• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Teoritik

Dalam dokumen Uk/rl / (Halaman 36-41)

مذاةىسنا

E. Kerangka Teoritik

1. Konsep Musyawarah

Kata musyawarah terambil dari akar kata sy-, w-, r-, yang pada mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain, termasuk pendapat. Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya. Madu bukan saja manis, melainkan juga obat untuk banyak penyakit, sekaligus sumber kesehatan dan kekuatan. Itulah sebabnya madu dicari di mana pun dan oleh siapa pun.35

34 Ivadatun Fikriyah, “Kisah Musyawarah dalam al-Qur’an (Kajian atas Perundingan Saudara- Saudara Yu>suf dan Ratu Saba’)”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogkakarta, 2015, hlm. xii.

35 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an : Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung : Mizan, 2006), hlm. 165.

18

Madu dihasilkan oleh lebah. Jika demikian, yang bermusyawarah mesti bagaikan lebah, makhluk yang sangat berdisiplin, kerjasamanya mengagumkan, makanannya sari kembang, dan hasilnya madu. Di mana pun hinggap, lebah tak pernah merusak. Ia takkan mengganggu kecuali diganggu, bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat. Seperti itulah makna permusyawarahan, dan demikian pula sifat orang yang melakukannya. Tak heran jika Nabi saw. menyamakan seorang mukmin dengan lebah.

Musyawarah pada dasarnya hanya dapat digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya, yaitu mengeluarkan madu. Oleh karena itu unsur- unsur musyawarah yang harus dipenuhi adalah; a) al-haq; yang dimusyawarahkan adalah kebenaran, b) al-’adl; dalam musyawarah mengandung nilai keadilan, c) al- hikmah; dalam musyawarah dilakukan dengan bijaksana.

Secara normatif, ayat yang secara z}ahir benar-benar mengandung kata dan derivasi kata “ىروشا ” hanya didapati berjumlah tiga ayat, yakni Q.S A<li ‘Imra>n [3] : 159, Q.S al-Syu>ra> [42] : 38 dan Q.S al-Baqarah [2] : 233. Dari sini ditemukan bahwa konsep musyawarah dalam ayat tersebut antara lain harus didasari dengan lemah lembut, tidak berlaku keras dan kasar, memaafkan semua kesalahan orang lain yang diajak bermusyawarah, kemudian dilanjutkan dengan memohonkan ampun atas kesalahan yang dilakukan orang lain tersebut, serta bertawakkal kepada Allah atas semua usaha yang telah dilakukan bersama.

19

Masing-masing ayat ini menunjukkan musyawarah dalam konteks yang berbeda. Hal ini agak senada dengan apa yang diungkapkan oleh Yu>suf al-Qarad}a>wi>, bahwa musyawarah itu setidaknya berada pada tiga ranah, yakni dalam kehidupan individual atau keluarga, dalam bermasyarakat dan juga bernegara.36

2. Teori Psikologi-Komunikasi

Teori lain yang sekiranya tidak bisa lepas dari pembahasan musyawarah adalah teori komunikasi, yang dalam penelitian ini dibaur dengan psikologi hingga menjadi sebuah cabang ilmu perspektif baru, yakni psikologi-komunikasi, dan diintegrasi-interkoneksikan dengan kajian kisah al-Qur’an, khususnya pembahasan musyawarah.

Menurut Morissan, psikologi komunikasi mempelajari bagaimana manusia berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lainnya berdasarkan tinjauan psikologi.

Dengan kata lain, ilmu psikologi komunikasi pada dasarnya dibangun berdasarkan berbagai teori yang berupaya menjelaskan bagaimana individu berinteraksi satu sama lainnya berdasarkan tinjauan psikologi.37

Psikologi komunikasi membantu memahami berbagai situasi sosial di mana kepribadian menjadi penting di dalamnya, atau bagaimana penilaian seseorang

36 Yu>suf al-Qarad}a>wi>, Sistem Masyarakat Islam dalam al-Qur'an & Sunnah terj. (Solo : Citra Islami Press, 1997), hlm. 58.

37 Morissan, Psikologi Komunikasi (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 4.

20

(judgements) menjadi bias karena faktor kepercayaan (belief) dan perasaan (feeling) serta bagaimana seseorang memiliki pengaruh terhadap orang lain.38

Hubungan psikologi dengan komunikasi adalah mengamati gejala perilaku manusia sebagai individu, individu yang berkelompok, yang berinteraksi dengan media, yang menjadi komunikator andal dalam mengelola pesan. Psikologi memandang dan mengamati fenomena perilaku individu ketika ia berinteraksi dalam peristiwa komunikasi.39 Dalam hal ini ada tiga komponen yang disorot, yakni komunikator (penyampai pesan), komunikan (penerima pesan) dan juga pesan yang disampaikan.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini terfokus pada penelitian kepustakaan (library research) dan bukan penelitian lapangan (field research). Dikatakan demikian karena sumber datanya, baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung adalah bersumber dari bahan-bahan tertulis yang dipublikasikan dalam bentuk kitab, jurnal dan lain-lain yang dianggap representative dan termasuk dalam kategori penelitian kualitatif.

Metode yang digunakan adalah metode tematik (maud}u>’i>) konseptual, yakni mulai

38 Morissan, Psikologi Komunikasi... hlm. 19.

39 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh (Jakarta : Amzah, 2010), hlm. 6.

21

men-tematik-kan pembahasan ayat-ayat kisah al-Qur’an di dalamnya, yang mengandung gagasan atau konsep mengenai musyawarah tersebut.40

Untuk memahami masalah yang akan dibahas penulis akan menggunakan pendekatan psikologi-komunikasi.41 Penelitian ini pada dasarnya menggali gagasan- gagasan tentang background psikologis dalam pelaku komunikasi (musyawarah), akan tetapi melalui perspektif kisah dalam al-Qur’an.

Sedangkan langkah-langkah metodologis bisa disederhanakan sebagai berikut : pertama, menetapkan tema yang akan dibahas, yakni tema tentang musyawarah.

Kedua, menghimpun kisah-kisah yang berkaitan dengan tema. Ketiga, menyeleksi kisah-kisah yang lebih spesifik dan memenuhi kriteria. Keempat, mendeskripsikan kisah tersebut secara singkat, hanya fragmentasi kisah yang terkait dengan fokus masalah penelitian, yakni narasi pada bagian musyawarah. Kelima, menganalisis kisah musyawarah tersebut berdasarkan teori psikologi-komunikasi secara terpisah, didukung dengan tafsir ayat agar lebih komprehensif. Keenam, mengkomparasikan

40 Sebagaimana yang digagas oleh Abdul Mustaqim, riset tematik bisa dikategorikan menjadi empat macam, yaitu tematik surat, tematik term, tematik konseptual serta tematik tokoh, internal maupun eksternal. Lihat Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian al-Qur’an dan Tafsir” (Yogyakarta : Idea Sejahtera, 2014), hlm. 61-63.

41 Psikologi komunikasi adalah sebuah pendekatan yang memadukan komunikasi dengan psikologi, karena di antara disiplin ilmu yang agak menetap mempelajari komunikasi adalah psikologi, selain sosiologi dan filsafat. Psikologi juga tidak bisa lepas dari sebuah interaksi sosial. Dalam hal ini bisa dibagi menjadi sistem komunikasi interpersonal, intrapersonal dan sistem komunikasi kelompok.

Senada dengan tiga kategorisasi ayat al-Qur’an tentang musyawarah yang telah disebutkan sebelumnya. Lihat Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 48-143.

22

antara kisah serta menangkap ideal-moral kisah musyawarah perspektif psikologi- komunikasi tersebut.

Dalam dokumen Uk/rl / (Halaman 36-41)

Dokumen terkait