• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterbukaan Informasi dan Pengembangan Sistem Akuntabilitas Publik

REFORMASI BIROKRASI

B. Prinsip-Prinsip Reformasi Birokrasi

3. Keterbukaan Informasi dan Pengembangan Sistem Akuntabilitas Publik

Pemerintah di dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, di samping mematuhi kode etik, aparatur pemerintah dan sistem manajemen publik yang dijalankannya, harus menumbuh kembangkan prinsip- prinsip keterbukaaan dan sistem pertanggungjawaban yang jelas, serta selalu bersikap terbuka dan akuntabel. Hal ini untuk mendorong agar para pimpinan di semua level jabatan dan seluruh aparatur negara yang merupakan sumber daya manusia di dalamnya bisa berperan aktif dalam memahami, melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, sampai dengan melembagakan kode etik tersebut.

Harapannya, para pimpinan itu dapat menjadikan diri mereka sebagai teladan dan panutan di dalam masyarakat masyarakat. Perilaku itu dilakukan sebagai bagian dari pelaksanaan tanggung jawab dan pertanggungjawaban mereka kepada masyarakat dan negara.

Hal pertama yang diperlukan dalam berbagai upaya pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha, usaha meningkatkan partisipasi masyarakat dan kemitraan dengan para pengusaha dan perusahaan, adalah keterbukaan birokrasi pemerintah. Harus ada tranparansi dalam setiap hal. Informasi-informasi yang dibutuhkan masyarakat harus tersedia dan bisa diakses dengan mudah oleh siapapun tanpa ada yang ditutup-tutupi. Pemerintah harus terbuka tentang semua hal yang dilakukannya. Sehingga masyarakat dan dunia usaha tahu, apa yang sudah dilakukan pemerintah, apa yang sedang dilakukan pemerintah, dan apa yang akan dilakukan pemerintah di masa yang akan datang berkaitan dengan usaha-usaha pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kemitraan dengan dunia usaha.

Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap setiap informasi terkait --seperti berbagai peraturan dan perundang-undangan, serta kebijakan pemerintah–

dengan biaya yang minimal. Informasi sosial, ekonomi, dan politik yang andal (reliable) dan berkala haruslah tersedia dan dapat diakses oleh public (biasanya melalui fi lter media massa yang bertanggung jawab). Artinya, transparansi dibangun atas pijakan kebebasan arus informasi yang memadai disediakan untuk dipahami dan (untuk kemudian) dapat dipantau.

Transparansi jelas mengurangi tingkat ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan publik. Sebab, penyebarluasan berbagai informasi yang selama ini aksesnya hanya dimiliki pemerintah dapat memberikan kesempatan kepada berbagai komponen masyarakat untuk turut mengambil keputusan. Oleh karenanya, perlu dicatat bahwa informasi ini bukan sekedar tersedia, tapi juga relevan dan bisa dipahami publik. Selain itu, transparansi ini dapat membantu untuk mempersempit peluang korupsi di kalangan para pejabat publik dengan “terlihatnya” segala proses pengambilan keputusan oleh masyarakat luas.

Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah harus ada langkah- langkah yang tegas dalam mengurangi peraturan dan prosedur birokrasi yang panjang dan berbelit-belit yang hampir bisa dipastikan akan menghambat kreativitas dan oto aktivitas serta inovasi yang akan dilakukan oleh mereka. Pemerintah perlu menjamin bahwa peraturan yang ada terutama yang berkaitan dengan izin usaha dan investasi dibuat sesederhana dan seringkas mungkin. Sehingga proses pengurusannya tidak akan memakan waktu yang panjang dan biaya yang mahal. Prosedur pengurusannya pun harus dibuat diringkas mungkin sehingga akan menjadi daya tarik bagi dunia usaha untuk menanamkan investasi mereka.

Terakhir adalah memberi kesempatan kepada masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif dan berperan serta dalam proses penyusunan berbagai peraturan kebijaksanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan. Terutama peraturan-peraturan atau regulasi yang berkaitan erat dengan hajat hidup orang banyak. Masyarakat harus diberi akses untuk tahu apa yang akan dilakukan pemerintah terhadap dirinya, dan diberi kesempatan untuk ikut menentukan pilihan atas hajat hidudnya tersebut. Pemerintah tidak bisa serta merta memutuskan sebuah kebijakan dan memberlakukannya tanpa berkonsultasi sebelumnya dengan masyarakat penerima kebijakan tersebut. Harus ada sosialisasi kepada masyarakat tentang sebuah draft kebijakan sebelum draft itu ditetapkan menjadi sebuah kebijakan public. Hal ini untuk melihat sejauh mana masyarakat bisa menerima kebijakan tersebut bila diberlakukan. Bila sejak awal sikap resistensi masyarakat terhadap rancangan kebijakan itu tinggi, hampir bisa dipastikan bahwa implementasi kebijakan tersebut di kemudian hari akan besar bila kebijakan tersebut tetap dipaksakan untuk diberlakukan.

Pemberdayaan dan keterbukaan akan lebih mendorong akuntabilitas dalam pemanfaatan sumber daya, dan adanya keputusan-keputusan pembangunan yang benar-benar diarahkan sesuai prioritas dan kebutuhan masyarakat, serta dilakukan secara riil dan adil sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakat. Apabila masyarakat merasa dilibatkan dalam setiap proses pembangunan, maka pada saat yang akan ada dukungan masyarakat terhadap segala tindakan yang dilakukan pemerintah dan kebijakan publik yang

ditetapkan. Ini akan membuat kerja pemerintah menjadi lebih ringan karena tidak harus berhadapan dengan sikap resistensi atau apatis masyarakat.

Oleh karena itu, satu hal yang teramat penting adalah pemerintahan harus melakukan penguatan terhadap sistem yang ada. Birokrasi yang ada, kebijakan yang dijalankan, program dan kegiatan yang dilakukan, semuanya berjalan berdasarkan sistem, bukan tergantung pada fi gur seseorang. Artinya, siapapun yang berada di dalam dan menjalankan roda pemerintahan, semuanya akan berjalan sesuatu sistem yang sudah ditetapkan. Jangan sampai terjadi, setiap terjadi pergantian pimpinan akan terjadoi perubahan kebijakan, perubahan program dan kebijakan. Karena hal ini akan mengakibatkan pemborosan anggaran karena semua biasanya harus mulai lagi dari awal.

Kepala daerah harus mampu membangun sistem pemerintahan yang kuat. Beberapa sistem yang harus dibangun agar pemerintahan dapat berjalan secara baik antara lain: sistem perencanaan pembangunan, sistem pengelolaan keuangan daerah, sistem kepegawaian, sistem pengelolaan aset daerah, sistem pengambilan keputusan, sistem penyeleksian dan pemilihan rekanan, sistem dan standar pelayanan, sistem pengawasan. Sistem yang dimaksud di sini dapat bersifat manual maupun yang berbasis teknologi informasi, yang pada akhirnya akan menghasilkan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.