• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

E. Kerangka Berpikir

Pelaksanaan pembelajaran yang kondusif akan mewujudkan mutu pendidikan yang baik dan harus didukung oleh stakeholder madrasah yang ada.

Tenaga pendidik merupakan pengajar yang bertugas mengajar kepada peserta didik juga punya tugas lain yaitu membantu kepala madrasah supaya kegiatan pembelajaran di madrasahnya berjalan dengan baik sesuai yang ditargetkan.

Dalam perjalanannya di madrasah bahwa supervisi dilaksanakan tidak hanya untuk mengawasi tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan tetapi hanya untuk mengetahui dalam pelaksanaan tugas dengan cara sebaik–baiknya sesuai dengan aturan–aturan yang berlaku di madrasah tetapi juga supervisi digunakan untuk para tenaga pendidik mencari solusi bagaimana memperbaiki atau meningkatkan mutu proses kegiatan belajar mengajar. Berarti kegiatan supervisi yang dilaksanakan di madrasah tenaga pendidik bukan dianggap sebagai subjek pasif melainkan tenaga pendidik sebagai partner kepala madrasah dalam berusaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran di madrasahnya. Teori Supervisi mengacu pada teorinya M. Ngalim Purwanto yang mengungkapkan bahwa supervisi dilakukan melalui empat tahapan:

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.

Teknologi informasi dan komunikasi sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga memudahkan bagi siapa saja untuk mencari informasi ataupun mendapatkan informasi bahkan mau memberikan informasi akhirnya semakin mempermudah manusia dalam menyelesaikan masalahnya yang dia miliki.

Dalam dunia pendidikan, mutu dijalankan seperti dalam dunia bisnis, ini merupakan revolusi. Tetapi, mutu butuh waktu, pemeliharaan, perubahan sikap semua pihak, dan investasi dalam bentuk pelatihan untuk semua staf. Banyak pemimpin pendidikan gagal dalam upaya implementasi mutu karena mereka tak memiliki komitmen yang menjadi syarat keberhasilan.

Dalam dunia pendidikan, lembaga atau madrasah yang bermutu adalah madrasah yang dalam mengelola, mengatur sudah sesuai dengan standar nasional pendidikan yang tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan yang jumlahnya ada 8 antara lain: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan sarana pendidikan, standar pengelolaan pendidikan, standar pembiayaan pendidikan, dan standar penilaian pendidikan.

Pelaksanaan supervisi kepala madrasah memiliki peran yang sangat penting untuk memajukan dan meningkatkan madrasahnya, sebagai supervisor kepala madrasah bertanggung jawab untuk membina dan membimbing guru ke arah yang lebih baik, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Pelaksanaan supervisi akademik mampu untuk mengubah perilaku guru dalam mengajar, tidak ada rasa kaku dalam pelaksanaan supervisi, kebersamaan antara supervisor dan guru mampu menjadi pendukung dalam pelaksanaannya.

Faktor yang bisa mendukung proses kegiatan supervisi di madrasah yang dilaksanakan oleh kepala madrasah adalah adanya dokumen yang lengkap pada proses belajar mengajar di madrasah. Oleh sebab itu, bisa menjadi pertimbangan penilaian bagi supervisor karena dicocokkan dengan dokumen kegiatana belajar mengajar contohnya RPP dengan kegiatan pembelajaran yang sedang diadakan supervisi dalam kelas dan Keseimbangan dengan tahapan administratif yang dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.

Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mutu adalah sesuatu barang atau kegiatan yang prosesnya sesuai dengan apa yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk bermutu atau berkualitas jika telah sesuai dengan apa yang disyaratkan atau distandarkan sesuai dengan indikator mutu yang sudah disepakati. Standar mutu itu adalah bahan baku, proses produk, dan hasil produk.

Mutu pendidikan madrasah dilaksanakan terus menerus dengan cara memperbaiki manajemen mutu pendidikannya. Organisasi-organisasi pendidikan memegang peranan sangat penting dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Di samping itu dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah harus menggunakan cara yang bisa mempercepat pemberdayaan peserta didik secara maksimal. Mutu pendidikan mengacu pada teori Abdul Hadis, &

Nurhayati yang menyatakan bahwa indikator mutu pendidikan dapat dilihat dari profesionalisme guru, kurikulum dan prose pembelajaran, sarana prasarana dan sumber belajar, penilaian, dan pengembangan kelembagaan.

LMS merupakan sistem untuk mengelola catatan pelatihan dan pendidikan, perangkat lunaknya untuk mendistribusikan program melalui internet dengan fitur untuk kolaborasi secara ‘’online’’. Menurut Courts dan Tucker, LMS adalah aplikasi yang digunakan untuk mengelola kegiatan belajar mengajar seperti mengirim tugas video, vlog, (content delivery system), dan mengecek kegiatan online contohnya dapat mengontrol presensi peserta didik pada kelas online, dapat mengontrol waktu pengumpulan tugas baik individu maupun kelompok, dan mengontrol hasil pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar terhadap peserta didik. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat berpengaruh di bidang pendidikan terutama pada kegiatan pembelajaran apalagi pada musim pandemi atau Covid-19.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat telah mendorong berbagai institusi pendidikan menggunakan sistem pembelajaran daring untuk meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas pembelajaran. Meskipun banyak temuan penelitian menunjukkan bahwa efektivitas e-learning secara umum sama dibandingkan dengan pembelajaran tradisional atau klasik, keunggulan e-learning adalah fleksibilitasnya. Dengan pembelajaran daring, materi pembelajaran dapat diakses kapan saja dan dari mana saja, selain itu materi dapat diperkaya dengan berbagai perangkat pembelajaran, termasuk multimedia yang dapat diperbarui dengan cepat oleh guru. Karena perkembangan e-learning yang relatif baru, definisi dan implementasi sistem e-learning sangat bervariasi, dan standar baku belum ada.

Berdasarkan pengamatan terhadap berbagai sistem pembelajaran berbasis web di Internet, penerapan sistem e-learning berbeda dengan yang sederhana, yaitu hanya sekumpulan materi pembelajaran yang dihosting di web server dengan tambahan forum komunikasi melalui email atau surat yang terintegrasi khusus yaitu berupa portal pembelajaran online yang memuat berbagai objek pembelajaran multi pengayaan yang terintegrasi dengan sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi, diskusi dan berbagai perangkat pembelajaran lainnya.

Implementasi e-learning dapat termasuk dalam salah satu kategori ini, berada di antara keduanya, atau bahkan merupakan kombinasi dari beberapa komponen dari kedua sisi. Penyebabnya antara lain belum adanya standar model implementasi e-learning, keterbatasan sumber daya manusia pemrogram dan dosen e-learning, keterbatasan hardware dan software, keterbatasan biaya dan waktu pengembangan. Mengenai proses belajar mengajar yang sebenarnya, terutama di negara-negara yang koneksi internetnya sangat lambat, penggunaan sistem pembelajaran online dapat dipadukan dengan sistem pembelajaran tradisional yang disebut blended learning atau hybrid learning.

E-learning menunjuk pada pengiriman materi pembelajaran kepada siapapun, dimanapun, dan kapanpun dengan menggunakan berbagai teknologi dalam lingkungan pembelajaran yang terbuka, fleksibel, dan terdistribusi.

Lebih jauh, istilah pembelajaran terbuka dan fleksibel merujuk pada kebebasan peserta didik dalam hal waktu, tempat, kecepatan, isi materi, gaya belajar, jenis evaluasi, belajar kolaborasi atau mandiri. Melalui e-learning ini, pengajar dapat mengelola materi pembelajaran yakni: menyusun silabi, meng-upload materi, memberikan tugas kepada peserta didik, menerima pekerjaan mereka, membuat tes atau quiz, memberikan nilai, memonitor keaktifan, mengolah nilai, berinteraksi dengan peserta didik dan sesama pengajar melalui forum diskusi dan chat, dan lain-lain.

Seluruh kegiatan pembelajaran menggunakan PJJ (pembelajaran jarak jauh) atau online yang mewajibkan semuanya untuk menggunakan aplikasi seperti WhatsApp group, Zoom, Google meet, Learning Management System, e-Learning madrasah, dan lain sebagainya, sehingga semuanya (peserta didik, guru, tenaga kependidikan, TU, mahasiswa, dosen) harus belajar aplikasi tersebut supaya bisa menggunakannya dalam proses pembelajarannya.

Implementasi sistem e-learning saat ini sangat bervariasi, tetapi semuanya berpijak pada prinsip atau konsep bahwa e-learning dirancang untuk mendistribusikan materi pembelajaran melalui media elektronik atau internet agar siswa dapat mengaksesnya kapan saja dari seluruh penjuru dunia. Ciri pembelajaran online adalah terciptanya lingkungan belajar yang fleksibel dan terdistribusi. Pada penelitian ini LMS mengacu pada teori Farshad Mahnegar (2012): suatu aplikasi atau perangkat lunak untuk membuat materi pembelajaran online berbasis web dan mengatur seluruh proses pembelajaran samapai dengan hasil pembelajarnnya.

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat diambil kesimpulan dalam penelitian ini adalah akan mendeskripsikan tentang bagaimana supervisi kepala madrasah terhadap mutu pendidikan dengan menggunakan LMS yang mencakup kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi dengan peran-peran yang harus dijalankan dan sangat membutuhkan keterampilan khusus untuk melaksanakannya.

SUPERVISI KEPALA MADRASAH (Teori Ngalim Purwanto)

MUTU PENDIDIKAN MADRASAH (Teori Abdul Hadis, & Nurhayati, 2010)

LMS atau LEARNING

MANAGEMENT SYSTEM

(Teori Farshad Mahnegar, 2012)

Dokumen terkait