PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga, menewaskan 90.000 wanita dan 60.000 pria setiap tahunnya. Selain menyebabkan kematian, stroke juga menjadi penyebab utama kecacatan dan menyebabkan seseorang harus dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama. Di Indonesia, data epidemiologi stroke masih belum lengkap, namun jumlah penderita stroke cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Hal ini terlihat dari laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga Kementerian Kesehatan RI di berbagai rumah sakit di 27 provinsi di Indonesia. Citicoline telah dipelajari secara ekstensif dalam uji klinis dengan sukarelawan dan lebih dari 11,000 pasien dengan berbagai kelainan neurologis, termasuk stroke iskemik akut. Hasilnya ditemukan bahwa citicoline aman digunakan dan baik untuk pasien stroke iskemik akut, pasien stroke ringan, pasien berusia di atas 70 tahun, pasien yang belum pernah diobati dengan rt-PA. Efek citicoline pada pasien stroke iskemik akut yang diberi aktivator plasminogen jaringan rekombinan (rt-PA) memungkinkan hasil pengobatan dengan citicoline, pada pasien yang tidak diberikan rt-PA tetapi diberikan citicoline terlihat efek positifnya.
Bila citicoline digunakan pada pasien berusia di atas 70 tahun, hasilnya lebih baik dibandingkan bila tidak diberikan citicoline, semakin luas areanya. Hingga saat ini, masih sangat sedikit penelitian mengenai pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada pasien stroke non hemoragik, hal ini menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
- Definisi Stroke
- Epidemiologi Stroke
- Klasifikasi Stroke
- Patofisiologi Non Hemoragik Stroke
- Faktor Resiko Non Hemoragik Stroke
- Penatalaksanaan
- Prognosis
- Citicoline
- Mekanisme Kerja Citicoline
- Manual Muscle Test
- Kerangka Teori
Sedangkan penggunaan klinis yang lebih praktis adalah klasifikasi New York Neurological Institute, dimana stroke menurut mekanisme kejadiannya dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: Stroke iskemik (85%) terdiri dari: trombosis 75-80%, emboli 15-20%, sisanya 5%: vaskulitis, koagulopati, hipoperfusi dan stroke hemoragik (10-15%) terdiri dari: intraserebral (parenkim) dan subarachnoid.[9]. Citicoline memiliki efek berbeda pada sintesis fosfatidilkolin pada dewasa muda dibandingkan pada orang dewasa yang lebih tua. Penelitian menggunakan spektroskopi resonansi magnetik protein untuk mengukur konsentrasi senyawa yang mengandung kolin sitosol di otak sebelum dan sesudah pemberian citicoline dosis tunggal menemukan bahwa resonansi kolin di otak meningkat pada usia muda, sedangkan penurunan resonansi kolin dialami pada usia muda. usia muda usia. usia yang lebih tua.
Komponen sitidin citicoline diperkirakan meningkatkan penggabungan kolin otak ke dalam membran sel saraf fosfatidilkolin pada usia tua, sehingga menyebabkan penurunan. Data klinis terbaru menunjukkan bahwa uridin dan kolin adalah substrat yang bersirkulasi sehingga pemberian citicoline oral meningkatkan sintesis fosfolipid di membran otak. Citicoline mampu merangsang sintesis fosfolipid otak pada manusia, hal ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa orang sehat yang mengonsumsi 500 mg/hari secara oral selama 6 minggu (diberikan sebagai 15 citicoline) menunjukkan peningkatan kadar fosfodiester di jaringan otak, seperti gliserofosfokolin dan gliserofosfoetanolamin. 18]. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa pemberian citicoline intraserebral sebelum induksi iskemia mengurangi peningkatan asam lemak bebas, asam arakidonat dan metabolit toksik lainnya, mengurangi kerusakan akibat radikal bebas dan mengembalikan fungsi membran [20].
Studi menunjukkan bahwa citicoline meningkatkan pemeliharaan komponen membran dalam mitokondria yang dikenal sebagai kardiolipin, yang merupakan faktor pengaturan penting untuk menjaga fungsi mitokondria. Citicoline menunjukkan efek antioksidan langsung, penelitian menunjukkan bahwa citicoline memiliki kemampuan untuk merangsang sintesis glutathione dan aktivitas enzim glutathione reduktase.
KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep
Definisi Operasional
Hipotesis
Pemberian obat nootropik oleh dokter jaga RS Pelamonia TK II Makassar pada pasien stroke non hemoragik berdasarkan rekam medis tahun 2014. a. 25 Pada penelitian ini, seluruh pasien stroke nonhemoragik mendapat citicoline di RS Pelamonia TK II Makassar pada tahun 2014. A. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien stroke nonhemoragik yang mendapat citicoline pada tahun 2014 di RS Pelamonia TK II Makassar.
Artinya terdapat pengaruh pemberian citicoline terhadap kekuatan kontraksi otot pada pasien stroke non hemoragik (NHS). Dari hasil penelitian ditemukan 55 pasien stroke non hemoragik yang mendapat citicoline berdasarkan rekam medis di RS Pelamonia TK II Makassar pada tahun 2014. Pasien stroke non hemoragik berdasarkan kekuatan kontraksi otot setelah mendapat citicoline yang tercantum pada rekam medis di RS Pelamonia TK II Makassar adalah sebagai berikut.
42 Diketahui pemberian citicoline pada pasien infark non hemoragik pada kekuatan kontraksi otot berdasarkan rekam medis di RS Pelamonia TK II Makassar tahun 2014 adalah sebagai berikut. Pada penelitian ini ditemukan pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada pasien stroke non hemoragik yang dirawat di rumah sakit.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus kontrol untuk mengetahui pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada pasien stroke non hemoragik di RS Pelamonia TK II Makassar sekaligus seperti yang dilaporkan pada rekam medis tahun 2014.
Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Cara Pengambilan Sampel
Pengumpulan Data
Setelah mendapat izin, peneliti kemudian melakukan observasi dan melihat rekam medis pasien untuk memperoleh data yang diperlukan.
Manajemen Data
Pembersihan adalah tindakan membersihkan data pada data yang pertama kali dikumpul dan disemak supaya tiada data yang tidak diperlukan hadir.
Pengelolaan Data
Analisis Data
- Etika Penelitian
Dari Tabel 5.2, sebelum pemberian citicoline, terdapat 8 pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 0/5 (14,5%), 44 pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 (80%), sedangkan pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 2/5 5 total 3 orang (5,5%). Pasien NHS dikatakan membaik setelah menerima citicoline jika mengalami peningkatan kekuatan kontraksi otot dari hari pertama hingga kelima. Sedangkan tidak ada perbaikan jika kekuatan kontraksi otot tidak meningkat pada hari pertama hingga hari kelima.
36 orang dengan skor 0/5 yang mengalami perbaikan berjumlah 8 orang, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot masuk dengan skor 1/5 yang mengalami perbaikan berjumlah 44 orang. Pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot yang masuk dengan skor 2/5 mengalami perbaikan, hanya 1 orang yang mengalami perbaikan sedangkan yang tidak mengalami perbaikan ada 2 orang. Dari jumlah tersebut laki-laki sebanyak 26 orang dan perempuan sebanyak 29 orang, usia < 35 tahun sebanyak 3 orang dan usia > 35 tahun sebanyak 52 orang, diketahui 55 orang masuk dengan kekuatan kontraksi otot 0/5 – 2/5, dimana terdapat 8 pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 0/5, 44 pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 dan 3 pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 2/5.
Dari total 55 pasien stroke nonhemoragik yang mendapat citicoline 250 mg/8 jam/IV selama 5 hari, 53 pasien mengalami perbaikan motorik atau peningkatan kekuatan kontraksi otot, dan 53 pasien tidak mengalami perbaikan motorik atau peningkatan kekuatan otot. kekuatan. kekuatan kontraksi untuk 2 orang. 41 menghambat aktivitas fosfolipase, sehingga meningkatkan pemulihan kesadaran dan meningkatkan kekuatan kontraksi otot.[30] Tidak ada perbaikan motorik pada dua pasien, pasien tersebut berusia 55 dan 67 tahun. Pada pasien dengan kekuatan kontraksi otot 0/5 terjadi perbaikan pada 8 subjek, pada pasien dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 terjadi perbaikan pada 44 subjek, pada pasien dengan kekuatan kontraksi otot 2/5 terjadi perbaikan. adalah peningkatan pada 1 orang. .
Dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan rekam medis yaitu “pengaruh pemberian citicoline terhadap peningkatan motorik pada pasien stroke non hemoragik di rumah sakit.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Populasi dan Sampel
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Analisis Univariat
Analisis Bivariat
PEMBAHASAN
Insiden Penyakit Non Hemoragik Stroke di RS Pelamonia TK II Makassar
Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian stroke non hemoragik di RS Pelamonia TK II Makassar periode 1 Januari s/d 31 Desember 2014 sebanyak 55 pasien.
Pengaruh Pemberian Citicoline Terhadap Perbaikan Motorik Pada Pasien
Usia 35 tahun sebanyak 52 orang dan diketahui masuk 55 orang dengan kekuatan kontraksi otot 0/5 - 2/5, dimana pada pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 0/5 ada 8 orang, NHS pasien dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 sebanyak 44 subjek dan 3 pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 2/5. Berdasarkan rekam medis RS Pelamonia TK II Makassar diketahui 55 pasien stroke non hemoragik mendapat citicoline selama 5 hari dengan dosis 250 mg yang diberikan melalui suntikan dengan pola pemberian setiap 8 jam. Dari total 55 pasien stroke non hemoragik yang mendapat citicoline selama 5 hari dengan dosis 250 mg/8 jam/IV, 53 pasien mengalami perbaikan motorik atau peningkatan kekuatan kontraksi otot, dan 53 pasien tidak.
Citicoline dapat meningkatkan sintesis fosfatidilkolin dan sphingomyelin pada sel dengan kondisi iskemik dan menekan aktivitas fosfolipase, sehingga meningkatkan pemulihan kesadaran dan meningkatkan kekuatan kontraksi otot. Terdapat 2 pasien yang tidak mengalami perbaikan motorik, pasien tersebut berusia 55 tahun dan 67 tahun. Diketahui pemberian citicoline pada pasien stroke non hemoragik berdasarkan rekam medis di RS Pelamonia TK II Makassar tahun 2014 adalah sebagai berikut. Sumber : data sekunder tahun 2016. Pasien dengan kekuatan kontraksi otot masuk 0/5 mengalami perbaikan sebanyak 8 orang, pasien dengan kekuatan kontraksi otot masuk 1/5 mengalami perbaikan sebanyak 44 orang, pasien dengan kekuatan kontraksi otot masuk dari 2/5 mengalami peningkatan peningkatan 1 orang.
Pada penelitian ini ditemukan 3 pasien stroke non hemoragik dengan usia < 35 tahun dan >.
TINJAUAN KEISLAMAN
Pola Makan yang Sehat
Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan yang demikian itu kepada orang-orang yang beriman, Dia telah memerintahkan kepada Rasul, maka Allah berfirman: Wahai para rasul, makanlah dari yang baik-baik kamu semuanya dan berbuat baiklah. Dan firman Allah yang kedua: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kamu semua dari rezeki yang terbaik yang telah Aku rezekikan kepada kamu. Kemudian Nabi SAW menceritakan seorang lelaki yang telah melakukan perjalanan jauh dengan rambutnya kusut masai, kotor, penuh debu, yang mengangkat tangannya sambil berdoa (solat.
Pada pasien stroke non hemoragik, asupan makanan yang halal dan baik sangat mempengaruhi kesembuhan pasien karena makanan yang halal sudah pasti bergizi yang dapat meningkatkan imunitas pasien dan mempercepat kesembuhan pasien. Salah satu contoh makanan halal yang diberikan kepada pasien adalah citicoline dimana citicoline mengandung biosintesis fosfotidilkolin yang dapat membantu mencegah proses penyebaran iskemik pada otak. Pada pasien stroke non hemoragik, makan dan minum berlebihan tidak diperbolehkan karena akan mempengaruhi kadar nutrisinya.
46 normal pada tubuh pasien dapat menjadi suatu penyakit dan justru memperburuk kondisi pasien. Contohnya adalah pasien yang mengkonsumsi daging, yang jika dikonsumsi berlebihan akan menyebabkan pasien menderita hiperkolesterolemia.
Istirahat yang Cukup
PENUTUP
Kesimpulan
Di RS Pelamonia TK II Makassar pada tahun 2014, terdapat 55 pasien stroke non hemoragik yang mendapat citicoline. Pada penelitian ini, pasien stroke nonhemoragik berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang dan laki-laki sebanyak 29 orang.
Saran
Saat ini penggunaan obat pada pasien stroke non hemoragik sangat tidak menentu karena banyaknya penawaran obat dari perusahaan farmasi. Oleh karena itu, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai penggunaan obat yang tepat pada pasien stroke non hemoragik, sehingga kemampuan motoriknya meningkat lebih baik.