• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Citicoline

Keterangan :

Perbaikan Motorik

= Variabel Independen

= Variabel Dependen Non Hemoragik Stroke

22 B. Definisi Operasional

1. Non Hemoragik Stroke a. Definisi

Diagnosis pasien yang tertulis di rekam medik RS Pelamonia TK II Makassar berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang merawat.

b. Alat Ukur : Daftar tilik c. Cara Ukur : Rekam medik d. Skala Ukur : Nominal e. Kriteria Objektif : 1 = Ya

2 = Tidak

2. Kekuatan Motorik/Kekuatan Kontraksi Otot a. Definisi

Kekuatan motorik otot berdasarkan pemeriksaan neurologis pada pasien non hemoragik stroke secara rekam medik di RS Pelamonia TK II Makassar dimulai berdasarkan kekuatan kontraksi otot.

b. Alat Ukur : Daftar tilik c. Cara Ukur : Rekam medik d. Skala Ukur : Nominal

e. Kriteria Objektif : 1 = Ada perbaikan 2 = Tidak ada perbaikan

23 3. Citicoline

Pemberian obat jenis nootropik oleh dokter yang merawat di RS Pelamonia TK II Makassar pada pasien non hemoragik stroke berdasarkan rekam medik tahun 2014.

a. Definisi

b. Alat Ukur : Daftar tilik c. Cara Ukur : Rekam medik d. Skala Ukur : Nominal e. Kriteria Objektif : 1 = Ya

2 = Tidak

C. Hipotesis

1. Hipotesis Null (H0)

a. Tidak terdapat pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada pasien non hemoragik stroke.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Terdapat pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada pasien non hemoragik stroke.

24 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik yang menganalisis perbaikan motoric dengan pemberian citicoline. Desain penelitian yang digunakan adalah studi Case Control, yakni untuk mengetahui pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada pasien non hemoragik stroke di RS Pelamonia TK II Makassar pada saat itu juga yang tertera pada rekam medik tahun 2014.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di RS Pelamonia TK II Makassar.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember tahun 2015 sampai bulan Februari 2016.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi target adalah semua pasien non hemoragik stroke.

2. Sampel

25 Dalam penelitian ini, semua pasien non hemoragik stroke yang diberikan citicoline di RS Pelamonia TK II Makassar pada tahun 2014.

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien di RS Pelamonia TK II Makassar.

2) Pasien non hemoragik stroke.

3) Pasien yang menggunakan obat citicoline.

b. Kriteria Ekslusi

1) Data rekam medik tidak lengkap.

2) Pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain.

3) Pasien yang meninggal.

D. Cara Pengambilan Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus

√ √

Keterangan :

2 : deviat baku alfa =1,282 Zb : deviat baku beta = 0,842

P2 : Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 0.5 Q2 : 1- P2 = 1-0.5 = 0.5

P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti = P2 + 0.2= 0.7

Q1 : 1-P1 = 1- 0.7= 0.3

P  Proporsi total = P1+P2= 0.7+0.5 = 0.6

26 2 2

Q  1-P = 1- 0.6 = 0.4 Maka :

√ √

Jadi, terdapat 52 sampel yang dijadikan sampel dalam melakukan analisis.

E. Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Data sekunder dari RS Pelamonia TK II Makassar pada tahun 2014 berupa rekam medik.

2. Sumber Data

Data di kumpulkan dari catatan rekam medik pasien non hemoragik stroke yang diberikan citicoline di RS Pelamonia TK II Makassar pada tahun 2014.

3. Instrument Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan yaitu daftar tilik.

4. Prosedur Pengumpulan Data

27 Peneliti mengajukan ijin kepada direktur RS Pelamonia TK II Makassar. Setelah mendapat ijin, peneliti kemudian melakukan observasi dan mengamati catatan medik pasien untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dilakukan pencatatan data dengan mengisi lembar daftar tilik sesuai dengan data yang dibutuhkan.

F. Manajemen Data 1. Editing

Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban menjadi lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau ketidaksengajaan kesalahan pengisian dapat segera dilengkapi atau disempurnakan.

2. Coding

Coding yaitu memberikan kode angka pada atribut variable agar lebih mudah dalam analisa data.

3. Tabulating

Pada tahapan ini data dihitung, melakukan tabulasi untuk masing-masing variable. Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

4. Transfering

28 Transferring data yaitu memindahkan data dalam media tertentu pada master table.

5. Cleaning

Cleaning yaitu pembersihan data pada data yang telah terkumpul di cek terlebih dahulu agar tidak terdapat data yang tidak diperlukan.

6. Entry

Entry yaitu memasukkan dalam program komputer untuk proses analisis data.

G. Pengelolaan Data

Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data pada pasien non hemoragik stroke yang menggunakan citicoline, kemudian dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS 21.0 untuk memperoleh hasil analitik yang diharapkan.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer.

Adapun analisis yang akan dilakukan meliputi:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan karakteristik dari variabel penelitian. Hasil analisis dari masing- masing variabel kemudian dimasukan ke tabel distribusi frekuensi.

29 2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan diantara dua variabel. Dalam penelitian ini akan dibandingkan distribusi silang antara kedua variabel yang berhungan. Kemudian akan dilakukan uji statistik untuk menyimpulkan hubungan antara kedua variabel tersebut bermakna atau tidak. Dikarenakan penelitian ini menggunakan satu kelompok yang diberikan perlakuan (pengukuran) sebelum dan sesudahnya, dengan menggunakan sampel yang sama, sehingga uji yang digunakan adalah UJI-T berpasangan. Untuk interpretasi hasil menggunakan derajat kemaknaan α ( P alpha) sebesar 5% dengan catatan jika p

<0,05 ( p value ≤ p alpha ) maka H0 di tolak Hα di terima, sedangkan bila p > 0,05 maka H0 diterima Hα ditolak.

I. Etika Penelitian

1. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan usaha menjaga kerahasian tentang hal - hal yang berkaitan dengan data responden. Pada aspek ini peneliti tidak mencantumkan nama responden pada kuesioner dan hanya diberikan kode atau nomor responden.

2. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang

30 sudah terkumpul dari responden benar - benar bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan di file khusus yang benar - benar milik pribadi sehingga hanya peneliti dan responden yang mengatahuinya.

31 BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel

Sampel dari penelitian ini diambil dari data sekunder dengan menggunakan rekam medik. Sampel yang didapat dari penelitian ini sebanyak 77 sampel tetapi yang termasuk dalam kriteria inklusi yaitu 56 sampel. Dimana dari 56 sampel tersebut merupakan sampel yang diberikan citicoline dan menderita non hemoragik stroke. Pada masa sekarang penggunaan obat pada pasien non hemoragik stroke sangatlah tidak menentu dikarenakan banyaknya tawaran obat dari perusahaan obat, untuk itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap penggunaan obat yang sesuai terhadap pasien non hemoragik stroke agar perbaikan motoriknya lebih baik.

5.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan pada tanggal 20 january – 20 February di RS Pelamonia TK II Makassar Jalan Jendral Sudirman No. 27 Kecamatan Ujung pandang Kelurahan Pisang Selatan Kota Makassar.

RS Pelamonia TK II Makassar memiliki visi yaitu menjadi rumah sakit kebanggan Kodam VII/Wirabuana dan rumah sakit rujukan wilayah Indonetia Timur dan memiliki misi yaitu memberikan pelayanan

32 kesehatan dasar, spesialistik dan sub spesialistik terbaik bagi seluruh prajurit, PNS, keluarga, angkatan lain dan masyarakat.

Adapun jumlah poliklinik yang tersedia yaitu 12 poliklinik yaitu poliklinik bedah, anak, penyakit dalam, mata, kesehatan jiwa, penyakit saraf, penyakit kulit dan kelamin, urologi, bedah saraf, gigi, radiologi dan laboratorium klinik.

5.3 Analisis univariat

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Pasien NHS Berdasarkan Rekam Medik RS Pelamonia Makassar TK II Makassar Tahun 2014.

Variabel Jumlah(n) Persentase(%) Jenis kelamin

Pria Wanita

Usia

≤35 tahun

>35 tahun

26 29

3 52

47.3 52.7

5.5 94.5

Total 55 100.0 Sumber : data sekunder 2016

Dari tabel 5.1 pasien non-hemoragik stroke (NHS) yang dilibatkan sebanyak 55 orang (100%). Usia 35 tahun berjumlah 3 orang (5.5%) dan yang usia >35 tahun berjumlah 52 orang (94.5%). Sedangkan pasien

33 non hemoragik stroke (NHS) yang berjenis kelamin Pria sebanyak 26 orang (47.3%) dan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 29 orang (52.7%).

Tabel 5.2 Distribusi Pasien NHS berdasarkan Kekuatan Kontraksi Otot Sebelum Pemberian Citicoline.

Kekuatan Kontraksi Otot Jumlah(n) Persentase(%)

0/5 1/5 2/5

8 44

3

14.5 80.0 5.5

Total 55 100.0

Sumber : data sekunder 2016

Dari tabel 5.2 sebelum pemberian citicoline, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 0/5 berjumlah 8 orang (14.5%), pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 berjumlah 44 orang (80%), sedangkan pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 2/5 berjumlah 3 orang (5.5%).

34 Tabel 5.3 Distribusi Pasien NHS berdasarkan Kriteria Kekuatan Kontraksi Otot Setelah Pemberian Citicoline Selama 5 hari

Kriteria Kekuatan Kontraksi Otot Jumlah(n) Persentase(%)

Ada Perbaikan Tidak Ada Perbaikan

53 2

96.4 3.6

Total 55 100.0 Sumber : data sekunder 2016

Pasien NHS setelah diberikan citicoline, dikriteriakan menjadi ada perbaikam apabila dari hari pertama sampai hari kelima mengalami peningkatan kekuatan kontraksi otot. Sedangkan tidak ada perbaikan apabila dari hari pertama samapi dengan hari kelima tidak mengalami peningkatan kekuatan kontraksi otot. Berdasarkan tabel 5.4 pasien NHS yang tidak ada perbaikan berjumlah 2 orang (3.6%) dan pasien NHS yang mengalami perbaikan setelah pemberian citicoline berjumlah 53 orang (96.4%).

35 5.4 Analisis Bivariat

Tabel 5.4. Pengaruh Pemberian Citicoline Terhadap Kekuatan Kontraksi Otot

Kriteria

Kekuatan Kontraksi Otot Sebelum Pemberian Citicoline

pada NHS

Kekuatan Kontraksi Otot Setelah Pemberian Citicoline

pada NHS

Total P Value

Tidak Ada Perbaikan

Ada Perbaikan

n % n % n %

0/5

1/5

2/5

0

0

2

0.0

0.0

66.7

8

44

1

100.0

100.0

33.3

8

44

3

100.0

100.0

100.0

0.000

Sumber: data sekunder 2016

Tabel diatas 5.4 menunjukkan bahwa setelah pemberian citicoline selama 5 hari, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot masuk dengan

36 nilai 0/5 yang mengalami perbaikan berjumlah 8 orang, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot masuk dengan nilai 1/5 yang mengalami perbaikan berjumlah 44 orang. Pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot masuk dengan nilai 2/5 yang mengalami perbaikan hanya 1 orang, sedangkan yang tidak mengalami perbaikan berjumlah 2 orang. Dan hasil dari uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol ditolak dan hipotesa alternative diterima. Hal ini berarti ada pengaruh pemberian citicoline terhadap kekuatan kontraksi otot pada pasien non-hemoragik stroke (NHS).

37 BAB VI

PEMBAHASAN

A. Insiden penyakit non hemoragik stroke di RS Pelamonia TK II Makassar tahun 2014

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa insiden Penyakit Non Hemoragik Stroke di RS Pelamonia TK II Makassar periode 1 Januari – 31 Desember 2014 sebanyak 55 pasien.

B. Pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada pasien non hemoragik stroke

Dari hasil penelitian didapatkan pasien non hemoragik stroke yang diberikan citicoline berdasarkan rekam medik di RS Pelamonia TK II Makassar tahun 2014 sebanyak 55 orang. Dimana berjenis kelamin pria sebanyak 26 orang dan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 29 orang, yang berumur < 35 tahun sebanyak 3 orang dan yang berumur > 35 tahun sebanyak 52 orang dan diketahui 55 orang tersebut masuk dengan kekuatan kontraksi otot berkisar 0/5 - 2/5 dimana pada pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 0/5 sebanyak 8 orang, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 sebanyak 44 orang dan pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 2/5 sebanyak 3 orang. Diketahui bahwa penderita non hemoragik stroke lebih banyak mengenai pada usia > 35 tahun dan

38 jarang ditemui pada usia < 35 tahun hal tersebut di karenakan adanya faktor usia yang mempengaruhi.[7]

Diketahui berdasarkan rekam medik RS Pelamonia TK II Makassar bahwa pasien non hemoragik stroke sebanyak 55 orang ini diberikan citicoline selama 5 hari dengan dosis 250 mg yang diberikan secara injeksi dengan pola pemberian selama per 8 jam.

Pasien non hemoragik stroke berdasarkan kekuatan kontraksi otot yang setelah diberikan citicoline yang tercantum di rekam medik RS Pelamonia TK II Makassar adalah sebagai berikut :

Tabel 6.1 Pasien Non Hemoragik Stroke Berdasarkan Kekuatan Kontraksi Otot yang Setelah Diberikan Citicoline yang Tercantum di Rekam Medik RS Pelamonia TK II Makassar.

Kekuatan Kontraksi Otot Jumlah(n) Persentase(%)

Hari Pertama 1/5 2/5 3/5

41 13 1

74.5 23.6 1.8 Hari Kedua

1/5 2/5 3/5

24 22 9

43.6 40.0 16.4 Hari Ketiga

1/5 2/5

5 20

9.1 49.1

39 3/5

4/5 Hari Keempat

1/5 2/5 3/5 4/5 Hari Kelima

1/5 2/5 3/5 4/5 5/5

27 3

4 14 21 16

2 2 19 31 1

36.4 5.5

7.3 25.5 38.2 29.1

3.6 3.6 34.5 56.4 1.8

Total 55 100.0 Sumber : data sekunderr 2016

Dari tabel diatas setelah pemberian citicoline pada hari pertama, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 berjumlah 41 orang (74.5%), 2/5 berjumlah 13 orang (23.6%), 3/5 berjumlah 1 orang (1.8%).

Pada hari kedua, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 berjumlah 24 orang (43.6%), 2/5 berjumlah 22 orang (40%), 3/5 berjumlah 9 orang (16.4%). Pada hari ketiga, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 berjumlah 5 orang (9.1%), 2/5 berjumlah 20 orang (49.1%), 3/5 berjumlah 27 orang (36.4%), 4/5 berjumlah 3 orang (5.5%). Pada hari keempat, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 berjumlah 4

40 orang (7.3%), 2/5 berjumlah 14 orang (25.5%), 3/5 berjumlah 21 orang (38.2%), 4/5 berjumlah 16 orang (29.1%). Pada hari kelima, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 berjumlah 2 orang (3.6%), 2/5 berjumlah 2 orang (3.6%), 3/5 berjumlah 19 orang (34.5%), 4/5 berjumlah 31 orang (56.4%), 5/5 berjumlah 1 orang (1.8%).

Mekanisme kerja dari citicoline sendiri yaitu pada saat citicoline diberikan secara injeksi, citicoline memperbaiki membrane sel saraf melalui peningkatan sintesis phosphatidylcoline, kemudian memperbaiki neuron kolinergik yang rusak melalui potensial dari produksi asetilkolin, lalu mengurangi penumpukan asam lemak bebas pada kerusakan akibat stroke iskemik dan citicoline juga memulihkan kerusakan sphingomyelin setelah suatu keadaan ischemia.[31]

Dari keseluruhan pasien non hemoragik stroke yang berjumlah 55 orang yang setelah diberikan citicoline selama 5 hari dengan dosis 250 mg/8 jam/IV, pasien yang mengalami perbaikan motorik atau peningkatan kekuatan kontraksi otot sebanyak 53 orang dan pasien yang tidak mengalami perbaikan motorik atau tidak mengalami peningkatan kekuatan kontraksi otot sebanyak 2 orang. Seperti yang dikatakan oleh Jan.S Surya bahwa Citicoline merupakan bahan dasar dari biosintese turunan fosfotidilkholine dari fosfolipid di sel membrane yang berfungsi untuk menekan pelepasan asam arakhidonik dan mencegah kerusakan fosfolipid setelah terjadi iskhemik. Citicoline bisa meningkatkan sintese fosfatidilkholin dan sfingomielin pada sel dengan kondisi iskhemik serta

41 menekan aktivitas fosfolipase yang mana berupa peningkatan pemulihan kesadaran dan terjadi peningkatan kekuatan kontraksi otot.[30] pada pasien yang tidak mengalami perbaikan motorik yaitu sebanyak 2 orang, pasien tersebut berumur 55 tahun dan 67 tahun. Pada rekam medik tercantum bahwa 2 pasien tersebut memiliki penyakit lebih dari 1 dan konsumsi obat yang mana lebih dari 5 jenis obat, sehingga kemungkinan besar dosis dari citicoline yang diberikan pada pasien tersebut berkurang. Dan pada jurnal juga dikatakan bahwa citicoline tampaknya memiliki efek yang berbeda pada sintesis fosfatidilkolin di usia muda dibandingkan pada orang dewasa yang lebih tua. Fosfatidilkolin merupakan senyawa penting untuk integritas membran sel dan perbaikan. Hal ini biasanya berkurang dalam membran sel otak akibat penuaan. Sebuah studi menggunakan protein spektroskopi resonansi magnetik untuk mengukur konsentrasi senyawa kolin yang mengandung sitosol pada otak sebelum dan setelah dosis tunggal citicoline menemukan bahwa resonansi kolin dalam otak pada usia muda meningkat, sedangkan penurunan dialami pada usia yang lebih tua.

Hal ini diduga bahwa komponen cytidine citicoline meningkatkan penggabungan kolin otak menjadi fosfatidilkolin membran sel saraf pada usia yang lebih tua sehingga mengakibatkan penurunan.[16]

42 Diketahui pada pemberian citicoline pada pasien non hemoragik stroke terhadap kekuatan kontraksi otot berdasarkan rekam medik RS Pelamonia TK II Makassar tahun 2014 yaitu sebagai berikut :

Tabel 6.2 Pemberian Citicoline Pada Pasien Non Hemoragik Stroke Terhadap Kekuatan Kontraksi Otot Berdasarkan Rekam Medik RS Pelamonia TK II Makassar Tahun 2014.

Kekuatan Kontraktsi Otot Pasien Masuk

Pasien NHS setelah diberikan citicloline selama 5 hari

0/5 4/5

0/5 3/5

0/5 4/5

0/5 3/5

0/5 4/5

0/5 3/5

0/5 2/5

0/5 3/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 5/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 3/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 3/5

1/5 3/5

1/5 3/5

1/5 3/5

1/5 4/5

1/5 3/5

1/5 3/5

1/5 3/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 4/5

43

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 3/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 3/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 3/5

1/5 3/5

1/5 2/5

1/5 3/5

1/5 4/5

1/5 3/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 4/5

1/5 4/5

2/5 3/5

Total 53

Sumber : data sekunderr 2016

Pasien dengan kekuatan kontraksi otot masuk 0/5 mengalami perbaikan sebanyak 8 orang, pada pasien dengan kekuatan kontraksi otot masuk 1/5 mengalami perbaikan sebanyak 44 orang, pada pasien dengan kekuatan kontraksi otot masuk 2/5 mengalami perbaikan sebanyak 1 orang. Dari keseluruhan pasien berdasarkan rekam medik RS Pelamonia TK II Makassar tidat tercantum efek samping tetapi pada jurnal anonym dikatakan bahwa efek samping dari citicoline berkaitan dengan percernaan seperti diare dan beberapa gangguan vascular ringan seperti sakit kepala.[29]

44 BAB VII

TINJAUAN KEISLAMAN A. Pola makan yang sehat

Salah satu cara yang diajarkan oleh islam untuk meraih kesehatan adalah dengan mengatur pola makan yang baik. Ajaran islam dalam mengelola makan itu ada beberapa hal, diantaranya:

1. Mengonsumsi makanan yang halal dan baik

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS AL Baqarah : 168)

2. Tidak berlebihan dalam makan dan minum.

Rasulullah bersabda :

الله الله الله : الله الله .

45 ( ه ) Artinya : Rasullulah SAW bersabda, sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan pada orang – orang mukmin seperti apa yang telah diperintahkan-Nya kepada Rosul, maka Allah berfirman: Hai para Rosul, makanlah kamu semua dari sesuatu yang baik dan berbuatlah kamu yang baik. Dan firman Allah yang lain: Hai orang – orang yang beriman, makanlah kamu semua dari sebaik – baik apa yang telah Ku-rezekikan kepadamu. Kemudian Nabi SAW menceritakan seseorang lelaki yang telah jauh perjalanannya dengan rambutnya yang kusut, kotor, penuh debu, yang menadahkan kedua tangannya seraya berkata ( berdo‟a ):

Wahai tuhanku, sedangkan makanannya haram minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan barang yang haram, mana mungkin ia akaaan dikabulkan do‟anya?

Pada pasien non hemoragik stroke, mengonsumsi makanan yang halal dan baik sangatlah mempengaruhi perbaikan pada pasien tersebut karena makanan yang halal pastilah bergizi yang dapat meningkatkan imun pasien dan mempercepat kesembuhan pasien. Salah satu contoh makanan halal yang diberikan pada pasien yaitu citicoline dimana citicoline mengandung biosintesa fosfotidilkolin yang dapat membantu mencegah proses penyebaran ischemic pada otak.

Pada pasien non hemoragik stroke, makan dan minum yang berlebihan tidaklah diperbolehkan karena akan mempengaruhi kadar gizi

46 normal yang ada pada tubuh pasien tersebut sehingga dapat menjadi penyakit dan malah memperburuk kondisi pasien. Salah satu contohnya pasien yang mengonsumsi daging, daging yang apabila dikonsumsi secara berlebihan akan mengakibatkan pasien itu terkena hiperkolesterolemia

B. Istirahat yang cukup

Allah telah menciptakan pergantian malm dan siang, bukan sesuatu yang tak bermakna. Pergantian ini dimaksud kan adalah untu memberikan kesempatan kepada manusia untuk berusaha pada siang hari dan beristirahat pada malam hari setelah lelah berusaha. Hal ini kembali membuktikan bahwa islam sangat memperhatikan masalah kesehatan.

Dalil yang menjelaskan tentang hal ini adalah:

Artinya : “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qasas : 73) [33]

Pada pasien non hemoragik stroke, membutuhkan istirahat yang cukup agar obat dan makanan yang dikonsumsinya dapat bekerja dengan baik.

47 BAB VIII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan rekam medik yaitu “pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada pasien non hemoragik stroke di RS. Pelamonia TK. II Makassar tahun 2014” dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada RS Pelamonia TK II Makassar tahun 2014 di dapatkan sebanyak 55 pasien Non Hemmoragik Stroke yang diberikan citicoline.

2. Pada penelitian ini, pasien non hemoragik stroke berdasarkan usia didapatkan < 35 tahun sebanyak 3 orang dan > 35 tahun sebanyak 52 orang.

3. Pada penelitian ini, pasien non hemoragik stroke berdasarkan jenis kelamin didapatkan sebanyak 26 orang berjenis kelamin pria dan sebanyak 29 orang berjenis kelamin wanita.

4. Pada penelitian ini didapatkan pengaruh pemberian citicolin terhadap perbaikan Motorik pada pasien Non Hemoragik Stroke di RS. Pelamonia TK. II Makassar tahun 2014.

48 B. SARAN

1. Pada peneliti selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini diharapkan dapat meneliti di rumah sakit lain yang ada di Kota Makassar atau di luar dari daerah Makassar.

2. Pada peneliti selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini diharapkan dapat meneliti dengan metode penelitian yang berbeda yaitu dengan metode cohort.

49 DAFTAR PUSTAKA

1. Adams HP Jr, del Zoppo GJ, von Kummer R.2000. Management of Stroke: A Practical Guide for the Prevention, Evaluation and Treatment of Acute Stroke, 1st ed. Caddo US: Professional Communications Inc.

2. Hankey GJ. 2002. Stroke: Your questions Answered. Edinburg: Churchill Livingstoke.

3. MacDonald BK, Cockerell OC, Sander JWAS, Shorvon SD. 2000. The incidence and lifetime prevalence of neurological disorders in a prospective community-based study in the UK. Brain; 123: 665-676.

4. Barnett, Mohr, Stein, Yatsu (eds). Philadelphia : Churchill Livingstone. 3rd ed, 2001,p. 139-153.

5. Adinanthera, Gusti Wahyu The Effect of Citicoline on Acute Ischemic Stroke : https://prezi.com/9q5i3o2d0ecr/the-effects-of-citicoline-on-acute- ischemic-stroke-a-review/ (diakses 22 November 2014, 20.51 WITA).

6. WHO. 1989. Recommendation on Stroke Prevention, diagnosis and therapy in Stroke. Stroke; 20:1407-31.

7. Fieschi C, Falcou A, Sachetti ML, Toni D. Pathogenesis, Diagnosis and Epidemiology of Stroke 2001 CNS Drug; 9 suppl. 1:1-9.

8. Misbach J. 2003. Stroke, Aspek Diagnostik, Pathofisiologi, Manajemen, edisi pertama, Universitas Indonesia, Jakarta.

9. WHO, 2001. Report of the WHO task force on stroke and other cerebrovascular disorder manifestation on stroke, prevention, diagnosis and therapy. Stroke 20; 1407-1431. (diakses tanggal 25 November 2015 pukul 21.41 WITA).

10. Garcia. Pathology. In Stroke, Pathophysiology, Diagnosis, and Management.

11. Wen YD, Zhang HL, Qin ZH. Inflamatory mechanism in Ischemic neuronal injury. Neuroscience 2006; 22: 171 – 182

12. Underwood. Cerebrovascular Disease in General and Systematic Pathology. Philadelphia : Churchill Livingstone. 3rd ed, 2000, p. 748-751.

50 13. Secades JJ, Lorenzo JL. Citicoline: pharmacological and clinical review, 2006 update. Methods Find Exp Clin Pharmacol. 2006;28 Suppl B: 1-56.

14. Jambou R, EL-Assaad F, Combes V, Grau GE. Citicoline (CDP-choline):

What role in the treatment of complications of infectious disease. Int J Biochem Cell Biol. 2009;41 (7): 1467-1470.

15. D‟Orlando KJ, Sandage BW. Citicoline (CDP-choline): mechanisms of action and effects in ischemic brain injury. Neurol Res 2004;17(4):281- 284.

16. Babb SM, Appelmans KE, Renshaw PF, Wurtman RJ, Cohen BM.

Differential effect of CDP-choline on brain cytosolic choline levels in younger and older subjects as measured by proton magnetic resonance spectroscopy. Psychopharma- cology (Berl). 2003;127(2):88-94.

17. Wurtman RJ, Regan M, Ulus I, Yu L. Effect of oral CDP-choline on plasma choline and uridine levels in humans. Biochem Pharmacol.

2000;60(7):989-992.

18. Mingeot-Leclercq M-P, Lins L, Bensliman M, et al. Piracetam menghambat efek-mendestabilisasi lipid dari amiloid peptida A Sebuah C- terminal fragmen. Biochim Biophys Acta 2003; 1609: 28-38.

19. Drago F, Mauceri F, Nardo L, et al. Effects of cytidine-diphosphocholine on acetyl- choline-mediated behaviors in the rat. Brain Res Bull.

2011;31(5):485-489.

20. D‟Orlando KJ, Sandage BW. Citicoline (CDP-choline): mechanisms of action and effects in ischemic brain injury. Neurol Res 2006;17(4):281- 284.

21. Weiss GB. Metabolism and actions of CDP-choline as an endogenous compound and administered exogenously as citicoline. Life Sci.

2010;56(9):637-660.

22. Adibhatla RM, Hatcher JF. Citicoline decreases phospholipase A2 stimulation and hydroxyl radical generation in transient cerebral ischemia.

J Neurosci Res. 2003;73(3):308-315.

Dokumen terkait