• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Kerangka Konseptual

2.2.1 Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba

Leverage merupakan suatu tolak ukur terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat Leverage yang besar berarti memiliki utang yang lebih besar daripada total aset yang dimilikinya, hal ini berisiko dan menjadi suatu tekanan yang besar bagi perusahaan. Menurut Hafiz & Wahyuni (2018) “Manajer perusahaan yang berutang kemungkinan akan meningkatkan laba yang dilaporkan untuk menaikkan daya tawar perusahaan dalam negosiasi utang, mengurangi kekhawatiran para kreditor dan untuk mendapatkan kelonggaran batas kredit”.

Perusahaan yang memiliki Leverage yang tinggi akan berakibat besarnya utang daripada aset yang dimiliki perusahaan, dikarenakan melakukan manajemen laba dan perusahaan akan terancam atau dinyatakan tidak dapat memenuhi kewajiban untuk membayar utang pada waktunya.

Berdasarkan dari kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu mengenai Leverage terhadap manajemen laba, penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumya yang bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh Leverage terhadap manajemen laba

2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

Ukuran perusahaan merupakan skala yang dilihat dari besar atau kecilnya suatu perusahaan dengan melihat dari total aset, penjualan, nilai pasar saham, dan lain sebagainya. Perusahaan besar mempunyai akses lebih banyak ke sumber dana baik dari pasar modal maupun perbankan untuk investasinya daripada perusahaan yang kecil. Menurut Agustia & Suryani (2018) “Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mendorong tindakan manajemen laba.

Perusahaan yang semakin besar akan mendapatkan lebih banyak perhatian dari berbagai pihak terutama bagi stakeholder”.

Manajer perusahaan akan mempermainkan jumlah laba untuk menarik para kreditor atau investor agar mau menanamkan modal sahamnya kepada perusahaan. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Burhan & Malau (2021)

“Perusahaan yang berukuran besar cenderung akan menghindari laba yang sedang berfluktuatif drastis. Laba yang meningkat akan berdampak pada permintaan pajak yang akan dilakukan oleh pemerintah, sedangkan laba yang amenurun secara drastis akan memberikan pandangan yang buruk dari para investor dan kreditor”.

Berdasarkan dari kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu mengenai ukuran perusahaan terhadap manajemen laba, penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumya yang bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.

2.2.3 Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba Dewan komisaris independen merupakan dewan yang tidak ada hubungan dengan manajemen, anggota dewan lainnya dan pemegang saham pengendali, dan juga tidak ada kaitannya dengan hubungan bisnis atau hubungan-hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan dewan komisaris independen untuk bertindak independen. Fungsi dari dewan komisaris independen adalah untuk menilai kinerja dari perusahaan secara independen.

Keberadaan dewan komisaris independen merupakan sebagai pengawasan terhadap laporan kegiatan operasional perusahaan. Dewan komisaris independen menjamin adanya tranparansi atas laporan keuangan yang disajikan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan yang bekepentingan di dalam perusahaan atas kualitas informasi yang telah diperoleh. Besarnya jumlah dewan komisaris independen akan mempersempit kesempatan manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nabila & Daljono (2012) bahwa dewan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.

Berdasarkan dari kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu mengenai dewan komisaris independen terhadap manajemen laba, penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumya yang bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh dewan komisaris independen terhadap manajemen laba.

2.2.4 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

Umur perusahaan membuktikan bahwa seberapa lamanya perusahaan berdiri akan lebih mampu untuk menjalankan aktivitas bisnisnya untuk waktu yang lama dan juga mampu bertahan untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Perusahaan yang telah lama berdiri memiliki reputasi untuk dilindungi dan memiliki kesadaran akan peraturan. Menurut Wardani & Isbela (2018)

“Perusahaan yang telah lama berdiri cenderung mengetahui kondisi keuangan dan masalah yang akan dihadapinya sehingga perusahaan yang telah lama berdiri tidak akan mengalami kesulitan dalam menangani masalah-masalahnya”.

Investor akan lebih memercayai perusahaan yang telah lama berdiri karena terlihat lebih stabil dan menghasilkan laba yang lebih tinggi. Akan tetapi, stabilnya perusahaan bisa disebabkan oleh adanya praktik manajemen laba.

Menurut Indracahya & Faisol (2017) “Perusahaan yang sudah memiliki banyak pengalaman mengenai pengelolaan dari manajemen sebelumnya dan yang telah lama berdiri, sehingga lebih mudah dalam melakukan manajemen laba”.

Berdasarkan dari kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu mengenai umur perusahaan terhadap manajemen laba, penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumya yang bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh dewan komisaris independen terhadap manajemen laba.

2.2.5 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba

Free Cash Flow dapat didistribusikan kepada para investor sesudah perusahaan melakukan semua investasi dalam aktiva tetap, modal kerja yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan operasinya. Suatu perusahaan yang memiliki Free Cash Flow yang besar berarti akan memiliki sebuah masalah keagenan yang besar dan kemungkinan besar akan melakukan praktik manajemen laba. Masalah keagenan yang terjadi merupakan masalah pemegang saham atau investor yang menginginkan Free Cash Flow didistribusikan kepada mereka untuk meningkatkan kesejahteraannya. Sedangkan manajemen perusahaan menginginkan Free Cash Flow tersebut ditahan untuk meningkatkan perusahaan hingga menjadi lebih optimal.

Masalah keagenan yang dimaksud adalah adanya perbedaan antara pihak manajemen (agent) dan pemegang saham atau investor (principal). Pihak prinsipal memiliki kepentingan untuk memaksimumkan kekayaannya sehingga menginginkan Free Cash Flow tersebut dibagikan sebagai dividen. Sedangkan pihak agen menginginkan Free Cash Flow digunakan untuk membiayai investasi. Hal inilah yang menyebabkan Free Cash Flow memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba.

Berdasarkan dari kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu mengenai Free Cash Flow terhadap manajemen laba, penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumya yang bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh Free Cash Flow terhadap manajemen laba.

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kegunaan kerangka konseptual ini untuk menghubungkan atau menjelaskan secara luas dari masalah yang akan dibahas.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dokumen terkait