• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Bencana

2.2.2. Klasifikasi Bencana

Klasifikasi bencana menurut UU No.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana:

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung Meletus, banjir, kekeringan, angina topan dan tanah longsor.

2. Bencana non alam yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, dan wabah penyakit.

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan terror.(8)

2.2. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi : (Bagian Kedua Tahapan Pasal 33).

a. Prabencana

b. Saat Tanggap darurat, dan c. Pasca bencana

Paragraf kesatu tentang pra bencana pada penyelanggaraan penanggulangan bencana pada tahapan pra bencana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 33 huruf a meliputi :

a. Dalam situasi tidak terjadi bencana; dan

b. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.

15 2.4. Gempa Bumi

2.4.1. Pengertian Gempa Bumi

Gempa bumi adalah peristiwa pergerakan permukaan bumi baik yang biasanya disebabkan oleh tumbukan lempeng (tektonik) maupun karena aktivitas gunung api atau biasa disebut dengan vulkanik. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP), gempa bumi merupakan gejala alamiah yang berupa gerakan guncangan atau getaran tanah yang ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber getaran tanah akibat terjadinya patahan atau sesar akibat aktivitas tektonik, letusan gunung api akibat aktivitas vulkanik, hantaman benda langit (misalnya meteor dan asteroid), dan atau ledakan bom akibat ulah manusia. dan secara singkatnya gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktifitas gunung api dan runtuhan batuan.(11)

Gempa merupakan getaran atau guncangan yang terjadi akibat aktivitas magma (vulkanik) dan pergeseran lempengan bumi di lempengan kulit bumi (tektonik). Bumi terdiri atas beberapa lempengan kulit yang mengalami pergerakan yang disebabkan aktivitas magma.(12)

2.4.2. Jenis Gempa Bumi

Berdasarkan jenis gempa bumi dapat dibagi dalam beberapa macam antara lain sebagai berikut :

a. Gempa Bumi Vulkanik

Gempa bumi vulkanik disebabkan oleh naiknya fluida gunung api (gas, uap, dan magma) dari bawah menuju kepermukaan (kawah) mengakibatkan retakan yang menimbulkan getaran disekitar rekahan dan merambat kesegala arah, disebut gempa bumi gunung api. Gempa ini bersumber dalam tubuh gunung api aktif pada umumya

16 berkekuatan kecil (maksimum 2 skala richter), tidak terasa dan hanya dapat dicatat oleh peralatan saja.

b. Gempa Bumi Runtuhan

Gempa bumi ini diakibatkan oleh runtuhan batuan didaerah kapur, karena adanya stalagtit yang jatuh didalam gua yang dibentuk oleh proses pelarutan. Gempa bumi didaerah tambang diakibatkan oleh runtuhnya terowonggan tambang. Karena pengaruh gaya gravitasi.

2.4.3. Penyebab terjadinya Gempa Bumi

Berdasarkan cara terjadinya dan letak sumbernya gempa bumi dapat dibagi dalam beberapa macam:

1) Gempa vukanik

Gempa ini terjadi sebagai akibat getaran yang diakibatkan oleh letusan gunung api. Getaran tanah hanya terasa lereng gunung atau di daerah sekitar kaki gunung.

2) Gempa Tektonik

Gempa ini terjadi akibat peristiwa patahnya lapisan batuan pada lempeng tektonik. Akibat pergerakan lempeng tektonik, didalam bumi terjadi proses geologi yang mengakibatkan tegangan dan rengangan. Jika tegangan dan regangan ini meningkat dan melampaui batas kekuatannya lapisan bumi tersebut patah. Akibat dari patahan tenaga yang dikekang akhirnya lepas sebagian atau seluruhnya dalam bentuk getaran ke seluruh permukaan bumi, Getaran yang seperti ini disebut gempa bumi tektonik.(7)

2.4.4. Situasi Tidak terjadi bencana

Pasal 35 penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 huruf a meliputi:

a. Perencanaan penanggulangan bencana

17 b. Pengurangan risiko bencana

c. Pencegahan

d. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan e. Persyaratan analisis risiko bencana

f. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang g. Pendidikan dan pelatihan; dan

h. Persyaratan standar teknis penangulangan bencana

(1) Pasal 36 perencanaan penanggulangan bencana sebagimana dimaksud dalam pasal 35 huruf a ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya

(2) Pasal 36 Penyusunan perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Badan

(3) Pasal 36 Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penyusunan data tentang risiko bencana pada suatu wilayah dalam waktu tertentu berdasarkan dokumen resmi yang berisi program kegiatan penanggulangan bencana.

(4) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana b. Pemahaman tentang kerentanan masyarakat c. Analisis kemungkinan dampak bencana d. Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana

e. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan

f. Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia

18 (5) Pemerintah dan pemerintah daerah dalam waktu tertentu meninjau dokumen perencanaan penanggulangan bencana secara berkala.

(6) Dalam usaha menyelaraskan kegiatan perencanaan penanggulangan bencana, Pemerintah dan pemerintah daerah dapat mewajibkan pelaku penanggulangan bencana untuk melaksanakan perencanaan penanggulangan bencana.

(1) Pasal 37 Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pengenalan dan pemantauan risiko bencana b. Perencanaan partisipatif penanggulangan

bencana

c. Pengembangan budaya sadar bencana

d. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan

e. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.

Pasal 38 Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf c meliputi:

a. Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana

b. Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana

19 c. Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana d. Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan

hidup; dan

e. Penguatan ketahanan sosial masyarakat

Pasal 39 Pemaduan penanggulangan bencana dalam perencanaan pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf d dilakukan dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana penanggulangan bencana ke dalam rencana pembangunan pusat dan daerah.

Pasal 40 (1) Rencana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3) ditinjau secara berkala. (2) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikordinasikan oleh badan. (3) Setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi yang menimbulkan bencana dilengkapi dengan analisis. risiko bencana sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 41 (1) Persyaratan analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf e disusun dan ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2) Pemenuhan syarat analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukkan dalam dokumen yang disahkan oleh pejabat pemerintah sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan. (3) Badan Nasional Penanggulangan Bencana melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan analisis risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

20 Pasal 42 (1) Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf f dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggar. (2) Pemerintah secara berkala melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tata ruang dan pemenuhan standar keselamatan.

Pasal 43 (1) Pendidikan, pelatihan, dan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf g dan h dilaksanakan dan ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

2.4.5. Situasi terdapat potensi terjadi bencana

Pasal 44 Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b meliputi:

a. Kesiapsiagaan b. Peringatan dini; dan c. Mitigasi bencana

Pasal 45 (1) Kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf a dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana.

a. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini.

b. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar;

21 c. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi

tentang mekanisme tanggap darurat d. Penyiapan lokasi evakuas

e. Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana; dan

f. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

b. Peringatan Dini

Pasal 46 Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a. Pengamatan gejala bencana

b. Analisis hasil pengamatan gejala bencana

c. Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang d. Penyebarluasan informasi tentang peringatan

bencana; dan

e. Pengambilan tindakan oleh masyarakat c. Mitigasi Bencana

Pasal 47 Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.

Kegiatan mitigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a. Pelaksanaan penataan ruang

b. Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan dan

c. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern.(8)

22 2.5. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut :

Gambar.2.1. Kerangka Teori UNDANG-UNDANG NO

24 TAHUN 2007 PENGETAHUAN

PRA BENCANA SAAT TANGGAP

DARURAT

PASCA BENCANA

Situasi tidak terjadi bencana

Situasi Terdapat potensi terjadinya

bencana

- Perencanaan

penaggulangan bencana - Pengurangan risiko bencana - Pencegahan

- Pemaduan dalam

perencanaan pembangunan - Persyaratan analisis risiko

bencana

- Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang

- Pendidikan dan pelatihan - Persyaratan standar teknis

penanggulangan bencana

FAKTOR PENGETAHUAN

Kesiapsiagaan Peringatan dini Mitigasi bencana

- Usia - Pendidikan - Pekerjaan - Paparan media - Ekonomi

- Hubungan

sosial - Pengalaman

bencana -

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Mengacu pada kerangka teori dan tinjauan pustaka serta variabel yang akan diteliti di PT X , maka peneliti mengembangkan kerangka konsep, input proses atau output. Kerangka konsep penelitian dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.

Gambar.3.1. Kerangka Konsep

3.2. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Pekerja Dalam Kesiapsiagaan Menghadapi Pra Bencana Gempa Bumi di PT X Tahun 2019” merupakan studi kasus (case study) dengan menggunakan desain penelitian kualititatif. Studi kasus (case study) dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Meskipun dalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas.

Penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan pekerja dengan suatu sistem pemikiran atau suatu peristiwa pada masa sekarang dimana data diperoleh dengan menggunakan wawancara dan observasi. Melakukan pendekatan kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa obyek yang diamati.

INPUT Faktor faktor

yang mempengaru

hi tingkat pengetahuan

PROSES

Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana

OUTPUT Mengetahui

tingkat Pengetahuan

24 3.3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah para karyawan yang bekerja di PT X yang berada dilantai 2 dan 4. Selain itu wawancara kepada para karyawan yang akan menjadi objek wawancara. Adanya wawancara akan dilakukan kepada :

1. Personal service 2. Consultant 3. IT Services 4. After sales 5. HRD

6. Maintenance system

Dalam penelitian ini ditetapkan suatu kriteria dan karakteristik tertentu yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, adapun Populasi yang di gunakan adalah seluruh pekerja yang ada di PT yang berada di lantai 2 dan lantai 4, Tanjung Mas Raya, Jakarta Selatan yang berjumlah 60 orang. Jumlah sample yang diambil adalah 6 orang responden pekerja yang ada di PT X.

3.4. Sumber Data Penelitian 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari responden dengan menggunakan pedoman wawancara yang kemudian akan dibandingkan dengan standar Nasional. Yang merupakan acuan yang digunakan dalam menentukan gambaran pengetahuan pekerja dalam manajemen penanggulangan bencana, antara lain sebagai berikut :

1. tentang teori pengetahuan Notoatmodjo tahun 2003

2. Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana

25 3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini adalah berupa telaah dokumen yang terkait dengan bagaimana tingkat pengetahuan Karyawan akan kesiapsiagaan pra bencana gempa bumi dan dengan melakukan penelusuran pada catatan,pelaporan, serta arsip-arsip yang mendukung dalam penelitian ini.

3.4.3. Data Kriteria Inklusi

Dalam melakukan wawancara ada bagian pertanyaan yang tidak didapatkan informasinya yaitu pada bagian pertanyaan mengenai masalah ekonomi.

3.5. Alat Peneliti Atau Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih muda dan hasilnya lebih baik, dalam penelitian ini alat atau instrument penelitian yang digunakan berupa pedoman wawancara untuk menanyakan tentang seberapa besar mengetahui mengenai kesiapsiagaan pra bencana gempa bumi. Selain itu juga menggunakan laptop untuk mencatat hasil wawancana dan kamera hape untuk dokumentasi.

3.6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada pihak yang terkait tentang kesiapsiagaan pra bencana gempa bumi yaitu dengan 6 responden antara sebagai berikut :

1. Personal service 2. Consultant

26 3. IT Services

4. After sales 5. HRD

6. Maintenance system b. Observasi

Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung atau observasi partisipan, yaitu peneliti ikut tergabung dalam kegiatan-kegiatan yang diakukan oleh subjek penelitian dalam kapasitas sebagai pengamat.

Observasi sangat mendukung dalam penelitian ini terutama sebagai tambahan bagi peneliti untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui hasil wawancara. Observasi ini diperlukan untuk menelusuri dan hasil observasi dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang permasalahan yang ada. Observasi dilakukan mulai tanggal 11 Februari – 11 April 2019.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini didapatkan dari hasil foto di lapangan selama penelitian dilakukan. Foto dapat banyak dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisi secara induktif.

Foto digunakan oleh peneliti untuk memahami bagaimana para subjek memandang dunianya. Sesuatu yang baik, bagus, berguna, berkesan dan mempunyai nilai historis cenderung bisa diabadikan dalam foto dan gambar. Dalam penelitian ini, foto tidak digunakan secara tunggal untuk menganalisis data dan memperoleh data dilapangan, namun foto digunakan sebagai pelengkap teknik pengumpulan data dalam penelitian.

27 d. Telaah dokumen

Penelaan dokumen dilakukan dberkaitan dengan objek yang akan diteliti dan mendukung untuk penelitian.

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual berdasarkan hasil observasi, wawancara secara mendalam, dan telaah dokumen dengan menggunakan pedoman wawancara dan dokumentasi foto.

Kemudian data diolah dengan bantuan sistem miscrosoft office excel, pengolahan data secara deskriptif dan menggunakan penggambaran data dalam bentuk diagram, tabel dan sejenisnya.

3.8. Jadwal Penelitian

Penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Kesiapsiagaan Pra Bencana gempa bumi pada karyawan di PT X dilakukan pada bulan 11 februari – 11 april 2019, dan dilakukan wawancara tambahan untuk melengkapi data selama seminggu.

Tabel 3.2. jadwal Penelitian

No. Kegiatan Bulan

Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Observasi Awal Lingkungan

2. Menyusun Proposal 3. Revisi Proposal 4. Persiapan Administrasi 5. Sidang Proposal 6. Pengumpulan Data

7. Pengolahan Data Penelitian 8. Sidang Hasil Penelitian 9. Perbaikan Hasil Penelitian

28 3.9. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam kepada 6 responden, dengan mengajukan 15 pertanyaan yang bersifat lebih mendalam tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana khususnya pada bagian pra bencana gempa bumi dan mengacu kepada undang – undang nomor 24 tahun 2007.

Penelitian ini hanya melakukan wawancara mendalam kepada setiap perwakilan bagian-bagian kantor, tidak harus bagian kepala, kepada bagian staf juga dilakukan wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat. Karena jika dilakukan kepada semua karyawan waktu yang dibutuhkan lebih banyak dan butuh penelitian lebih mendalam.

Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari kelemahan- kelemahan yang terjadi, serta kemungkinan ada hal-hal yang tidak dapat dihindarkan, walaupun telah dilakukan beberapa upaya untuk mengatasinya. Kelemahan – kelemahan untuk lebih detailnya antara lain sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, penelitian dilakukan hanya satu kali pada waktu yan bersama. Adanya kemungkinan terjadi bias, karena faktor kesalaham interprestasi responden dalam menangkap maksud pertanyaan yang sebenarnya, sehingga beberapa pertanyaan harus di ulang agar lebih jelas dalam menjawab pertanyaan.

2. Ada kemungkinan responden sengaja memberikan jawaban yang tidak sebenarnya.

3. Masih ada beberapa responden ketika diberikan pertanyaan, takut dalam memberikan jawaban yang sebenarnya karena khawatir akan berdampak negatif terhadap pekerjaanya.

29 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian karakteristik informan, faktor pengetahuan dan gambaran pengetahuan kesiapsiagaan pra bencana berdasarkan undang-undang no 24 tahun 2007 dengan jumlah sample 6 informan.

4.1. Profil Perusahaan

4.1.1. Gambaran Perusahaan

Gedung PT X merupakan gedung perkantoran swasta 4 lantai.

Gedung PT X merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi Informasi dimana di gedung 4 lantai ini hanya menempati 2 bagian lantai saja, dan terdapat ruangan untuk team problem solving, strategy developers, dan execution experts dan lantai 4 terdiri dari team, service engineering dan sistem development.

Manejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT X belum ada team yang dibuat khusus untuk perusahaan PT X, namun sudah ada diskusi untuk membuat team manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, apalagi terkait tentang kesiapsiagaan pra bencana gempa bumi.

4.1.2. Visi dan Strategi Perusahaan PT X

PT X berinovasi dengan menggabungkan teknologi yang tertinggal (kuno) dan canggih untuk membuat atau merancang suatu produk yang kemudian akan menghasilkan suatu sistem yang berdampak besar manfaatnya.

Strategi Kerja PT X mengutamakan Kejujuran, kerja keras, dan menghargai untuk meningkatkan pendapatan bisnis dan solusi PT X diharapkan data digabungkan untuk keduanya. Dengan prinsip – prinsip ini, PT X terus mendapatkan kepercayaan dari perusahaan-perusahaan

30 terkemuka, mendapatkan lebih banyak pengalaman dalam dunia perbankan mikro, pembayaran elektronik.

4.1.3. Gambaran Kegiatan Karyawan PT X

Gambaran kegiatan karyawan PT X adalah kebanyakan aktivitas duduk dan di depan komputer atau laptop. Karena implementasi dari perusahaan ini adalah dalam hal menjalankan program dengan electronic data processing dan kemudian administrasi dan pemeliharaan dalam sistem, dan memiliki wewenang untuk mengatur hak akses terhadap sistem dan hal-hal yang terkait dengan pengaturan operasional.

4.2. Hasil Penelitian

Sub bab ini hasil penelitian mengenai penyelenggaraan penangg ulangan bencana pada bagian pra bencana, yaitu pada bagian dalam situasi tidak terjadi bencana dan dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.

Dan dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu , usia pekerjaan, pendidikan, paparan media massa, ekonomi, hubungan sosial, dan pengalaman di PT X dengan jumlah sampel 6 informan. Apakah faktor pengetahuan mempengaruhi dalam menentukan gambaran tingkat pengetahuan informan.

4.2.1. Gambaran Pengetahuan Informan 1

Gambaran pengetahuan informan 1 mengenai pra bencana dengan memperhatikan faktor-faktor pengetahuan. Wawancara ini dilakukan dengan kriteria identitas informan berjenis kelamin perempuan berumur antara 31-40 tahun, jabatan pekerjaan HRD dengan tingkat Pendidikan master.

31 Tabel.4.1. Gambaran Pengetahuan informan 1 mengenai

pra bencana

NO Pertanyaan Tentang Kategori Jawaban

YA TIDAK

1 Perencanaan penanggulangan bencana

2 Pengurangan risiko bencana

3 Pencegahan bencana √

4 Pemaduan dan perencanan pembangunan

5 Persyaratan analisis risiko bencana

6 Pelaksanaan dan

penegakan rencana tata ruang

7 Pendidikan dan pelatihan √ 8 Standar teknis

penanggulangan bencana

9 Kesiapsiagaan pra bencana

10 Peringatan dini √

11 MItigasi bencana √

Berdasarkan tabel 4.1 gambaran pengetahuan informan 1 mengenai pra bencana dari sebelas pertanyaan yang diajukan, responden bisa menjawab 10 pertanyaan, dan ada 1 pertanyaan yang tidak bisa dijawab yaitu pada bagian pengurangan risiko bencana, jawaban yang diberikan oleh informan 1 mengenai

32 persyaratan analisis risiko bencana kurang tepat yaitu dimana persyaratan analisis risiko bencana dilakukan dengan melakukan semacam penelitian untuk mengetahui macam-macam risiko yang mungkin akan terjadi.

informan 1 belum memiliki pengalaman mengikuti simulasi bencana, namun informan 1 sudah memiliki pengalaman menghadapi bencana walaupun hal yang dilakukan dalam menghadapi bencana masih belum sesuai standar. Dan Informan 1 pernah membaca mengenai pra bencana gempa bumi, baik diakses dari berita digital maupun menonton di platform youtube.

Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh informan 1 ada beberapa pertanyaan yang belum lengkap dijawab namun sudah mendekati jawaban yang sesuai dengan pedoman wawancara antara lain pertanyaan tentang bagaimana pencegahan bencana, persyaratan analisis risiko dan tentang persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

Berdasarkan kategori pengetahuan, bahwa responden 1 berada pada kategori pengetahuan baik dengan persentase 90%

dimana menurut teori arikunto bila subyek bisa menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh pernyataan, berada pada kategori pengetahuan baik.

4.2.2. Gambaran Pengetahuan Informan 2

Gambaran pengetahuan informan 2 mengenai pra bencana dengan memperhatikan faktor-faktor pengetahuan. Wawancara ini dilakukan dengan kriteria identitas informan berjenis kelamin laki-laki berumur antara 18-20 tahun, jabatan pekerjaan IT Services dengan tingkat Pendidikan SMK.

33 Tabel.4.2. Gambaran Pengetahuan informan 2 mengenai pra

bencana

NO Pertanyaan Tentang Kategori jawaban

YA TIDAK

1 Perencanaan penanggulangan bencana

2 Pengurangan risiko bencana

3 Pencegahan bencana √

4 Pemaduan dan perencanan pembangunan

5 Persyaratan analisis risiko bencana

6 Pelaksanaan dan

penegakan rencana tata ruang

7 Pendidikan dan pelatihan √

8 Standar teknis penanggulangan bencana

9 Kesiapsiagaan pra bencana

10 Peringatan dini √

11 MItigasi bencana √

Berdasarkan tabel 4.2 gambaran pengetahuan informan 2 mengenai pra bencana dari sebelas pertanyaan yang diajukan, informan bisa menjawab 2 pertanyaan yaitu pada pertanyaan tentang perencanaan penanggulangan bencana dengan jawaban suatu strategi yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi

34 dampak – dampak yang mungkin akan terjadi sebelum bencana gempa bumi itu terjadi. dan kesiapsiagaan pra bencana informan 2 menjawab bahwa kesiapsiagaan bencana adalah menyiapkan diri dan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan sebelum bencana gempa bumi itu datang.

Informan 2 belum memiliki pengalaman mengikuti simulasi bencana, mengikuti seminar atau pelatihan mengenai bencana, namun informan 1 sudah memiliki pegalaman menghadapi bencana walaupun hal yang dilakukan dalam mengahadapi bencana masih belum sesuia dengan standar. Dan informan 1 belum pernah membaca seputar artikel tentang pra bencana gempa, pernah mengakses berita dari platform digital seperti detik.com namun berita tersebut muncul dibagian beranda saja. responden 2 belum memiliki ketertarikan untuk mengakses berita atau informasi seputar bencana gempa bumi. sehingga ada 9 pertanyaan yang tidak bisa dijawab .

Berdasarkan kategori pengetahuan, bahwa informan 2 berada pada kategori pengetahuan kurang dengan persentase 18%

dimana menurut teori arikunto bila subyek bisa menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh pernyataan, berada pada kategori pengetahuan kurang.

4.2.3. Gambaran Pengetahuan Informan 3

Gambaran pengetahuan informan 3 mengenai pra bencana dengan memperhatikan faktor-faktor pengetahuan. Wawancara ini dilakukan dengan kriteria identitas informan berjenis kelamin laki-laki berumur antara 21-30 tahun, jabatan pekerjaan Personal system dengan tingkat Pendidikan Sarjana.

Dokumen terkait