RTIKUNGAN
(m)
KRT
VD (km/jam)
60 70 80 90 100 110
300 1,2 1,3 1,4 1,5 - -
250 1,3 1,3 1,4 1,5 - -
200 1,3 1,4 1,5 - - -
150 1,4 1,5 - - - -
100 1,5 - - - - -
Lebar Rubeja di tikungan ditentukan menggunakan persamaan (3).
LRT = LC x KRT ... (3) Keterangan:
LRT adalah lebar Rubeja di Tikungan, m
LC adalah lebar Rubeja di bagian jalan yang lurus, m (lihat Tabel 5-7) KRT adalah faktor koreksi lebar Rubeja di Tikungan, m (lihat Tabel 5-8) Catatan: KRT hanya digunakan untuk lengkung dengan radius ≤ 900m.
tergantung dari jenis-jenis kendaraan yang beroperasi dalam kawasan yang dilayani oleh jalan yang akan didesain.
Undang-undang Nomor 22/2009 Pasal 19 mengatur bahwa jalan kelas I harus mampu dilalui oleh kendaraan paling besar dengan klasifikasi Kendaraan Besar (termasuk kendaraan dengan klasifikasi Kendaraan Sedang dan Kendaraan Kecil). Jalan kelas II harus mampu dilalui oleh kendaraan bermotor paling besar dengan klasifikasi Kendaraan Sedang (Kendaraan Besar dilarang masuk tetapi Kendaraan Kecil boleh masuk). Jalan kelas III hanya dapat dilalui oleh paling besar oleh kendaraan dengan klasifikasi Kendaraan Kecil yang artinya Kendaraan Besar dan Kendaraan Sedang tidak boleh masuk. Dalam keadaan normatif, kendaraan desain dapat ditetapkan berdasarkan klasifikasi kelas jalan ini, yaitu kendaraan desain untuk jalan kelas I adalah kendaraan dengan klasifikasi Kendaraan Besar, untuk kelas II adalah kendaraan dengan klasifikasi Kendaraan Sedang, dan untuk kelas III adalah kendaraan dengan klasifikasi Kendaraan Kecil.
Tabel 5-9 menunjukkan dimensi kendaraan-kendaraan yang dominan beroperasi di jalan-jalan nasional yang diperoleh dari pengamatan lapangan (Lawalata dkk, 2019;
Lawalata dan Faisal 2020). Dimensi kendaraan-kendaraan tersebut dapat dipakai sebagai informasi dalam penentuan kendaraan desain sesuai kelas penggunaan Jalannya (Kelas I, II, dan III). Sangat dianjurkan untuk mengamati jenis-jkenis kendaraan yang beroperasi pada jaringan jalan dimana jalan yang sedang didesain berada, untuk menentukan kendaraan desain yang akan dipilih dan data teknis kendaraan dalam Tabel 5-9 dapat digunakan sesuai pilihan kendaraan dari hasil pengamatan tersebut. Dalam tabel tersebut tersedia informasi untuk jenis kendaraan, dimensi kendaraan (panjang, lebar, tinggi), ukuran julur (depan, belakang), dan radius putar (radius putar senter as depan kendaraan, RPK; radius putar ban terluar as depan kendaraan, Rmax; radius putar ban terdalam as belakang kendaraan, Rmin). RPK dipakai sebagai dasar penetapan garis senter lajur, Rmax dan Rmin dipakai sebagai dasar untuk penetapkan lapak ban kendaraan pada bagian jalur lalu lintas yang harus diperkeras dan harus berada dalam ruang lajur.
Dalam pergerakan kendaraan yang membelok, ada radius yang juga harus diperhatikan, yaitu radius putar julur depan terluar badan kendaraan (RJD, lihat Gambar 5-3 s.d. Gambar 5-6). Pergerakan ini membentuk radius putar maksimum dari ruang vertikal yang harus diakomodir oleh dimensi vertikal lajur. Secara prinsip ruang ini harus bebas, dapat berada di atas perkerasan lajur lalu lintas, dapat juga diatas bahu, tetapi dilarang di atas jalur pejalan kaki atau trotoar.
59
Untuk menetapkan kendaraan desain pada jalan yang berada di wilayah jalan yang akan di desain, termasuk untuk mengetahui volume lalu lintas per jenis kendaraan, serta beban lalu lintas kendaraan, maka harus dilakukan survei lalu lintas per jenis kendaraan, mengikuti pedoman cara survei yang berlaku. Dari data volume lalu lintas per jenis yang diperoleh, dapat ditetapkan kendaraan desain yang merepresentasikan jenis-jenis kendaraan dominan dengan dimensi terbesar dan dengan menggunakan Tabel 5-9 dapat tetapkan dimensi dan radius putar kendaraan desain sebagai salah satu kriteria desain geometrik.
Kendaraan desain yang dipilih, selanjutnya menjadi pertimbangan dalam:
1. Penetapan lebar lajur jalan,
2. Pemeriksaan semua elemen geometrik yang terkait ketersedian dimensi lajur lalu lintas yang harus mengakomodasi semua jenis kendaraan yang akan menggunakan jalan tersebut. Pemeriksaan ini dapat dilakukan menggunakan template berskala sesuai dimensi kendaraan desain atau menggunakan perangkat lunak, misalnya Autorun.
Gambar 5-3 s.d. Gambar 5-6 , mengilustrasikan dimensi badan kendaraan desain, lapak ban kendaraan, dan lapak badan kendaraan berdasarkan Tabel 5-9 , pada saat bermanouver di belokan atau tikungan untuk jenis-jenis Kendaraan penumpang, Kendaraan Sedang, dan Kendaraan Besar.
Proyeksi ban kendaraan desain pada muka lajur lalu lintas harus berada dalam lajur jalan yang diperkeras, baik pada pergerakan lurus maupun membelok di tikungan ataupun di persimpangan, tempat parkir, akses (persil, pemberhentian sementara, station, pompa bensin, tempat parkir, terminal), fasilitas putar balik yang melintasi median, dan bukaan pada separator dari jalur lambat ke jalur utama.
Proyeksi badan kendaraan desain khusus untuk julur pada muka lajur lalu lintas idealnya berada dalam lajur jalan yang diperkeras berpenutup, tetapi jika kondisinya terbatas maka dapat juga diakomodir di atas bahu jalan. Pelebaran untuk mengakomodir ruang badan kendaraan akibat julur depan dan julur belakang kendaraan, dapat berada di atas bahu jalan yang cukup lebar untuk mengakomodasikan Rmaks sehingga tidak ada objek yang menghalangi pergerakan kendaraan desain atau tertabrak, baik pejalan kaki, kereta dorongan, sepeda angin, sepeda motor, maupun benda lain yang menghalangi pergerakan kendaraan desain.
60
Dokumen ini tidak dikendalikan jika diunduh/uncontrolled when downloaded Tabel 5-9. Dimensi dan Radius putar kendaraan desain sesuai Kelas Penggunaan Jalan
61
Dokumen ini tidak dikendalikan jika diunduh/uncontrolled when downloaded Gambar 5-3. Alur lapak ban dan badan kendaraan Kecil
saat membelok untuk Minibus Avansa
62
Gambar 5-4. Alur lapak ban dan badan kendaraan Kecil saat membelok, untuk Truk Kecil Hino 260 JM
63
Gambar 5-5. Alur lapak ban dan badan kendaraan Sedang saat membelok, untuk Truk Isuzu Giga FVR.
64
Gambar 5-6. Alur lapak ban dan badan kendaraan Besar saat membelok , untuk Truk Tempelan Hino 6 sumbu.
65
66