• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.2. Analisis Data

4.2.4 Klasifikasi Interval Data

Penjelasan untuk pengkategorian masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Variabel kepatuhan wajib pajak UMKM diukur dengan menggunakan angket/kuesioner yang terdiri dari 7 butir pertanyaan yang diberikan kepada 97 Wajib Pajak. Penilaian ini menggunakan model skala likert dengan 5 alternatif jawaban dan diperoleh skor tertinggi adalah 35 dari yang mungkin dicapai sebesar (5 x 7) = 35 dan skor terendah adalah 21 dari skor terendah yang mungkin dicapai (1 x 7) = 7.

Dari skor yang didapat tersebut, dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS diperoleh mean sebesar 29,07, median sebesar 29, modus sebesar 28, dan standar deviasi sebesar 3,35 untuk menyusun distribusi frekuensi variabel kepatuhan wajib pajak UMKM dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menghitung jumlah kelas interval

Jumlah kelas interval (K) = 1+ 3,3 log n

= 1+ 3,3 log 97

= 1 + 3,3 (1,987)

= 7,56 dibulatkan menjadi 8 b) Menghitung rentang data

Rentang data (R) = data tertinggi – data terendah

= 35 – 21

= 14 c) Menghitung panjang kelas

Panjang kelas (P) = rentang data / jumlah kelas interval

= 14/8

= 1,75 dibulatkan menjadi 2

Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuatkan tabel tentang distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 11: Distribusi Frekuensi Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

No Kelas Interval Frekuensi

1 21 - 22 3

2 23 - 24 7

3 25 - 26 10

4 27 - 28 26

5 29 - 30 20

6 31 - 32 14

7 33 - 34 8

8 35 9

Total 97

(Sumber: Data Primer Diolah)

Identifikasi kecenderungan mengenai tinggi rendahnya kepatuhan wajib pajak UMKM dalam penelitian ini menggunakan penentuan mean

atau rata-rata ideal dan standar deviasai ideal yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Mean ideal (Mi) = 1⁄2 (skor tertinggi + skor terendah)

= 1⁄2 (35 + 21)

= 1⁄2 (56)

= 28

Standar deviasi ideal (Sdi) = 1/6 ( skor tertinggi – skor terendah)

= 1/6 (35 – 21)

= 1/6 (14)

= 2,33 dibulatkan menjadi 2 Kelompok tertinggi = Mi + 1 SDi < X

= 28 + (1) 2 < X

= 30 < X

Kelompok sedang = Mi – 1 Sdi ≤ X ≤ Mi + 1 SDi

= 28 – (1) 2 ≤ X ≤ 28 + (1) 2

= 26 ≤ X ≤ 30 Kelompok kecil = X < Mi – 1 SDi

= X < 28 – (1) 2

= X < 26

Mengacu pada kategori yang telah dihitung di atas, maka distribusi kategori kecenderungan kepatuhan wajib pajak UMKM dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 12: Kategori Kecenderungan Kepatuhan Wajib Pajak UMKM No Kelas Interval Frekuensi

Kategori Absolut Relatif (%)

1 30 < X 31 32% Tinggi

2 26 ≤ X ≤ 30 54 56% Sedang

3 X < 26 12 12% Rendah

Total 97 100%

(Sumber: Data Primer Diolah)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kategori kecenderungan kepatuhan wajib pajak UMKM. Kepatuhan wajib pajak UMKM dengan kategori sedang memiliki persentase 56% atau paling tinggi didandingkan kategori lain. Berdasarkan tabel kategori kecenderungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak UMKM KPP Pratama X yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah cenderung sedang.

2. Insentif pajak pandemi covid-19

Variabel insentif pajak pandemi covid-19 diukur dengan menggunakan angket/kuesioner yang terdiri dari 5 butir pertanyaan yang diberikan kepada 97 wajib pajak. Penilaian ini menggunakan model skala likert dengan 5 alternatif jawaban dan diperoleh skor tertinggi adalah 25 dari yang mungkin dicapai sebesar (5 x 5) = 25 dan skor terendah adalah 12 dari skor terendah yang mungkin dicapai (1 x 5) = 5. Dari skor yang didapat tersebut, dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS diperoleh mean sebesar 20,59, median sebesar 21, modus sebesar 22, dan standar deviasi sebesar 3,223 untuk menyusun distribusi frekuensi

variabel insentif pajak pandemi covid-19 dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a) Menghitung jumlah kelas interval

Jumlah kelas interval (K) = 1+ 3,3 log n

= 1+ 3,3 log 97

= 1 + 3,3 (1,987)

= 7,56 dibulatkan menjadi 8 b) Menghitung rentang data

Rentang data (R) = data tertinggi – data terendah

= 25 – 12

= 13 c) Menghitung panjang kelas

Panjang kelas (P) = rentang data / jumlah kelas interval

= 13/8

= 1,65 dibulatkan menjadi 2

Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuatkan tabel tentang distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 13: Distribusi Frekuensi Insentif pajak pandemi covid-19

No Kelas Interval Frekuensi

1 12 - 13 3

2 14 - 15 4

3 16 - 17 11

4 18 - 19 15

5 20 - 21 20

6 22 - 23 24

7 24 - 25 20

Total 97

(Sumber: Data Primer Diolah)

Identifikasi kecenderungan mengenai tinggi rendahnya insentif pajak pandemi covid-19 dalam penelitian ini menggunakan penentuan mean atau rata-rata ideal dan standar deviasai ideal yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Mean ideal (Mi) = 1⁄2 (skor tertinggi + skor terendah)

= 1⁄2 (25 + 12)

= 1⁄2 (37)

= 18,5

Standar deviasi ideal (Sdi) = 1/6 ( skor tertinggi – skor terendah)

= 1/6 (25 – 12)

= 1/6 (13)

= 2,17 dibulatkan menjadi 2,5 Kelompok tertinggi = Mi + 1 SDi < X

= 18,5 + (1) 2,5 < X

= 21 < X

Kelompok sedang = Mi – 1 Sdi ≤ X ≤ Mi + 1 SDi

= 18,5 – (1) 2,5 ≤ X ≤ 18,5 + (1) 2,5

= 16 ≤ X ≤ 21 Kelompok kecil = X < Mi – 1 SDi

= X < 18,5 – (1) 2,5

= X < 16

Mengacu pada kategori yang telah dihitung di atas, maka distribusi kategori kecenderungan insentif pajak pandemi covid-19 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 14: Kategori Kecenderungan Insentif pajak pandemi covid-19 No Kelas Interval Frekuensi

Kategori Absolut Relatif (%)

1 21 < X 44 45% Baik

2 16 ≤ X ≤ 21 46 47% Cukup Baik

3 X < 16 7 7% Tidak Baik

Total 97 100%

(Sumber: Data Primer Diolah)

Berdasarkan tabel 19, dapat diketahui kategori kecenderungan insentif pajak pandemi covid-19. Insentif pajak pandemi covid-19 dengan kategori cukup baik memiliki persentase 47% atau paling tinggi dibandingkan kategori lain. Berdasarkan tabel kategori kecenderungan di atas, dapat disimpulkan bahwa insentif pajak pandemi covid-19 KPP Pratama X yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah cenderung cukup baik.

3. Digitalisasi Layanan Perpajakan

Variabel digitalisasi layanan perpajakan diukur dengan menggunakan angket/kuesioner yang terdiri dari 7 butir pertanyaan yang diberikan kepada 97 wajib pajak. Penilaian ini menggunakan model skala likert dengan 5 alternatif jawaban dan diperoleh skor tertinggi adalah 35 dari yang mungkin dicapai sebesar (5 x 7) = 35 dan skor terendah adalah 8 dari skor terendah yang mungkin dicapai (1 x 7) = 7. Dari skor yang didapat tersebut, dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS diperoleh mean sebesar 27,05, median sebesar 28, modus sebesar 28, dan standar deviasi sebesar 5,765 untuk menyusun distribusi frekuensi variabel digitalisasi layanan perpajakan dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a) Menghitung jumlah kelas interval

Jumlah kelas interval (K) = 1+ 3,3 log n

= 1+ 3,3 log 97

= 1 + 3,3 (1,987)

= 7,56 dibulatkan menjadi 7 b) Menghitung rentang data

Rentang data (R) = data tertinggi – data terendah

= 35 – 8

= 27 c) Menghitung panjang kelas

Panjang kelas (P) = rentang data / jumlah kelas interval

= 27/8

= 3,375 dibulatkan menjadi 4

Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuatkan tabel tentang distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 15: Distribusi Frekuensi Digitalisasi layanan perpajakan

No Kelas Interval Frekuensi

1 8 - 11 2

2 12 - 15 2

3 16 - 19 4

4 20 - 23 17

5 24 - 27 17

6 28 - 31 35

7 32 - 35 20

Total 97

(Sumber: Data Primer Diolah)

Identifikasi kecenderungan mengenai tinggi rendahnya digitalisasi layanan perpajakan dalam penelitian ini menggunakan penentuan mean atau rata-rata ideal dan standar deviasai ideal yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Mean ideal (Mi) = 1⁄2 (skor tertinggi + skor terendah)

= 1⁄2 (35 + 8)

= 1⁄2 (43)

= 21,5

Standar deviasi ideal (Sdi) = 1/6 ( skor tertinggi – skor terendah)

= 1/6 (35 – 8)

= 1/6 (27)

= 4,5

Kelompok tertinggi = Mi + 1 SDi < X

= 21,5 + (1) 4,5 < X

= 26 < X

Kelompok sedang = Mi – 1 Sdi ≤ X ≤ Mi + 1 SDi

= 21,5 – (1) 4,5 ≤ X ≤ 21,5 + (1) 4,5

= 17 ≤ X ≤ 26 Kelompok kecil = X < Mi – 1 SDi

= X < 21,5 – (1) 4,5

= X < 17

Mengacu pada kategori yang telah dihitung di atas, maka distribusi kategori kecenderungan digitalisasi layanan perpajakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 16: Kategori Kecenderungan Digitalisasi layanan perpajakan No Kelas Interval Frekuensi

Kategori Absolut Relatif (%)

1 26 < X 62 64% Baik

2 17 ≤ X ≤ 26 30 31% Cukup Baik

3 X < 17 5 5% Tidak Baik

Total 97 100%

(Sumber: Data Primer Diolah)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kategori kecenderungan digitalisasi layanan perpajakan. Digitalisasi layanan perpajakan dengan kategori baik memiliki persentase 64% atau paling tinggi dibandingkan kategori lain. Berdasarkan tabel kategori

kecenderungan di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja KPP Pratama X yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah cenderung baik.

4. Kesadaran Wajib Pajak

Variabel kesadaran wajib pajak diukur dengan menggunakan angket/kuesioner yang terdiri dari 7 butir pertanyaan yang diberikan kepada 97 wajib pajak. Penilaian ini menggunakan model skala likert dengan 5 alternatif jawaban dan diperoleh skor tertinggi adalah 35 dari yang mungkin dicapai sebesar (5 x 7) = 35 dan skor terendah adalah 14 dari skor terendah yang mungkin dicapai (1 x 7) = 7. Dari skor yang didapat tersebut, dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS diperoleh mean sebesar 27,35, median sebesar 28, modus sebesar 35, dan standar deviasi sebesar 5,468 untuk menyusun distribusi frekuensi variabel tingkat kesadaran wajib pajak dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a) Menghitung jumlah kelas interval

Jumlah kelas interval (K) = 1+ 3,3 log n

= 1+ 3,3 log 97

= 1 + 3,3 (1,987)

= 7,56 dibulatkan menjadi 8 b) Menghitung rentang data

Rentang data (R) = data tertinggi – data terendah

= 35 – 14

= 21 c) Menghitung panjang kelas

Panjang kelas (P) = rentang data / jumlah kelas interval

= 21/8

= 2, 63 dibulatkan menjadi 3

Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuatkan tabel tentang distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 17: Distribusi Frekuensi Tingkat kesadaran wajib pajak

No Kelas Interval Frekuensi

1 14 – 16 4

2 17 - 19 4

3 20 – 22 11

4 23 – 25 13

5 26 – 28 24

6 29 - 31 20

7 32 - 34 7

8 35 14

Total 97

(Sumber: Data Primer Diolah)

Identifikasi kecenderungan mengenai tinggi rendahnya kesadaran wajib pajak dalam penelitian ini menggunakan penentuan mean atau rata-rata ideal dan standar deviasai ideal yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Mean ideal (Mi) = 1⁄2 (skor tertinggi + skor terendah)

= 1⁄2 (35 + 14)

= 24,5

Standar deviasi ideal (Sdi) = 1/6 ( skor tertinggi – skor terendah)

= 1/6 (35 – 14)

= 1/6 (21)

= 3,5

Kelompok tertinggi = Mi + 1 SDi < X

= 24,5 + (1) 3,5 < X

= 28 < X

Kelompok sedang = Mi – 1 Sdi ≤ X ≤ Mi + 1 SDi

= 24,5 – (1) 3,5 ≤ X ≤ 24,5 + (1) 3,5

= 21 ≤ X ≤ 28 Kelompok kecil = X < Mi – 1 SDi

= X < 24,5 – (1) 3,5

= X < 21

Mengacu pada kategori yang telah dihitung di atas, maka distribusi kategori kecenderungan tingkat kesadaran wajib pajak dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 18: Kategori Kecenderungan Tingkat kesadaran wajib pajaka No Kelas Interval Frekuensi

Kategori Absolut Relatif (%)

1 28 < X 9 9% Tinggi

2 21 ≤ X ≤ 28 47 48% Sedang

3 X < 21 41 42% Rendah

Total 97 100%

(Sumber: Data Primer Diolah)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kategori kecenderungan tingkat kesadaran wajib pajak. Tingkat kesadaran wajib pajak dengan kategori sedang memiliki persentase 48% atau paling tinggi dibandingkan kategori lain. Berdasarkan tabel kategori kecenderungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadarsan wajib pajak KPP Pratama X yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah sedang.

4.2.5 Uji Asumsi Klasik

Dokumen terkait