• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi

Pada bagian ini, diuraikan beberapa teori yang berhubungan dengan keterampilan menulis teks eksplanasi, yaitu (a) pengertian teks eksplanasi, (b) struktur teks eksplanasi, (c) kebahasaan teks eksplanasi, (d) penerapan EYD dalam teks eksplanasi, (e) contoh teks eksplanasi, (f) indikator keterampilan menulis teks eksplanasi.

a. Pengertian Teks Eksplanasi

Materi Teks Eksplanasi dalam kurikulum merdeka ini akan mempelajari bagaimana mengevaluasi gagasan dan pandangan, serta menulis gagasan dan pandangan dalam teks eksplanasi. Dalam buku bahasa Indonesia kurikulum merdeka mengenai materi teks eksplanasi dipaparkan dan dijelaskan secara rinci dalam muatan materinya. Salah satu isi materinya yaitu mencakup tentang menulis teks eksplanasi.

11

Teks meliputi wacana tulis ataupun lisan yang ada dalam kehidupan.

Disebut teks tulis, bila mengacu pada ungkapan pikiran manusia. Disebut teks lisan, apabila ungkapan pikiran yang diucapkan. Alwi (dalam Imawati, 2017) mengatakan bahwa teks selama ini diartikan sebagai wacana tertulis. Sejalan dengan itu, Mahsun (dalam Agustina, 2017) mengatakan bahwa teks adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang didalamnya ada situasi dan konteks.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat beberapa jenis teks salah satunya adalah teks eksplanasi. Teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan tentang suatu proses fenomena alam, sosial, maupun budaya. Azkiya dan Romi (2018:96) dalam penelitiannya menyatakan bahwa teks eksplanasi adalah teks yang berisi penjelasan tentang proses terjadinya suatu fenomena atau peristiwa, baik fenomena alam maupun sosial serta budaya secara ilmiah.

Rahman (2018:37-38) mengemukakan bahwa teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan terjadinya atau terbentuknya suatu fenomena alam atau sosial.

Pada teks eksplanasi, sebuah peristiwa timbul karena ada peristiwa sebelumnya, dan peristiwa tersebut mengakibatkan peristiwa lain lagi sesudahnya, jadi teks eksplanasi menguraikan rentetan peristiwa yang memiliki fungsi sosial, yaitu memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang proses terjadinya sesuatu, disusun menurut prinsip sebab akibat.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian teks eksplanasi adalah teks yang berisi penjelasan terjadinya suatu fenomena baik itu alam, sosial, budaya, dan lainnya secara ilmiah yang disusun menurut prinsip sebab akibat b. Struktur Teks Eksplanasi

Setiap teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia memiliki struktur termasuk teks eksplanasi. Sebelum menulis, terlebih dahulu harus mengetahui struktur dari teks eksplanasi tersebut agar dapat menulis teks eksplanasi dengan benar. Kokasih (2017:62-63) membagi struktur teks eksplanasi menjadi tiga bagian. Pertama, identifikasi fenomena yaitu mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan. Hal itu terkait dengan fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomena lainnya. Kedua, penggambaran rangkaian kejadian yaitu merincikan proses kejadian yang relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai pernyataan atas bagaimana dan mengapa. Rincian yang berpola atas pernyataan "bagaimana" akan melahirkan uraian yang tersusun secara kronologis. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab akibat. Ketiga, ulasan yaitu berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang dijelaskan sebelumnya.

Rahman (2018:38) membagi struktur teks eksplanasi menjadi tiga, yaitu pernyataan umum, deretan penjelas, dan interpretasi. Pernyataan umum, berisi tentang informasi singkat tentang apa yang dibicarakan, yang akan dijelaskan proses keberadaannya, proses terjadinya, dan proses terbentuknya. Pembukaan harus bersifat singkat, menarik, dan jelas. Deretan penjelas, berisi urutan untaian atau penjelasan tentang peristiwa yang terjadi. Paragraf ini sangat relatif untuk menjawab pertanyaan "bagaimana", yang jawabannya berupa pernyataan. Bagian ini harus dijelaskan secara bertahap atau berurut. Interpretasi, berisi pendapat singkat penulis tentang peristiwa yang terjadi, berisikan kesimpulan atau pernyataan tentang topik dan proses yang dijelaskan.

Struktur Teks Eksplanasi

Pernyataan Umum

Urutan Sebab-Akibat

Interpretasi

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur teks eksplanasi terdiri atas pernyataan umum, urutan sebab akibat, dan interpretasi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1

Struktur Teks Eksplansi (ruang guru) c. Contoh Teks Eksplanasi

Proses Erupsi Gunung Berapi

Salah satu peristiwa alam yang dapat terjadi kapan saja adalah gunung meletus atau yang sering dikenal dengan istilah erupsi. Gunung berapi adalah gunung yang memiliki dapur magma yang masih aktif. Bencana gunung meletus sendiri adalah meletusnya gunung berapi karena dapur magma dalam perut bumi (gunung) tidak lagi bisa menahan banyaknya magma yang ada. Magma adalah cairan pijar yang memiliki suhu yang sangat tinggi. Cairan yang keluar dari perut bumi melalui gunung merapi ini disebut dengan lava. Magma keluar dari perut bumi karena adanya dorongan gas yang bertekanan tinggi.

Tanda-tanda yang dapat dilihat atau dirasakan bahwa sebuah gunung berapi akan meletus adalah suhu yang ada di sekitar gunung berapi akan meningkat menjadi lebih panas. Karena suhunya meningkat, mata air yang terletak dekat gunung menjadi kering, banyak tumbuhan yang layu, bahkan mati, dan banyaknya

hewan yang tinggal di lereng Gurung mulai menjauhi gunung tersebut. Tanda yang paling mudah untuk dikenal semakin seringnya terjadi gempa berkekuatan kecil.

Gunung berapi memiliki empat bagian yang memiliki peran berbeda saat meletusnya gunung tersebut. Keempat bagian tersebut adalah struktur kawah (bagian ini terletak di bagian puncak gunung), kaldera (bagian gunung yang berbentuk seperti kawah), rekahan dan graben (bagian dari badan gunung, rekahan bisa mencapai kedalaman ribuan meter), dan depresi volkano tektonik.

Aktivitas gunung akan tampak secara signifikan di bagian-bagian ini. Proses terjadinya gunung meletus diawali dengan adanya peningkatan suhu kawah dan getaran-getaran gempa vulkanik. Naiknya suhu menandakan adanya aktivitas magma dalam perut bumi dan menyebabkan air menjadi panas. Selanjutnya, mulai terjadi letusan hidrovolkanik yang terjadi akibat air yang bocor ke dalam gunung sangat banyak dan akan menimbulkan letusan, suara dentuman, dan longsor di dinding-dinding gunung. Setelah itu, terjadi pula letusan semi magnetik yaitu bercampurnya air danau dengan magma panas dan berubah menjadi uap panas secara mendadak dan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan.

Temperatur magma ini dapa mencapai 600 derajat Celcius hingga 1,170 derajat Celcius. Tekanan uap yang sangat tinggi tersebut akan mampu menggetarkan dan melempar material-material yang ada di dalam perut gunung berapi tersebut.

Kemudian, terjadilah letusan magmatik yaitu letusan yang terjadi bersamaan dengan aktivitas magmatik. Setelah aktifitas gunung berapi meningkat sampai tahap ini, gunung berapi itu akan siap meletus dan besar kemungkinannya akan menyebabkan letusan yang sangat dasyat.

Gunung meletus adalah salah satu peristiwa alam yang terjadi secara alamiah. Kita sebagai manusia tidak dapat mencegah sebuah gunung berapi untuk tidak meletus. Kita hanya dapat mengantipasi agar kerugian secara meteriil dan immateriil dapat diminimalisir. Kita perlu mewaspadai dampak negatif dari letusan gunung berapi, seperti tercemarnya udara akibat abu vulkanik, aktivitas penduduk sekitar akan terganggu untuk sementara, dan lain- lain. Meski demikian, ada juga beberapa dampak positif yang dapat kita ambil setelah

terjadinya letusan gunung berapi, yaitu tanah yang dilalui abu vulkanik menjadi lebih subur, membuka mata pencaharian bagi penambang pasir, munculnya mata air panas, dan lain-lain.

( Diadaptasi dari Modul Ajar Guru SMP Negeri 20 Padang )

d. Kebahasaan Teks Eksplanasi

Yustinah (2016:34) mengemukakan bahwa terdapat lima kebahasaan teks eksplanasi. Pertama, menggunakan kata benda yang bersifat umum, misalnya sepeda, gunung merapi, mobil, sapu, dan buku. Kedua, menggunakan kata kerja, misalnya berlari, menyapu, dan memasak. Ketiga, menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana dalam mengungkapkan proses. Keempat, menggunakan fakta, misalnya negara Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil. Kelima, menggunakan bentuk kalimat pasif, misalnya energi berasal dari matahari.

Rahman (2018:38) mengemukakan bahwa terdapat enam ciri kebahasaan teks eksplanasi. Pertama, fokus pada hal umum (generik) menjelaskan mengenai fenomena alam atau sosial. Kedua, lebih banyak menggunakan kata kerja material dan relasional. Ketiga, menggunakan konjungsi waktu dan kausal misalnya jika, maka, sehingga, sebelum, pertama dan kemudian. Keempat, menggunakan kalimat pasif. Kelima, menggunakan istilah ilmiah. Keenam, bahasanya ringkas, menarik, dan jelas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat lima ciri kebahasaan teks eksplanasi. Pertama, fokus pada hal bersifat umum yang menjelaskan mengenai suatu fenomena. Contoh proses terjadinya banjir, proses

terjadinya hujan, proses terjadinya gunung meletus, dan lain-lain. Kedua, menggunakan kata kerja material. Contoh berlari, bermain, menendang, dan memasak. Ketiga, menggunakan konjungsi waktu dan kausal. Contoh konjungsi waktu (ketika, sebelum, sesudah, dan lain-lain) dan konjungsi kausal (maka, lalu, karena, sehingga, oleh sebab itu). Keempat, menggunakan fakta. Contoh masjid adalah tempat ibadah bagi umat islam. Kelima, menggunakan bentuk kalimat pasif, misalnya korban banjir telah diselamatkan oleh warga sekitar.

e. Penerapan EYD dalam Teks Eksplanasi

Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran dan hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca (Arifin, 2008:164). Menurut Suyanto (2011:90) ejaan adalah ilmu yang mempelajari tentang ucapan atau apa yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantara lambang-lambang atau gambar-gambar bunyi.

Menurut Alwi dkk. (2014: 16) ejaan merupakan tata cara menulis bahasa Indonesia dengan huruf latin. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 2015. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) edisi revisi tahun 1987.

Menurut Sriyanto (2015:6), ejaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan penulisan yang meliputi penggunaan huruf, penulisan kata, termasuk penulisan kata atau istilah pinjaman, dan penggunaan tanda baca. Senada dengan itu Putrayasa (2010:21) menjelaskan bahwa secara teknis yang dimaksud dengan

ejaan adalah (1) penulisan huruf, (2) penulisan kata, dan (3) penggunaan tanda baca. Ketiga hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, kaidah penulisan huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata pertama kalimat, huruf petik langsung, huruf pertama dalam ungkapan yang berkaitan dengan masalah agama, kitab suci, dan nama tuhan. Huruf kapital juga digunakan sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan agama diikuti nama orang. Selain itu, huruf kapital juga digunakan pada huruf pertama nama bangsa, suku, bahasa, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah. Huruf kapital juga digunakan pada huruf pertama nama-nama khas dalam geografi, nama lembaga resmi, nama dokumen resmi, buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali artikel yang tidak terletak pada posisi awal. Selain itu, huruf kapital juga dipakai sebagai singkatan gelar, sapaan, huruf pertama kata penunjuk keakraban yang dipakai dalam sapaan.

Kedua, huruf miring. Huruf miring biasanya dikenali dalam bahan cetak.

Dalam tulisan tangan setiap kata yang harus dicetak miring digarisbawahi. Huruf miring digunakan untuk (1) menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan, (2) menekankan atau menentukan huruf, bagian kata, atau kelompok kata, dan (3) menulis nama atau ungkapan ilmiah kecuali yang telah disesuaikan dengan ejaan.

Ketiga, kata. Kata terdiri dari empat, yaitu kata dasar, kata turunan, kata berulang, dan kombinasi kata. Penjelasan aturan penulisan setiap kelompok kata adalah sebagai berikut. Pertama, metode dasar menulis adalah kata yang ditulis dalam satuan, seperti buku, meja, lemari dan sebagainya. Kedua, ada empat cara

penulisan kata turunan, yaitu afiks (awalan, sufiks, dan sisipan) yang ditulis secara seri dengan kata dasarnya, awalan atau sufiks yang ditulis secara seri dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya, bentuk kata dalam bentuk dari gabungan kata yang juga mendapat awalan dan akhiran ditulis deret, dan jika salah satu unsur kombinasi kata itu hanya digunakan dalam kombinasi, maka kombinasi kata tersebut ditulis deret. Ketiga, kaidah penulisan ulang ada dua macam, yaitu (1) penulisan ulang yang ditulis menggunakan konjungsi antar unsur, dan (2) awalan dan akhiran ditulis seri dengan bentukan ulang. Keempat, kaidah penulisan kata majemuk dibagi menjadi tiga, yaitu (1) kombinasi kata yang biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus yang bagian-bagiannya ditulis tersendiri, (2) kombinasi kata yang mengandung istilah khusus yang dapat menimbulkan salah membaca dapat ditulis dengan tanda penghubung. untuk menegaskan hubungan antara unsur-unsur yang bersangkutan, dan (3) kombinasi kata-kata yang dianggap kata-kata ditulis secara seri.

Keempat, tanda baca. Tanda baca yang secara umum digunakan dalam menulis, yaitu (1) tanda titik, (2) koma, dan (3) titik dua. Pertama, aturan penulisan tanda titik. Tanda titik biasanya digunakan di akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Tanda titik juga digunakan setelah angka, huruf di bagian, ikhtisar, atau daftar. Titik digunakan untuk memisahkan jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Tanda titik digunakan dalam daftar pustaka antara nama penulis, judul artikel, dan tempat publikasi. Tanda titik juga digunakan untuk memisahkan angka dalam ribuan atau kelipatannya untuk menunjukkan angka tersebut. Kedua, penulisan tanda koma. Tanda koma dipakai di antara

unsurunsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Tanda koma juga dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya.

Kemudian didahului dengan kata, seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Selain itu, tanda koma juga dipakai dibelakang kata atau ungkapan konjungsi antar kalimat yang terjadi di awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, demikian, sehubungan dengan itu, dan bahkan begitu. Ketiga, penulisan tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan lengkap yang diikuti dengan rangkaian atau penerimaan. Misalnya, "Saya butuh peralatan alat tulis seperti: pena, buku, dan kertas". Tanda titik dua juga digunakan dalam teks drama setelah kata yang menunjukkan aktor dalam percakapan. Misalnya, "Bapak : cepat bawa kertasnya!".

f. Indikator Penilaian Keterampilan Menuliskan kembali Teks Eksplanasi Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan menulis teks eksplanasi. Berdasarkan teori yang telah dikembangkan sebelumnya indikator penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan menulis teks eksplanasi. Pertama, siswa mampu menulis struktur teks eksplanasi (pernyataan umum, urutan sebab akibat, interpretasi). Kedua, mengembangkan isi teks eksplanasi.

Ketiga, siswa mampu menulis kebahasaan teks eksplanasi (menggunakan kata benda yang bersifat umum, menggunakan kata kerja, banyak menggunakan konjungsi, menggunakan kalimat yang bersifat fakta, dan menggunakan kalimat pasif).

Tabel 1.

Indikator Penilaian Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Padang

No Indikator Penilaian Deskriptor 1 Struktur Teks Eksplanasi a. Pernyataan umum

b. Urutan sebab akibat c. Interpretasi/penutup 2 Mengembangkan Isi Teks

Eksplanasi Gagasan utama pada teks eksplanasi 3 Kebahasaan Teks Eksplanasi a. Menggunakan fakta

b. Konjungsi (kausalitas dan kronologi) c. Kata istilah

d. Kata kerja material

e. Menggunakan kalimat pasif 2. Keterampilan Menyimak Teks Eksplanasi

Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai (a) pengertian keterampilan menyimak, (b) jenis-jenis menyimak, (c) pengertian keterampilan menyimak teks eksplanasi.

a. Pengertian Keterampilan Menyimak

Keterampilan menyimak merupakan salah satu aspek dalam keterampilan berbahasa. Keterampilan menyimak tidak kalah pentingnya untuk dikuasai karena memiliki dampak bagi penguasaan keterampilan berbahasa lainya. Menurut Suci (2021:23) menyimak adalah kegiatan yang erat kaitanya dengan mendengar.

Tarigan (2008:31) berpendapat bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan konsentrasi penuh, pemahaman apresiasi, dan interpretensi demi memperoleh informasi, mengambil isi, dan dapat memahami makna yang disampaikan penutur melalui ujaran atau bahasa lisan.

Menyimak adalah kegiatan mendengarkan bunyi bahasa dalam proses menginterpretasikan dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya hal

ini disampaikan oleh Sabari (dalam Jumiran, 2014:4). Menyimak dapat dikualifikasikan sebagai proses mendengarkan, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan yang disampaikan pembicara. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menyimak merupakan sebuah proses, atau peristiwa yang dilakukan dengan perhatian penuh, pemahaman, serta interpretasi untuk memperoleh informasi dan pesan semaksimal mungkin berdasarkan ujaran yang disampaikan pembicara.

b. Jenis-jenis Menyimak

Menyimak dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis. Taringan (dalam Suci, 2021:23) memaparkan bahwa jenis menyimak dibagi atas dua, yaitu menyimak intensif dan ekstensif. (1) menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang bersifat lebih bebas dan umum serta memerlukan bimbingan langsung oleh guru.

Menyimak intensif lebih diarahkan pada kegiatan mengontrol dan mengawasi suatu objek tertentu. Menyimak intensif juga dibagi lebih rinci menjadi enam bagian. Pertama, menyimak kritis yang merupakan penelusuran kesalahan pada poin-poin yang disampaikan oleh pembicara dalam ujaranya secara hati-hati dan teliti, serta dilandaskan dengan bukti serta alasan yang kuat. Kedua, menyimak kreatif merupakan kegiatan menyimak yang mengikutsertakan imajinasi penyimak dalam mendengarkan ujaran, maupun melihat gerakan serta perasaan kinestatik terhadap objek yang disimak. Ketiga, menyimak konsentratif atau dikenal sebagai menyimak sejenis telaah, merupakan menyimak dengan menelusuri lebih mendalam terhadap bahan yang disimak. Keempat, menyimak eksplorasif merupakan kegiatan menyimak yang bersifat menelusuri suatu hal dengan arah

yang jelas dan spesifik. Kelima, menyimak selektif adalah menyimak dengan cara mengumpulkan aspirasi dari pembicara dengan menyaring informasi yang disimak secara relevan dan teliti. Keenam, menyimak interogatif adalah kegiatan menyimak yang lebih banyak menuntut konsentrasi dan seleksi, serta fokus penyimak dalam mencerna butir-butir ujaran yang disampaikan pembicara.

Jenis menyimak selanjutnya (2) menyimak ekstensif (extensive listening) merupakan kegiatan menyimak yang berkaitan dengan hal yang bersifat umum dan bebas namun tidak memerlukan bimbingan langsung oleh guru. Menyimak ekstensif juga dibagi lebih rinci menjadi empat bagian, sebagai berikut. Pertama, menyimak sosial umumnya terjadi pada keadaan situasi sosial di tempat umum, seperti dalam perbincangan yang cukup menarik intensitas orang di sekelilingnya.

Kedua, menyimak sekunder merupakan menyimak yang dilakukan dengan tidak sengaja atau kebetulan. Ketiga, menyimak estetik dengan cara kebetulan dilakukan pada tahapan akhir. Keempat, menyimak pasif merupakan kegiatan menyimak sebuah bahasa lisan tanpa sadar dan tidak dengan fokus yang tinggi, dalam hal ini biasanya dapat terjadi pada saat belajar menguasi suatu bahasa, menghafal dengan tergesa dan luar kepala.

c. Pengertian Menyimak Teks Eksplanasi

Menyimak merupakan sebuah kegiatan berbahasa yang dilakukan secara berulang kali oleh setiap penggunanya, dimana kegiatan ini terjadi secara sengaja dengan tujuan untuk mendapatkan pengetahuan serta poin penting dalam sebuah ujaran. Menyimak dengan baik dan benar dapat memberikan manfaat yang besar, penyimak dapat mendapatkan banyak gagasan dan informasi terkait hal yang

ingin diketahui dari pembicara yang didengar. Sejalan dengan pemaparan tersebut Taringan (dalam Suci, 2021:23) menyampaikan bahwasanya menyimak adalah kegiatan memperhatikan secara teliti lambang-lambang lisan, memahami, mengapresiasi, serta menginterpretasikan dengan tujuan memperoleh gagasan, ide, dan makna komunikasi yang disampaikan pembicara dalam bahasa lisan atau ujaran pada objek tertentu. Salah satu bahan simakan yang dipelajari adalah teks eksplanasi.

Berdasarkan pemaparan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak teks eksplanasi merupakan sebuah kegiatan mendengarkan beragam lambang bahasa lisan yang disampaikan oleh pembicara guna memperoleh informasi berupa penjelaskan mengenai suatu proses atau fenomena alam, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan lainnya.

d. Indikator keterampilan menyimak teks eksplanasi

Indikator penilaian keterampilan menyimak teks eksplanasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, memahami struktur teks eksplanasi yang mencakup pernyataan umum, proses sebab akibat, interpretasi.

Kedua, memahami isi teks eksplanasi yang mencakup pertanyaan yang berhubungan dengan teks eksplanasi. Ketiga, memahami kebahasaan teks eksplanasi.

Tabel 2.

Indikator Keterampilan Menyimak Teks Eksplanasi Siswa Kelas VIII SMPN 20 Padang

No Indikator Penilaian Rincian

1 Memahami Struktur dalam

Teks Eksplanasi Pernyataan umum, deretan penjelas, dan interpretasi

2 Memahami Informasi dalam Teks Eksplanasi

Ide pokok dari teks eksplanasi 3 Memahami Kebahasaan Teks

Eksplanasi

Menggunakan konjungsi

kausalitas, konjungsi kronologi, kata istilah, kata benda, kata kerja, dan kalimat pasif

3. Kontribusi Keterampilan Menyimak Teks Eksplanasi terhadap