• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

B. Kerangka Pikir

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Dalam membaca novel, pembaca perlu memerhatikan aspek-aspek berikut:

a) Mengikuti dan memahami urutan serta hubungan peristiwa- peristiwa (plot) yang terjadi yang umumnya berupa konflik-konflik (pertentangan- pertentangan).

b) Mengenali dan memahami sifat dan sikap karakter-karakter (pelokan- pelokan) yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa tersebut.

c) Mengenali dan memahami situasi dan kondisi tempat, waktu, dan orang-orang (masyarakat) yang menjadi konteks peristiwa-peristiwa tersebutd) Menentukan pesan yang hendak disampaikan pengarang berdasarkan pengertian tersirat yang terkandung dalam pemahaman aspek a, b, dan c. Tampubolon (dalam Dalman, 2014: 60).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah prosa rekaan yang menyajikan adegan atau kronik kehidupan manusia melalui gerak para tokoh, yang mengikuti alur tertentu, disertai dengan latar atau serangkaian peristiwa yang tersusun dalam panjang tertentu hingga membentuk suatu cerita. Dengan demikian, novel sangat penting dipelajari dan dikaji untuk mendapatkan pengetahuan tentang hal yang diungkapkan pengarang.

Dengan memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka, maka pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai landasan berfikir selanjutnya. Landasan berpikir yang dimaksud tersebut akan mengarahkan penulis untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan untuk itu akan diuraikan secara rinci landasan berfikir yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini.

Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang digemari oleh masyarakat. Karya sastra jenis novel jalan ceritanya tidak jauh dari realitas kehidupan masyarakat. Novel ini mengemukakan permasalahan- permasalahan yang kompleks tentang kehidupan masyarakat. Novel ini menceritakan tentang perjalanan kehidupan manusia melalui tokoh cerita, biasanya novel melukiskan suka duka, cinta, religius, dan adat istiadat. Melalui novel penikmat dapat menilai sisi baik, buruk, dan juga dapat mengambil hikmah dari jalan cerita yang dikisahkan dalam novel.

Morfologi disebut juga ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata. “Kata Morofologi berasal dari kata morphologie. Kata tersebut berasal dari bahasa Yunani, morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu” (dalam buku panduan kuliah Morfologi Bahasa Indonesia). Dalam ilmu kajian morfologi banyak mempelajari tentang kata. Seperti penggunaan, fungsi, makna, dan sebagainya. Selain itu, dalam ilmu morfologi juga

mempelajari tentang kelas kata. Kelas kata terdiri dari seperangkat kategori morfologis yaang tersusun dalam kerangka sistem tertentu yang berbeda dan sistem kategori morfologis kelas kata lain. Kategori morfologis adalaah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikalyang sama. Kategori morfologi kelas kata dapat dibedakan atas:

1. Kelas Nomina 2. Kelas Verba 3. Kelas Adjektiva 4. Kelas Numeralia 5. Kelas Adverbia 6. Kelas Pronomina 7. Kata Tugas

Novel Tahajjud Cinta merupakan sebuah novel religious pembersih hati dari noda-noda nafsu dan emosi cinta. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhammad Masykur A.R. Said, ustadz alumnus al- Azhar University,Kairo, pengarang best-seller Mukjizat Cinta dan Titian Nabi,mengatakan bahwa, “Secara tematik, novel ini unik, khas, berbeda dari novel-novel religius yang pernah saya baca. Didukung gemuruh konflik dan alur yang terjaga baik, novel ini menghadirkan hikmah spiritual bagi para pembaca, utamanya seputar perlindungan iman dan hati dari godaan cinta dan duniawi, melalui kekuatan tahajjud.

Sangat inspiratif.”

Pronomina merupakan kategori yang berfungsi sebagai kata pengganti.

Menurut C.A. Mees (dalam Ramlan, 1991: 11) “Pronomina ialah kata- kata yang menunjuk, menyatakan, atau menanyakan tentang sebuah substansi dan dengan demikian justru mengganti namanya”. Pronomina berfungsi untuk mengganti nomina dalam bentuk kata ganti. Dalam buku yang sama, pakar ini mengatakan bahwa “Kata ganti atau pronomina ialah kata-kata yang menunjuk, menyatakan atau menanyakan tentang sebuah substansi dan dengan demikian justru mengganti namanya” (Ramlan, 1991:

11). Dengan konsep pronomina ini menjadikan peneliti mudah dalam melakukan penelitian yang terkait tentang pronomina tersebut.

Pronomina memiliki berbagai jenis. Menurut (Alwi, dkk., 1995: 273)

“Ada tiga jenis pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronomina persona, (2) pronomina penunjuk, (3) pronomina penanya. Ketiga jenis pronomina tersebut, salah satunya menjadi objek penelitian peniliti dalam penelitian ini.

Menurut (Alwi, dkk., 1995: 274- 280) Pronomina persona adalah

“Pronomina yang dipakai untuk mengacu ke orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama, mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), atau mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona ketiga)”. Menurut C.A. Mees (dalam Ramlan, 1990: 11) mengatakan bahwa “Pronomina persona atau kata ganti persona ialah kata-kata yang mengganti nama persona. Dapat digolongkan menjadi kata ganti persona pertama, kata ganti persona kedua.

Pronomina penunjuk adalah pronomina atau kata ganti yang dipakai untuk mengacu pada tempat, waktu, atau suatu peristiwa, misalnya ini, itu, di sini, di sana dan di situ. Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu (a) pronomina penunjuk umum, (b) pronomina penunjuk tempat, dan (c) pronomina penunjuk ihwal. Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Kata ini mengacu pada acuan yang dekat pembicara/penulis, pada masa yang akan datang, atau pada informasi yang akan disampaikan.

Kata itu digunakan untuk acuan yang agak jauh dari pembicara/penulis, pada masa lampau, atau pada informasi yang sudah disampaikan, sedangkan kata anu dipakai bila seseorang tidak dapat mengingat benar kata apa yang harus dia pakai, padahal ujaran telah dimulai.

Pronomina penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia ialah sini, situ dan sana. Titik pangkal perbedaan di antara ketiganya ada pada pembicara:

dekat (sini), agak jauh (situ), dan jauh (sana). Karena menunjuk lokasi, pronomina ini sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, di/ke/dari, sehingga terdapat di/ke/dari sini, di/ke/dari situ, dan di/ke/dari sana.

Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai untuk bertanya mengenai manusia, atau barang.

Salah satu karya sastra novel yang didalamnya menyajikan banyak perpaduan cerita yang menyentuh jiwa adalah novel “Tahajjud Cinta” karya Muhammad El Natsir. Oleh sebab itu peneliti memilih novel tersebut untuk dijadikan sebagai objek penelitian, untuk mengetahui hal-hal yang mencakup nomina dalam novel tersebut dapat dilihat melalui kerangka piker berikut ini.

Morfologi

Kelas Kata

Pronomina

Persona Penunjuk Penanya

A

Bagan Kerangka Pikir Analisis

Hasil

Novel Tahajjud Cinta Karya Muhammad El Natsir

31

Dokumen terkait