• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ilmu Hubungan Internasional merupakan sebuah studi yang berupaya menjelaskan perilaku bersifat lintas negara, hubungan-hubungan yang lebih luas dimana hal ini sudah menjadi sebuah bagian, dan institusi (privat, milik negara, non pemerintah, dan antar pemerintah) yang mengawasi interaksi tersebut.18 Perkembangan studi Hubungan Internasional pada saat ini sudah sangat pesat dan beragam. Beberapa isu internasional sudah sangat berkembang saat ini, sehingga isu yang dibahas menjadi semakin kompleks, yang pada awalnya hanya membahas mengenai isu tradisional seperti

17 Tan, Justin dan Liang Wang. “MNC Strategic Responses to Ethical Pressure: An Institutional Logic Perspective.” Journal of Business Ethics. (2011): 373-390.

18 “International Relation.” Department of Political Science College of Letters and Science.

https://polisci.wisc.edu/fields/international-relations. Diakses pada 9 Februari 2019.

31 keamanan dan militer, sekarang ini sudah sangat luas cakupannya dalam berbagai bidang, seperti lingkungan, gender, kesehatan, hingga budaya.

Perkembangan hubungan internasional telah berkembang dari yang fokus utamanya mengenai keamanan menjadi ekonomi. Pembahasan mengenai perkembangan ini dimulai semenjak perang dingin berakhir dan mulai terbentuknya hubungan antara negara maju dan berkembang. Sehingga setelah perang dingin membuat studi dan aktor dalam Ilmu Hubungan Internasional tidak hanya sebatas mengenai presiden dan keamanan suatu negara saja.

Adanya Perusahaan Multinasional (PMN), individu, organisasi internasional atau Non-Goverment International (NGO) merupakan bentuk perkembangan aktor dalam hubungan internasional, dan telah membuat tidak hanya negara yang berperan sebagai aktor tunggal dalam hubungan internasional. Hal tersebut karena banyak hal lain yang mempengaruhi kepentingan dan pembuatan keputusan dalam hubungan internasional, sehingga aktor non negara juga menjadi faktor yang sama pentingnya dengan negara dalam studi ini. Selain itu, kaburnya batas-batas negara membuat semakin meningkatnya hubungan ketergantungan antar negara.

Menurut Paul R. Viotti dan Mark Kauppi, terdapat empat pandangan dasar mengenai Pluralisme, yaitu19:

1. Peran aktor non negara juga merupakan aktor yang penting dalam studi Hubungan Internasional.

19 Paul R. Viotti dan Mark Kauppi. “International Relation Theory: Realism, Pluralism, Globalism.”

New York: Macmillan Publishing Co. 1990. Hal 192-193.

32 2. Negara bukanlah aktor tunggal, karena terdapat aktor-aktor lain di dalamnya seperti individu, kelompok kepentingan, dan lembaga-lembaga birokrasi.

3. Menurut pandangan Pluralis, negara bukanlah aktor yang rasional dalam pengambilan keputusan, tetapi keputusan tersebut juga didasarkan keputusan dari kepentingan tertentu.

4. Masalah keamanan nasional saat ini sudah tidak lagi menjadi yang utama, karena terdapat masalah lain seperti; ekonomi, sosial dan lingkungan hidup yang juga bisa menjadi hal utama.

Dengan adanya empat pandangan dasar tersebut, telah membuat Perusahaan Multinasional (PMN) menjadi penting dalam studi Hubungan Internasional, terutama dalam bidang perekonomian internasional karena sering kali PMN mempunyai sumber daya yang lebih besar dibandingan dengan sebuah negara terlebih negara kecil.20

Dalam buku “Leviathans: Multinational Corporations and the New Global History” yang ditulis oleh Alfred D. Chandler dan Bruce Mazlish PMN disebutkan sebagai perusahaan yang kegiatan dan fasilitas aset perusahaannya berada di lebih dari satu negara dalam satu waktu.21 Selain itu, PMN juga merupakan sebuah entitas dimana perusahaan induk sebagai pemegang kendali dari aset perusahaan tersebut selain di negara asalnya. Seiring dengan berjalannya waktu dan berekembangnya globalisasi, pertumbuhan PMN

20 Viotti, Paul R. dan Mark Kauppi, “Chapter 1. Thinking Abour IR Theory.” International Relations Theory, 5th Edition, 2012. Hal 1-3.

21 Chandler, Alfred D. dan Bruce Mazlish. Leviathans: Multinational Corporations and the New Global History. Cambridge University Press. Januari 2005.

https://assets.cambridge.org/97805215/49936/excerpt/9780521549936_excerpt.pdf. Diakses pada 5 November 2019. Hlm 4.

33 tentunya semakin pesat, terlebih lagi di negara-negara berekembang. Pada tahun 1990 dan 2002, perkembangan PMN di negara berkembang bahkan meningkat sebanyak 258 persen melebihi perkembangan di negara maju.22 Adanya hal tersebut tentunya membuat PMN semakin mempunyai pengaruh besar terhadap sebuah negara.

Dengan kemampuan PMN yang mampu menjangkau batas internasional, maka secara tidak langsung untuk semakin mempermudah PMN untuk mengembangkan sumber daya dan pengetahuan khususnya bagi negara-negara berkembang. Keberadaan PMN juga tentunya dapat membantu meningkatkan perekonomian negara-negara berkembang. David N. Balaam dan Bradford Dillman dalam bukunya yang berjudul “Introduction to International Politcal Economy” menyatakan bahwa PMN merupakan salah satu sumber utama dari adanya modal, lapangan pekerjaan, dan munculnya teknologi baru.23 Namun, tentu saja hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa dengan adanya PMN juga membawa dampak buruk bagi negara, khususnya bagi negara berkembang baik itu secara sengaja ataupun tidak sengaja. Dampak negatif tersebut tentunya bisa mencakup berbagai bidang seperti sosial, ekonomi, politik, lingkungan dan lainnya. PMN seringkali dianggap hanya memanfaatkan dan mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia dari negara- negara berkembang. Dengan kondisi negara berkembang yang tentunya sangat membutuhkan pekerjaan, investasi, teknologi, dan pendapatan ekspor,

22 Chandler, Alfred D. dan Bruce Mazlish. Leviathans: Multinational Corporations and the New Global History. Cambridge University Press. Januari 2005.

https://assets.cambridge.org/97805215/49936/excerpt/9780521549936_excerpt.pdf. Diakses pada 5 November 2019. Hlm 4.

23 Balmaan, David N. dan Bradford Dillman. Introduction to International Political Economy, 6th Edition. Pearson Education. 2008. Hlm 275. Diakses pada 5 November 2019.

34 membuat Perusahaan Multinasional seringkali membawa kondisi kerja yang berbahaya dan eksploitatif.24 Bahkan, tidak jarang juga banyak PMN yang meneyebabkan banyak kerusakan lingkungan di negara dimana mereka beroperasi, baik itu dengan adanya pembuangan limbah, rusaknya ekosistem hutan, air, dan sebagainya.

Lingkungan saat ini telah menjadi salah satu perhatian dalam dunia internasional. Banyak permasalahan lingkungan yang semakin bertambah parah sehingga, menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam dunia internasional, khususnya bagi PMN sebagai salah satu aktor yang juga berperan penting dalam dunia hubungan internasional. Terlebih banyak permasalahan lingkungan tersebut juga terjadi di negara-negara berkembang.

Seperti halnya pencemaran lingkungan, rusaknya ekosistem hutan, kurangnya air bersih, polusi udara karena banyaknya emisi gas dari PMN, dan lainnya.

Dalam dunia internasional, salah satu yang menjadi isu penting adalah mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkaitan dengan adanya perkembangan dari Perusahaan Multinasional (PMN).

Archie B. Caroll juga menjelaskan mengenai CSR yang dinyatakan sebagai sebuah bisnis yang meliputi tanggung jawab dalam empat elemen, seperti ekonomi, legal, etis, dan filantropis yang sangat berpengaruh dalam kinerja suatu perusahaan. Caroll menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan

24 Balmaan, David N. dan Bradford Dillman. Introduction to International Political Economy, 6th Edition. Pearson Education. 2008. Hlm 275. Diakses pada 5 November 2019.

35 dapat dilihat berdasarkan empat jenjang tersebut yang merupakan satu kesatuan dan digambarkan dalam sebuah piramida CSR.25

Gambar 1.1. Teori Piramida CSR

Sumber: Springer

Dalam menelusuri teori Piramida CSR, terdapat literatur berjudul

“Strategic Corporate Social Responsibility; Stakeholders, Globalization, and Sustainable Value Creation” yang diciptakan oleh David Chandler dan William B. Werther Jr. pada tahun 2014. Dalam buku ini dipaparkan strategi yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan CSR, serta menjelaskan bahwa CSR bukan hanya menjadi tanggung jawab sebuah perusahaan saja, namun juga bagi semua pemangku kepentingan yang terkait di dalamnya.

Pemaparan Archie B. Caroll mengenai CSR, yang di definiskan menggunakan piramida yang dinyatakan sebagai sebuah bisnis yang meliputi tanggung jawab

25 Chandler, David dan William B. Werther Jr., “Strategic Corporate Social Responsibility:

Stakeholders, Globalization, and Sustainable Value Creation”. SAGE Publications Inc. 2014. Hlm 7.

36 dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, legal, etis, dan filantropis yang sangat berpengaruh dalam kinerja suatu perusahaan.26 Penulis literatur juga menyatakan bahwa dari keempat elemen tanggung jawab tersebut, etis dan filantropis perlu lebih diperhatikan pada masa sekarang ini bagi perusahaan, mengikuti dengan perubahan lingkungan yang juga terjadi. CSR dianggap penting pada masa sekarang ini, karena telah mempengaruhi berbagai aspek dalam perusahaan. Dijelaskan juga bahwa terdapat lima faktor pendorong dalam jalannya program CSR sebuah perusahaan, seperti kemakmuran, keberlanjutan, globalisasi media, hingga brand.27

Pada literatur ini, perusahaan juga dinilai harus mampu memahami nilai penting dari CSR, karena terdapat perbedaan signifikan antara perusahaan yang menganggap CSR hanya sekedar mengenai biaya, dan perusahaan yang menganggap CSR sebagai peluang. CSR sering disalahgunakan oleh para perusahaan sehingga dibutuhkan kewaspadaan dari konsumen agar tidak terjadi kesalahpahaman antara perusahaan dengan konsumen mengenai masalah sosial, kesehatan, serta dampak sosial yang ditimbulkan suatu produk.

Dalam literatur ini, dapat diambil kesimpulan bahwa penting bagi suatu perusahaan memberikan informasi serta pengetahuan yang jelas dan akurat mengenai produknya kepada para konsumen sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman secara umum. Korelasi dengan penelitian adalah bahwa Shell Petroleum Development Company (SPDC) sebagai salah satu Perusahaan

26 Chandler, David dan William B. Werther Jr. Strategic Corporate Social Responsibility:

Stakeholders, Globalization, and Sustainable Value Creation. SAGE Publications Inc. 2014. Hlm 7- 8.

27 Chandler, David dan William B. Werther Jr. Strategic Corporate Social Responsibility:

Stakeholders, Globalization, and Sustainable Value Creation. SAGE Publications Inc. 2014. Hlm 31

37 Multinasional terbesar yang memproduksi minyak dan gas di Nigeria harus mampu memberikan informasi yang jelas mengenai bahaya dan dampak yang akan ditimbulkan. Serta harus mampu menjalankan program CSR sebagai bentuk dari tanggung jawab perusahaan terhadap para pemangku kepentingannya.

Dalam dijalankannya program CSR oleh perusahaan tentunya hal tersebut dikarenakan adanya rasa tanggung jawab dari perusahaan atas dampak yang telah ditimbulkan. Namun, menurut John Elkington dalam bukunya yang berjudul “Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness”, perusahaan disarankan agar menggunakan konsep Triple Bottom Line (TBL) atau biasa disebut sebagai 3P (profit, planet, people). TBL merupakan pembangunan berkelanjutan perusahaan yang melibatkan kemakmuran ekonomi, kualitas lingkungan, dan keadilan sosial yang ketiganya merupakan satu kesatuan.28 Elkington menyatakan bahwa perusahan bisa memperhatikan konsep 3P yang dapat membantu dan digunakan oleh perusahaan untuk mempertahankan sustainability perusahaan kedepannya.

Profit yang dijelaskan menurut Elkington merupakan hal mendasar dari kesuksesan sebuah perusahaan, dimana setiap perusahaan pada dasarnya menginginkan adanya keuntungan perusahaan. Tetapi, keuntungan saat ini bukanlah hal yang paling penting dalam sebuah perusahaan, melainkan menciptakan keuntungan bagi semua lapisan sosial dan lingkungan juga

28 Elkington, Jhon. Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness.

Capstone Publishing Limited. 1997.

38 menjadi salah satu hal yang penting dalam berbisnis.29 Dengan memperoleh keuntungan secara sosial, maka keuntungan tersebut dapat digunakan untuk lingkungan yang nantinya bisa membuat perusahaan dapat menciptakan sustainability perusahaan. Kemudian, Planet merupakan hal yang harus dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan keberlanjutan dan kualitas lingkungan. Seperti halnya mengelola dengan baik penggunaan energi terutama atas sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.30 People dalam TBL mengacu pada melakukan praktik bisnis yang menguntungkan dan adil bagi tenaga kerja, modal manusia, dan masyarakat.31 Hal ini dimaksudkan agar perusahaan mampu memberikan nilai kepada masyarakat dan memberikan timbal balik kepada masyarakat, seperti halnya upah yang adil, perawatan kesehatan, keselamatan kerja, dan lainnya. Dalam literatur ini dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan harus memperhatikan tiga elemen tersebut agar perusahaannya dapat berjalan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Konsep ini tentunya menjelaskan bahwa profit, people dan planet merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, dan harus bisa dilaksanakan secara seimbang oleh perusahaan. Literatur ini akan digunakan penulis untuk menjadi pembanding dengan program CSR yang telah dijalankan oleh Shell Petroleum Development Company (SPDC).

29 Neviana. “Triple Bottom Line: Lebih dari Sekedar Profit.” SWA. 19 Oktober 2010. Diakses pada 28 November 2019. https://swa.co.id/swa/my-article/triple-bottom-line-lebih-dari-sekadar- profit.

30 Elkington, Jhon. Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness.

Capstone Publishing Limited. 1997.

31 Ibid.

39 Selain itu, dalam buku yang dituliskan oleh Otto Lerbinger yang berjudul “Corporate Public Affairs: Interacting With Interest Groups, Media, And Government” terdapat pengertian CSR menurut Keith Davis dan Robert L. Blomstrom yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial mewajibkan para pengambil keputusan untuk bertindak melindungi (protect) dan meningkatkan (improve) kesejahteraan masyarakat.32 To protect sendiri berarti PMN atau para pengambil keputusan wajib melindungi masyarakat dari ekses- ekses negatif yang ditimbulkan oleh keberadaan atau aktivitas perusahaannya.

Sedangkan, to improve mengaharuskan PMN dalam melaksanakan programnya harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Thomas Petit juga menyatakan dua alasan mengapa perusahaan harus mampu terlibat dalam CSR, yaitu bahwa masyarakat industri saat ini tengah mengahadapi permasalahan kemanusiaan dan sosial serius yang disebabkan oleh adanya perusahaan-perusahaan besar, oleh karena itu perusahaan harus mampu memperbaiki permasalahan ini.33 Hal tentunya juga bisa berdampak pada perusahaan dalam jangka panjang jika perusahaan tidak mampu mengambil tindakan untuk memperbaiki permasalahan tersebut, karena cepat atau lambat permasalahan tersebut dapat semakin memburuk.

Konsep mengenai corporate social responsibility (CSR) merupakan konsep yang sudah muncul sejak beberapa dekade, dan dalam perkembangannya muncul beragam definisi dari CSR, salah satunya terdapat dalam buku berjudul “Society: Corporate Strategy, Public Policy, Ethics” yang

32 Lerbinger, Otto. Corporate Public Affairs: Interacting with Interest Groups, Media, And Government. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher. 2006.

33 Petit, Thomas A. The Moral Crisis in Management. New York: McGraw Hill. 1967. Hlm 58.

40 dituliskan oleh James E. Post, Anne T. Lawrence, dan James Weber pada tahun 1999, yaitu,

“Corporate social responsibility means that a corporation should be held accountable for any of its actions that affect people, their communities, and their environment. It implies that negative business impacts on people and society should be acknowledge and corrected if at all possible. It may require a company to forgo some profits if its social impacts are seriously harmful to some of its stakeholders or if its funds can be used to promote a positive social good.”34

James E. Post juga menyatakan terdapat dua prinsip dalam menjalankan CSR yaitu charity principles dan stewardship principles.35 Charity principles dikatakan bahwa anggota masyarakat yang lebih mampu harus beramal terhadap mereka yang keadaannya kurang beruntung. Sedangkan stewardship principles dikatakan bahwa sebuah perusahaan memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa setiap orang, terlebih lagi yang lebih membutuhkan mendapatkan manfaat dari tindakan perusahaan. Dalam hal ini, semua masyarakat harus mampu menerima sumber daya dari perusahaan dengan baik dan tidak hanya diberikan kepada stakeholder.

34 Post, James E., Anne T. Lawrence dan James Weber. Business and Society: Corporate Strategy, Public Policy, Ethics. McGraw Hill. 1999, Hlm 59.

35 Ibid.

41 1.6 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1.6.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian adalah metode kualitatif. Menurut John Creswell, metoda penelitian kualitatif adalah metode yang menggunakan analisis data yang dikumpulkan terlebih dahulu dalam rupa bacaan atau teks, maupun gambar.36 Terdapat perbedaan antara metode kualitatif dengan metode lainnya, yaitu tidak adanya eksperimen secara nyata yang dilakukan dalam laboratorium selama proses penelitian, melainkan peneliti kualitatif langsung terjun ke lapangan untuk meneliti dan mencermati permasalahan dari berbagai sumber secara menyeluruh. Data yang diperoleh akan melalui proses validalitas untuk memastikan kredibilitas yang ada sehingga data yang disajikan akurat. Kemudian, data akan diorganisir sehingga hasil dari penelitian tertata rapih.

Terdapat lima jenis tradisi untuk menerapkan penelitian kualitatif, yaitu dengan cara studi biografi, studi fenomena, ground theory, etnografi, dan studi kasus. Penelitian ini akan menerapkan studi kasus, dimana peneliti akan meluruskan suatu pengertian yang merujuk pada suatu fenomena, isu maupun proses sosial kepada pembaca sehingga dapat dipahami. Selain itu, sifat dan tujuan dari penelitian ini adalah deskriptif karena penelitian ini berusaha menjelaskan serta

36 Creswell, John. W. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches Third Edition. SAGE Publications: California. 2009. Hlm 174.

42 menggambarkan suatu peristiwa secara akurat.37 Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai peran Shell Petroleum Development Company (SPDC) sebagai perusahaan minyak dan gas dalam menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) pada bidang lingkungan.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam menyusun sebuah karya ilmiah dapat menggunakan metode kualitatif, seperti mengkaji dokumen (qualitative documents). Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumen atau qualitative documents. Teknik ini mengutamakan pencarian data dengan cara mengkaji dokumen.

Dokumen yang diperoleh dapat berasal dari dua sumber, yaitu sumber berupa dokumen publik seperti koran, laporan resmi, artikel atau dokumen privat seperti buku harian, jurnal privat, serta surat.

Selain itu seiring dengan penelitian yang bersifat deskriptif, maka penulis akan memfokuskan sumber penelitian kepada dua tipe, yaitu dokumen publik dan dokumen privat. Hal ini dapat menghasilkan keberagaman dalam perolehan informasi, dan juga dapat meningkatkan pemahaman mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh Shell Petroleum Deutch Company (SPDC) sebagai perusahaan pengolahan minyak, terutama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.

37 W. Lawrence Neuman. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, 7th Edition. England: Pearson Education. 2014. Hal 25-26; 201-202.

43 1.7 Sistematika Pembahasan

BAB I menjelaskan Pendahuluan dari penelitian, yang berisikan gambaran yang dibahas oleh penulis pada bab berikutnya. Dalam bab ini, telah terpaparkan sub-bab yang memuat latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, kerangka konseptual, kerangka pemikiran, kerangka teori, kajian literatur, metode penelitian, teknik pengumpulan data dan sistematika pembahasan masalah.

BAB II menjelaskan mengenai profil dari Perusahaan Shell Petroleum

Dokumen terkait