, dan bersikap toleransi terhadap stimulus yang berlawanan, serta patuh terhadap tugas yang berulang meskipun berhadapan dengan berbagai macam gangguan (Muktar, Budiamin dan Yusuf, 2016).

Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dan melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai dengan orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutupi perasaannya (M. Nur & Rini 2010).

Menurut Mahoney & Thoresen, kontrol diri merupakan jalinan yang secara utuh (intergrative) yang dilakukam individu terhadap lingkungannya.

Individu dengan kontrol diri tinggi sangat memerhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi. Individu cenderung akan mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial yang kemudian dapat petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk memperlancar interaksi sosial, bersifat hangat, dan terbuka (Nur Gufron &

Rini Risnawati, 2011).

Ketika berinteraksi dengan orang lain, seseorang akan berusaha menampilkan perilaku yang dianggap paling tepat bagi drinya, yaitu perilaku yang dapat menyelamatkan interaksinya dari akibat negatif yang disebabkan karena respons yang dilakukannya. Kontrol diri diperlukan guna

membantu individu dalam mengatasi berbagai hal merugikan yang mungkin terjadi yang berasal dari luar (Nur Gufron & Rini Risnawati, 2011).

Sehingga dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa self control atau kontrol diri adalah kemampuan seseorang mengendalikan dirinya untuk menghindari dari keinginan yang tidak di inginkan atau sesuatu hal negatif seperti ingin kembali menggunakan Napza.

2.5.1 Fungsi Self Control

Menurut Gunarsa, Jeni L. Burnette, Erin K, et al (dalam Mukhtar, 2016) mengemukakan fungsi dari self control adalah sebagai berikut:

2.5.1.1 Membatasi perhatian individu pada orang lain.

Individu akan mampu mengontrol diri terhadap perhatian yang berlebih yaitu berupa keinginan dan kebutuhan orang lain. Jadi individu lebih memfokuskan pada perhatian terhadap kebutuhannya pribadi di bandingkan kebutuhan orang lain.

2.5.1.2 Membatasi keinginan untuk mengendalikan orang lain di Lingkungannya.

Individu mampu mengontrol diri dengan baik akan memberikan pada orang lain kesempatan untuk mengekspresikan dirinya sesuai dengan keinginan mereka.

Individu bisa mengontrol diri untuk membatasi keinginannya terhadap kebebasan orang lain dan memberikan kesempatan kebebasan pada orang lain untuk berada di dalam ruang aspirasi mereka masing-masing.

2.5.1.3 Membatasi untuk bertingkah laku negatif

Individu yang memiliki kontrol diri yang baik memiliki kemampuan untuk menahan godaan atau dorongan serta keinginan yang negatif dari dalam individu sendiri. Individu yang mampu menahan godaan atau dorongan yang negatif akan terhindar dari tingkah laku yang kurang sesuai di lingkungan sosial.

2.5.1.4 Membantu memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang Individu yang mempunyai kontrol diri yang baik akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan kebutuhan yang diingin di capai. Kontrol diri juga akan membantu individu untuk menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan dalam menjalani hidup. Keterampilan mengelola dan mengontrol diri sangat diperlukan oleh individu, khususnya remaja.

2.5.2 Faktor yang mempengaruhi self control

Menurut Hurlock (dalam Ghufron dan Risnawita, 2010). Secara garis besarnya self-control dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

internal (dalam diri individu) dan faktor eksternal (diluar individu /lingkungan).

2.5.2.1 Faktor internal

Faktor internal yang ikut berpengaruh terhadap self control adalah usia. Semakin bertambah usia seorang individu, maka akan semakin baik tingkat kemampuan untuk mengontrol dirinya sendiri.

2.5.2.2 Faktor eskternal

Faktor eksternal ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap self control yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga, Lingkungan keluarga terutama orang tua menentukan bagaimana kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri.

2.5.3 Jenis Dan Aspek-aspek self control

Averill (dalam Ghufron, 2011) menggunakan istilah control personal untuk menyebut kontrol diri. Kontrol personal mencakup 3 (tiga) jenis yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control), dan kontrol keputusan (decisional control).

2.5.3.1 Kontrol perilaku (behavior control)

Kontrol perilaku menunjukkan kesiapan suatu respon yang secara langsung dapat mempengaruhi atau memodifikasi keadaan yang tidak menyenangkan. Kontrol perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Kemampuan mengatur pelaksanaan (regulated administration), yaitu kemampuan individu menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan yaitu dirinya atau orang lain.

b. Kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability), yaitu kemampuan individu mengetahui cara dan waktu menghadapi stimulus yang tidak dikehendaki. Stimulus dapat dihadapi dengan menggunakan beberapa cara di antaranya adalah mencegah atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, dan menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir serta membatasi intensitasnya.

2.5.3.2 Kontrol kognitif (cognitive control)

Kontrol kognitif menunjukkan kemampuan individu mengolah informasi yang tidak dikehendaki dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu

kejadian dalam kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis. Kontrol kognitif terdiri dari dua komponen yaitu:

a. Kemampuan memperoleh informasi (information gain), yaitu kemampuan individu mengantisipasi keadaan atau peristiwa baik atau buruk melalui pertimbangan yang objektif terhadap informasi yang diperoleh. Informasi mengenai keadaan yang tidak menyenangkan dapat membantu individu untuk mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.

b. Kemampuan melakukan penilaian (appraisal), yaitu kemampuan menilai dan menafsirkan keadaan atau peristiwa tertentu dengan memperhatikan segi-segi positif secara objektif.

2.5.3.3 Kontrol keputusan (decisional control)

Kontrol keputusan menunjukkan kemampuan individu menentukan hasil atau tujuan yang diinginkan. Kontrol keputusan dapat berfungsi dengan baik apabila terdapat kesempatan dan kebebasan dalam diri individu untuk memiliki berbagai kemungkinan tindakan.

Menurut Risnawita & Ghufron (2011) aspek-aspek yang terdapat dalam kontrol diri antara lain :

a. Kemampuan mengontrol perilaku

Kemampuan mengontrol diri merupakan kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan kesiapan tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam hal ini apabila prilaku seseorang tidak terkontrol maka dapat terjadi prilaku yang negative atau menyimpang.

b. Kemampuan mengontrol stimulus

Kemampuan mengontrol stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak di kehendaki. Kemampuan untuk mengontrol stimulus tersebut dapat digunakan dengan cara memilih stimulus mana yang harus diterima dan stimulus mana yang harus ditolak.

c. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian.

Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang dimiliki mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan ataupun yang menyenangkan. Kemampuan ini dapat digunakan dengan cara memperhatikan peristiwa atau kejadian dan melakukan pertimbangan.

d. Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian.

Kemampuan ini digunakan untuk memberikan arti terhadap suatu peristiwa atau kejadian sehingga individu dapat memperhatikan segi positif secara subjektif.

e. Kemampuan mengambil keputusan.

Kemampuan mengambil keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada suatu yang di yakini atau di setujui.

2.5.4 Tehnik yang digunakan pada pasien yang memiliki self control Calhoun dan Acocella (dalam Windi Sihombing 2016) mendefinisikan teknik kontrol diri (self-control) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Teknik Kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Para ahli berpendapat bahwa kontrol diri dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat preventif selain dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negatif dari stressor- stressor lingkungan.

Adapun teknik yang digunakan (dalam Windi Sihombing, 2016) adalah sebagai berikut:

2.5.4.1 Pencatatan diri (self recording, self observation, self

monitoring), yaitu membuat catatan kegiatan diri sehari-hari dengan menggunakan tabel atau buku harian. Klien diajarkan untuk mencatat perilaku sederhana yang konkret dialami sehari-hari.

2.5.4.2 Evaluasi diri (self evaluation), klien membuat evaluasi konkret untuk menilai perilakunya sendiri.

2.5.4.3 Pengukuhan diri (self reinforcement), memberi pujian terhadap diri sendiri atas pencapaian yang telah berhasil diraih.

2.5.5 Indikator Self Control

Ada beberapa indikator kontrol diri (Ghufron dkk, 2010) diantaranya sebagai berikut:

2.5.5.1 Kemampuan mengontrol perilaku

Kemampuan untuk memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan dimana terdapat keteraturan untuk menetukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, apakah oleh dirinya sendiri atau orang lain. Individu yang mampu menontrol dirinya dengan baik akan mampu mengatur perilakunya sesuai dengan kemampuan dirinya

dan bila tidak maka individu akan menggunakan sumber eksternal.

2.5.5.2 Kemampuan mengontrol stimulus

Kemampuan untuk mengetahui bagaimana atau kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki muncul. Ada beberapa cara yang dapat digunakan yaitu mencegah atau menjauhi stimulus, menghentikan stimulus sebelum berakhir, dan melakukan kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian dari stimulus.

2.5.5.3 Kemampuan mengantisipasi peristiwa

Kemampuan individu dalam mengolah informasi dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif. Informasi yang dimiliki individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akan membuat individu mampu mengantisipasi keadaan melalui pertimbangan secara objektif.

2.5.5.4 Kemampuan menafsirkan peristiwa

Penilaian yang dilakukan seorang individu merupakan suatu usaha untuk menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.

2.5.5.5 Kemampuan mengambil keputusan

Kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan sesuatu yang diakini atau disetujuinya.

Kemampuan dalam mengontrol keputusan akan berfungsi dengan baik apabila terdapat kesempatan dan kebebasan dalam diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan.

Dalam dokumen Bab II Tinjauan Pustaka Konsep Napza (Halaman 34-45)

Dokumen terkait