Berdasarkan hasil pemantauan komponen lingkungan selama Triwulan 3 Tahun 2020 (Juli – September) dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagaimana berikut ini.
5. Komponen Geofisik‐Kimia
a. Penurunan Kualitas Udara (Udara Ambient)
Hasil pemantauan kualitas udara ambient periode triwulan 3 tahun 2020 menunjukkan bahwa semua parameter kualitas udara ambient terukur di bawah baku mutu berdasarkan SK Gub. Jateng No. 08 tahun 2001. Pada parameter kunci yaitu debu (TSP, PM10, PM2,5) terukur relatif tinggi di lokasi permukiman Ds.
Trahan. Lokasi pemantauan ini berada dekat dengan jalan raya pantura, dengan kondisi musim kemarau yang kering dan arus lalulintas yang cukup padat akan mempermudah timbulan debu di lokasi tersebut.
b. Penurunan Kualitas Udara (Udara Emisi)
Hasil pemantauan emisi cerobong PLTU Rembang periode triwulan 3 tahun 2020 menunjukkan bahwa kualitas udara emisi yang dikeluarkan dari cerobong PLTU Rembang sudah cukup baik, dimana tidak terdapat parameter emisi yang melebihi baku mutu baik pada cerobong unit #20 (unit 1)maupun cerobong unit #10 (uit 2).
c. Peningkatan Kebisingan Lingkungan Permukiman
Pada pemantauan kebisingan di permukiman masyarakat, tingkat kebisingan rata‐
rata di permukiman Ds. Trahan sedikit melebihi baku mutu, yakni terukur sebesar 56.1 dBA. Sedangkan tingkat kebisingan yang terukur di permukiman Ds. Leran terpantau sebesar 52.4 dBA. Untuk lokasi di depan PLTU, tingkat kebisingan yang terukur saat kegiatan pemantauan dilaksanakan adalah sebesar 55.5 dBA.
d. Peningkatan Kebisingan Lingkungan Kerja
Hasil pengukuran kebisingan periode triwulan 3 tahun 2020 menunjukkan tingkat kebisingan sudah sedikit melebihi baku mutu kebisingan lingkungan kerja pada area turbin, baik turbin uit 1 maupun turbin unit 2 yang teukur masing‐masing sebesar 85.6 dBA dan 85.3 dBA. Berdasarkan PerMenNaker No. 5/2018, baku mutu kebisingan lingkungan kerja sebesar 85 dB adalah untuk waktu paparan maksimal selama 8 jam tanpa menggunakan APD (earplug dan/atau earmuff).
e. Penurunan Kualitas Air (Air Limbah)
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air limbah bulanan pemantauan triwulan 3 tahun 2020 tidak terdapat parameter kualitas air limbah yang melebihi baku mutu. Pihak PLTU Rembang akan terus melakukan pengelolaan terhadap sumber‐
sumber air limbah serta melakukan pemantauan secara rutin terhadap kinerja instalasi pengolahan limbah, agar kualitas effluent limbah tetap memenuhi syarat sesuai baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan berdasarkan KepMen LHK No.
SK.213/Menlhk/Setjen/PKL.1/5/2018 tentang Perpanjangan IPLC PLTU Rembang.
f. Penurunan Kualitas Air (Air Tanah) di Sumur Penduduk Sekitar PLTU
Hasil pemantauan kualitas air tanah pada triwulan I tahun 2020 menunjukkan bahwa kualitas air tanah dari sumur penduduk di Desa Trahan dan Desa Leran layak untuk digunakan masyarakat untuk kegiatan sanitasi (MCK), akan tetapi untuk penggunaan sebagai air minum harus dimasak terlebih dahulu. Hasil pemantauan kualitas air bersih menunjukkan bahwa hampir semua parameter air bersih dari sumur penduduk telah memenuhui baku mutu.
g. Penurunan Kualitas Air (Air Tanah) di Sumur Pantau PLTU
Secara umum, kualitas air sumur pantau yang menunjukkan hasil kurang bagus pada pemantauan triwulan 3 tahun 2020 adalah pada sumur pantau 1 (SP‐1).
Kondisi sumur yang selalu tertutup dan lokasinya yang sangat dekat dengan pantai merupakan faktor utama buruknya kualitas air tanah SP‐1, dimana hal ini konsisten dengan hasil pemantauan terdahulu yang juga menunjukkan hal serupa.
Tingginya kandungan beberapa parameter air tanah yang terukur pada kegiatan pemantauan triwulan 3 tahun 2020 bukan karena kegiatan PLTU Rembang.
Limbah PLTU Rembang tidak dibuang ke tanah akan tetapi langsung disalurkan menuju perairan laut dan berada pada posisi downstream aliran air tanah. Kondisi ini bisa jadi karena cemaran limbah domestik masyarakat di upstream aliran air tanah atau kondisi sumur pantau sendiri yang kurang terawat.
h. Penurunan Kualitas Air (Air Laut dan Sedimentasi)
Secara umum kualitas air laut sekitar PLTU Rembang pada triwulan 3 tahun 2020 relatif bagus dan memenuhi baku mutu kualitas air laut sesai dengan KepMen LHK No. SK.213/Menlhk/Setjen/PKL.1/5/2018 tentang Perpanjangan IPLC PLTU Rembang. Hanya pada parameter pathogen yang menunjukkan di semua lokasi pemantauan melebihi baku mutu. Parameter lain yang melebihi baku mutu adalah BOD, nitrat dan pathogen.
i. Limbah B3
Total produksi limbah B3 PLTU Rembang selama periode bulan Juli – September tahun 2020 adalah 21990.6956 ton. Kinerja pengelolaan limbah B3 selama triwulan 3 tahun 2020 adalah 100%.
j. Gangguan Lalu Lintas Kapal
Selama periode bulan Juli ‐ September, jumlah kapal tongkang yang mengangkut batubara adalah sejumlah 37 kapal. Waktu yang dibutuhkan antara kedatangan tongkang, waktu antrian, sampai dengan selesainya kegiatan bongkar antara 1 – 7 hari. Menurut catatan, tidak terjadi kecelakaan kapal di sekitar perairan PLTU Rembang selama periode tersebut.
k. Abrasi dan Akresi
Pemantauan abrasi dan akresi dilakukan pada tanggal 20 Juli 2020 di 3 lokasi pantau. Hasil pemantauan menunjukkan terlihat telah terjadi abrasi di lokasi sekitar BM‐1. Meskipun sepanjang garis pantai barat PLTU Remang hingga lokasi BM‐1 telah dipasang penahan gelombang dari pecahan batu, besarnya gelombang laut berhasil melewati batu penahan gelombang dan menghantam area daratan di sekitar BM‐1 hingga terjadi abrasi ± 3 cm/tahun. Pada lokasi pemantauan yang lain, tidak terjadi abrasi tetapi lebih kepada perpindahan material pasir pantai akibat pengaruh iklim dan arus laut yang merupakan siklus rutin tahunan.
Sedangkan sedimentasi yang mengakibatkan akresi terjadi pada muara sungai kecil di dekat lokasi BM‐1 yang diprakirakan sebesar ± 0.133 ton/ha/tahun dan di lokasi sungai kecil yang berdekatan dengan lokasi BM‐2 sebesar ± 0.112
ton/ha/tahun. Transport sedimen terjadi dari aliran sungai yang berada di dekat lokasi pantau. Saat terjadi hujan, erosi lahan yang terjadi di daerah hulu terbawa aliran air sungai dan diendapkan berupa sedimen di muara sungai yang menjadikan pantai di sekitar muara sungai tersebut menjadi lebih dangkal.
6. Komponen Biologi
Dari hasil pengamatan dan perhitungan plankton, disimpulkan bahwa kondisi lingkungan di perairan intake canal telah mengalami pencemaran ringan hingga sedang. Phytoplankton menunjukkan indeks keseragaman yang rendah (penyebaran spsies tidak merata) serta indeks dominansi parsial yang tinggi, dimana spesies Skeletonema sp. sangat mendomnasi populasi. Sedangkan pada zooplankton, menunjukkan indeks keseragaman yang tinggi (penyebaran spesies merata) dan indeks dominansi parsial yang rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan sekitar PLTU, beberapa jenis ikan tangkapan yang didapat nelayan antara lain adalah ikan Tengiri, Cakalang, Kakap Merah, Kakap Putih, Kerapu, Kembung, Baronang, Kuniran, Lemuru, Ikan Teri, Rajungan, Manyung, Rebon, Ikan Pari, Udang, dan Cumi‐cumi.
7. Komponen Kesehatan Masyarakat
Selama periode bulan Juli – September kasus ISPA yang tercatat di UPT Puskesmas Sluke sebanyak 36 kasus, kasus ini termasuk kasus rawat inap maupun rawat jalan.
Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah infeksi di saluran pernapasan, yang menimbulkan gejala batuk, pilek, disertai dengan demam. ISPA sangat mudah menular dan dapat dialami oleh siapa saja, terutama anak‐anak dan lansia. Sesuai dengan namanya, ISPA akan menimbulkan peradangan pada saluran pernapasan, mulai dari hidung hingga paru‐paru. Meskipun penurunan kualitas udara akibat debu bukan penyebab terjadinya ISPA, akan tetapi gejala ISPA dan gangguan pernapasan yang lebih buruk dapat terjadi jika penderita menghirup udara yang terkotori oleh debu.
Biasanya kasus ISPA yang tercatat di fasilitas kesehatan adalah kasus dengan gejala yang relatif buruk, sedangkan kasus ISPA lain dengan gejala yang ringan biasanya jauh lebih banyak di masyarakat, dimana masyarakat memanfaatkan obat‐obatan yang
umum di temui di warung/toko/apotek terdekat tanpa mengunjungi fasilitas kesehtan.
8. Komponen Sosial
a. Keluhan Masyarakat
Keluhan umum masyarakat sekitar PLTU adalah timbulan debu dan kebisingan, berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar PLTU Rembang, keluhan‐
keluhan umum tersebut sudah jarang diterjadi. Beberapa hal lain yang dikeluhkan masyarakat adalah cuaca yang semakin panas, tidak ada perubahan/
perkembangan lingkungan, serta kurang terakomodirnya tenaga kerja lokal untuk bekerja di PLTU Rembang.
b. Pendapat Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar masyarakat sekitar merasa mendapatkan manfaat atas keberadaan PLTU Rembang di lingkungannya.
Manfaat yang dirasakan masyarakat bersumber dari penerimaan tenaga kerja, kegiatan CSR yang telah dilakukan PLTU Rembang yang meningkatkan perekonomian masyarakat.