• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

Laporan Keuangan

Volume Penjualan Laba

PT. Mayora Indah Tbk PT. Indosari CorpindoTbk

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang kebenarannya harus diuji melalui bukti empiris. Suatu hipotesis akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitupun sebaliknya. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Diduga Volume Penjualan berpengaruh positif signifikan terhadap laba pada perusahaan industri makanan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia bulan Oktober sampai Desember 2016.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan melihat catatan/dokumen yang berhubungan dengan variabel penelitian yakni laporan keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 serta dokumen-dokumen lain tentang perusahaan yang masih berhubungan langsung dengan masalah yang akan diteliti.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan yaitu data kuantitatif atau dengan kata lain yaitu laporan keuangan perusahaan dalam beberapa periode serta data yang berupa informasi dari hasil studi kepustakaan dan beberapa sumber yang berguna bagi penulisan ini.

23

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sudjana (2004:84) yang dimaksud dengan “Populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen”. Dari definisi tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah data volume penjualan bersih dan laba yang terdapat pada laporan keuangan khususnya laporan laba-rugi pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.

2. Sampel

Menurut Sudjana (2004:85) bahwa “Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat sama dengan populasi”. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non random sampling (non probability sampling) dan jenis sampelnya adalah

“Sampling purposive. Menurut Sugiyono (2007:61) mengemukakan bahwa “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Oleh karena itu, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data penjualan bersih dan laba yang terdapat pada laporan keuangan khususnya laporan laba rugi dalam 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 yang merupakan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.

E. Metode Analisis Data

Berdasarkan pada rumusan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka untuk membuktikan hipotesis tersebut diperlukan pengolahan data dengan perhitungan statistika. Mengingat studi ini bermaksud menetapkan hubungan pengaruh suatu variabel dengan variabel yang lain, maka perhitungan statistika yang digunakan adalah analisis regresi, korelasi, dan uji t dengan menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solution) 2.2. Adapun metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Untuk menguji hipotesis, digunakan analisis regresi sederhana dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:261), yaitu:

Y = a + bX Dimana:

Y = variabel yang dipengaruhi (dependen) yaitu Laba

X = variabel yang mempengaruhi (independen) yaitu Volume Penjualan

a = Harga Y bila x > 0 (harga konstanta)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel laba yang didasarkan pada variabel volume penjualan

b) Untuk mengetahui hubungan kedua variabel antara volume penjualan terhadap laba, digunakan metode korelasi product moment yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:228), sebagai berikut:

Dimana:

r = Koefisien korelasi

n = Jumlah atau tahun diteliti

x = Variabel bebas (Volume Penjualan) y = Variabel Terikat (Laba)

Sedangkan untuk melihat hasil dari nilai korelasi yang diperoleh apakah kuat atau lemah melalui tabel berikut:

Tabel 2. Interpretasi Korelasi Menurut Aturan yang Konservatif

Nomor Rentang

Nilai r Interpretasi

1 0,00-0,199 Sangat Rendah

2 0,20-0,399 Rendah

3 0,40-0,599 Sedang

4 0,60-0,799 Kuat

5 0,80-0,100 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2010:231)

c) Untuk menghitung signifikan korelasi, digunakan uji-t dengan rumus yang digunakan oleh Sugiyono (2010:238), adalah sebagai berikut:

Dimana:

t= t Observasi

r= Koefisien Korelasi r²= Koefisien Determinasi n= Tahun Pengamatan

Kriteria pengujian hipotesis, sebagai berikut:

1. Apabila taraf signifikan < 0,05 atau a 5%, maka maka Hₐ diterima dan Hₒ ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara volume penjualan dan laba.

2. Apabila taraf signifikan > 0,05 atau a 5%, maka maka Hₐ ditolak dan Hₒ diterima. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara volume penjualan dan laba.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional

a) Volume Penjualan merupakan besar kecilnya penjualan yang dinyatakan dalam satuan uang terhadap produk atau merk yang terjual dalam satuan unit yang ingin dicapai atau berhasil dicapai oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk dalam jangka waktu tertentu.

b) Laba adalah selisih antara total pendapatan dan biaya oleh PT.

Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT.

Nippon Indosari Corpindo Tbk.

2. Pengukuran Variabel

a) Pengukuran volume penjualan didasarkan pada total penjualan bersih, yaitu jumlah keseluruhan penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode tertentu”.

b) Pengukuran laba adalah mengukur selisih antara total pendapatan dikurangi dengan total biaya pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.

BAB IV

GAMBARAN PERUSAHAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

29

Desember 1912

Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda

1914 – 1918

Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I 1925 – 1942

Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

Awal tahun 1939

Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup

1942 – 1952

Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II 1956

Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif

1956 – 1977

Perdagangan di Bursa Efek vakum 10 Agustus 1977

Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar

modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara 1977 – 1987

Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal

1987

Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia

1988 – 1990

Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat

2 Juni 1988

Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer

Desember 1988

Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal

16 Juni 1989

Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya

13 Juli 1992

Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ

22 Mei 1995

Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)

10 November 1995

Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996 1995

Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya 2000

Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia

2002

BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading

2007

Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)

02 Maret 2009

Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia:

JATS-NextG

Stuktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Gambar 2. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia Visi:

Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.

Misi:

Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance.

2. Sejarah Singkat PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan di Jakarta, Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris Benny Kristanto, S.H., No. 228. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2 2915. HT. 01. 01 Th’91 tanggan 12 Juli 1991, dan diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No, 12 Tambahan No. 611 tanggan 11 Februari 1992. Anggaran dasar perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir dimuat dalam Akta Notaris Benny Kristanto, S. H. No. 47 tanggal 26 Mei 2009 mengenai perubahan masa jabatan anggota Direksi dan Dewan Komisaris dan telah diterima dan dicatat oleh menteri Hukum dan Hk Asasi Manusia Republik Indonesia Berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar No. AHU-AH. 01-07948 tanggal 15 Juni 2009 diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 74 Tambahan No. 739 tanggal 15 September 2009.

Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terdiri dari, antara lain; produksi mie, penggilingan gandum, kemasan, jasa manajemen, serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, perusahaan terutama bergerak dibidang pembuatan mie dan penggilingan gandum menjadi tepung terigu. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, lantai 27, Jl. Jend. Sudirman, Kav. 76-78, Jakarta, Indonesia, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.

Visi dan Misi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk:

Visi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk adalah untuk menjadi perusahaan Total Food Solutions. Untuk mencapai tersebut, perusahaan melaksanakan beberapa misi sebagai berikut:

a. Memberikan solusi atas kebutuhan pangan secara berkelanjutan.

b. Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi, dan teknologi kami.

c. Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan.

d. Meningkatkan Stakeholders’ Value secara berkesinambungan.

3. Sejarah Singkat PT. Mayora Indah Tbk

PT. Mayora Indah Tbk didirikan pada 17 februari 1977 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan mei 1978. Kantor pusat Mayora berlokasi di gedung Mayora, Jl. Tomang Raya 21-23 Jakarta sedangkan pabriknya terletak di Tangerang dan Bekasi.

Kegiatan usaha dan produk yang di hasilkan adalah sesuai dengan anggaran dasarnya.karena PT. Mayora indah tbk adalah perusahaan perseroan,yang di produksi di antaranya adalah bidang industri.Dan saat ini PT. Mayora Indah Tbk memproduksi dan memiliki 6 divisi yang masing-masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi yaitu biskuit, wafer, kembang gula, coklat, kopi dan makanan kesehatan.Perusahaan ini telah tercatat di bursa efek Indonesia sejak tanggal 4 juli 1990.

Visi dan Misi PT. Mayora Indah Tbk:

Visi :

menjadi produsen dengan kualitas produk makanan dan minuman yang terpercaya oleh konsumen baik di pasar domestic maupun internasional dan mengendalikan saham yang signifikan.

Misi :

1. Terus meningkatkan kompetitip dalam kategori

2. Membangun merk yang kuat dan saluran distribusi di semua line

3. Menyediakan lingkungan kerja yang menantang,menyenangkan dan menguntungkan secara financial dengan persaingan yang adil.

4. Sejarah Singkat PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk

Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) (Sari Roti) didirikan 08 Maret 1995 dengan nama PT Nippon Indosari Corporation dan mulai beroperasi komersial pada tahun 1996. Kantor pusat dan salah satu pabrik ROTI berkedudukan di Kawasan Industri MM 2100 Jl. Selayar blok A9, Desa Mekarwangi, Cikarang Barat, Bekasi 17530 – Jawa Barat, dan pabrik lainnya berlokasi di Kawasan Industri Jababeka Cikarang blok U dan W–Bekasi, Pasuruan, Semarang, Makassar, Purwakarta, Palembang, Cikande dan Medan.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Nippon Indosari Corpindo Tbk, antara lain: Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) (31,50%), Bonlight Investments., Ltd (25,03%) dan Pasco Shikishima Corporation (8,50%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup usaha utama ROTI bergerak di bidang pabrikasi, penjualan dan distribusi roti (roti tawar, roti manis, roti berlapis, cake dan bread crumb) dengan merek "Sari Roti". Pendapatan utama ROTI berasal dari penjualan roti tawar dan roti manis. Pada tanggal 18 Juni 2010, ROTI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ROTI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 151.854.000 dengan nilai nominal

Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp1.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 Juni 2010.

Visi dan Misi PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk:

Visi:

Menjadi perusahaan roti terbesar di Indonesia dengan menghasilkan dan mendistribusikan produk – produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau bagi rakyat Indonesia.

Misi:

Membantu meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dengan memproduksi dan mendistribusikan makanan yang bermutu tinggi, sehat, halal, dan aman bagi pelanggan.

B. Penyajian dan Pembahasan Hasil Penelitian

1. Penyajian Volume Penjualan Bersih Pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk Tahun 2011-2015

Volume Penjualan adalah total volume penjualan bersih terhadap produk atau merk yang terjual secara keseluruhan yang ingin dicapai atau berhasil dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Volume penjualan yang tinggi mengindikasikan adanya kemajuan suatu perusahaan, sebab penjualan yang tinggi secara umum menjanjikan

keuntungan yang besar. Kegiatan penjualan dalam suatu perusahaan memerlukan perhatian khusus sehingga dapat mencapai target yang ditetapkan perusahaan. Keberhasilan usaha perusahaan dapat dilihat dari volume penjualan yang didapat dengan kata lain apakah usaha tersebut dapat laba atau tidak, sangat tergantung pada keberhasilan penjualan itu.

Sebab semakin besar jumlah penjualan yang dihasilkan perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan laba yang akan dihasilkan. Volume penjualan merupakan hasil total penjualan yang telah dicapai perusahaan dan merupakan tugas pokok bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia kebutuhan konsumen baik produk berupa barang atau jasa yang diterima atau akan diterima dalam periode tertentu, sehingga perusahaan perlu merencanakan tindakan yang sistematik untuk memperlancar produk yang akan ditawarkan kepada konsumen yang pada akhirnya akan meningkatkan volume penjualan. Untuk mengetahui besarnya jumlah volume penjualan yang diperoleh oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3. Perhitungan Volume Penjualan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk Tahun 2011-2015

Data Volume Penjualan

Tahun PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

2011 45.332.256

2012 50.059.427

2013 57.731.998

2014 63.594.452

2015 64.061.947

Tahun PT. Mayora Indah Tbk

2011 9.453.865.992.878

2012 10.510.625.669.832

2013 12.017.837.133.337

2014 14.169.088.278.238

2015 14.818.730.635.847

Tahun PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk

2011 813.342.078.952

2012 1.190.825.893.340

2013 1.505.519.937.691

2014 1.880.262.901.697

2015 2.174.501.712.899

Sumber: Bursa Efek Indonesiawww.idx.co.id

Pada Tabel 3. pada tahun 2011 sampai 2015 volume penjualan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 sampai 2015 volume penjualan PT. Mayora Indah Tbk terus mengalami peningkatan, dan pada tahun 2011 sampai 2015 volume

penjualan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk terus mengalami peningkatan.

2. Penyajian Laba Pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT.

Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk Tahun 2011-2015

Laba merupakan selisih antara total pendapatan dan beban yang terjadi dalam satu periode akuntansi. Laba merupakan suatu kelebihan pendapatan atau keuntungan yang diterima oleh perusahaan karena melakukan penjualan barang atau jasa dalam periode tertentu.

Laba terbagi menjadi 1) Laba Kotor Atas Penjualan merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan. Laba ini dinamakan laba kotor hasil penjualan bersih sebelum dikurangi beban operasi lainnya untuk periode tertentu. 2) Laba Bersih Operasi Perusahaan merupakan laba kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, biaya administrais dan umum. 3) Laba Bersih Sebelum Potongan Pajak, perolehan laba ini apabila laba dikurangi atau ditambah dengan selisih pendapatan dan biaya lain-lain. 4) Laba Kotor Sesudah Potongan Pajak merupakan laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurangi dengan pajak perseroan.

Dalam memperoleh laba yang diharapkan, perusahaan perlu melakukan suatu pertimbangan khusus dalam memperhitungkan laba

yang akan diharapkan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba tersebut.

Salah satu faktor yang mempengaruhi laba adalah tingkat penjualan dalam hal ini volume barang yang dijual atau jumlah barang yang dijual. Semakin tinggi tingkat penjualan dimasa yang akan datang semakin tinggi pula laba yang akan dihasilkan. Begitupun sebaliknya yaitu semakin rendah tingkat penjualan dimasa yang akan datang maka semakin rendah pula laba yang akan didapatkan. Berikut data laba PT.

Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk dapat dilihat pada tabel 4:

Tabel 4. Perhitungan Laba PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT.

Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk Tahun 2011-2015

Data Laba

Tahun PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

2011 5.017.425

2012 4.871.745

2013 5.161.247

2014 4.812.618

2015 4.867.347

Tahun PT. Mayora Indah Tbk

2011 483.826.229.688

2012 742.836.954.804

2013 1.053.624.812.412

2014 412.354.911.082

2015 1.266.519.320.600

Tahun PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk

Sumber: Bursa Efek Indonesiawww.idx.co.id

Dari Tabel 4. total laba PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2011 mengalami penurunan pada tahun 2012 hal ini disebabkan oleh meningkatnya beban operasional dan beban bahan baku, pada tahun 2013 total laba mengalami peningkatan hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan dan menurunnya beban usaha, sedangkan total laba pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh meningkatnya beban operasional dan beban bahan baku, dan total laba pada tahun 2015 mengalami peningkatan hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan dan menurunnya beban usaha, beban operasional dan beban bahan baku.

PT. Mayora Indah Tbk pada tahun 2011 sampai 2013 total laba mengalami peningkatan hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan dan menurunnya beban usaha, beban operasional dan beban bahan baku, sedangkan di tahun 2014 mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh meningkatnya beban operasional dan beban bahan baku, dan total laba pada tahun 2015 kembali mengalami peningkatan hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan.

PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk pada tahun 2011 sampai 2015 total laba terus mengalami peningkatan yang signifikan hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan.

3. Analisis Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Laba Pada PT.

Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT.

Nippon Indosari Corpindo Tbk Tahun 2011-2015

Volume penjualan sebagai variabel independen (Variabel X) berpengaruh terhadap laba sebagai variabel dependen (Variabel Y).

Setiap kenaikan volume penjualan akan diikuti pula oleh kenaikan laba.

Data volume penjualan dan laba pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 5. Total Volume Penjualan dan Laba PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk Tahun 2011-2015

Data Total Volume Penjualan dan Total Laba PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Tahun Data Total Volume

PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk Tahun Data Total Volume Sumber: Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id

Berdasarkan data tabel 5. terlihat bahwa perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk secara keseluruhan mengalami peningkatan volume penjualan sejalan dengan peningkatan laba perusahaan. Hal ini disebabkan volume penjualan cukup mempengaruhi terjadinya peningkatan laba.

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh volume penjualan terhadap laba pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, digunakan analisis regresi linear sederhana, korelasi dan Uji-t dengan menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solution). Berdasarkan data pada tabel maka diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

a. Analisis Regresi Linear Sederhana

Untuk menguji hipotesis yang diajukan yakni diduga bahwa volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba, maka digunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil pengolahan Analisis Regresi Linear Sederhana dengan program SPSS (Statistic Product and Service Solution) 22 For Windows disajikan melalui tabel berikut:

Tabel 6. Hasil Analisis Data Regresi Linear Sederhana dan Uji-t

Coefficientsa

1 (Constant) 36775011871.318 63205208206.808 .582 .571

VolumePenjualan .062 .009 .892 7.117 .000

a. Dependent Variable: Laba

Dari tabel 6.1 uji regresi di atas diperoleh hasil pengolahan analisis regresi linear sederhana dengan SPSS 22 yaitu diketahui nilai a = 36775011871.318 dan b = 0.062 sehingga jika dimasukkan ke dalam persamaan akan menjadi:

Y = 36775011871.318 + 0.062X

Persamaan ini berarti bahwa nilai konstanta 6775011871.318 adalah besarnya laba yang dicapai tanpa memperhatikan tinggi rendahnya volume penjualan. Sedangkan nilai koefisien regresi sebesar 0.062X yang berarti bahwa setiap peningkatan volume penjualan sebesar 1%,

Persamaan ini berarti bahwa nilai konstanta 6775011871.318 adalah besarnya laba yang dicapai tanpa memperhatikan tinggi rendahnya volume penjualan. Sedangkan nilai koefisien regresi sebesar 0.062X yang berarti bahwa setiap peningkatan volume penjualan sebesar 1%,

Dokumen terkait