Bagian 5 Proses (Process) Pendidikan
1. Kompetensi Guru Inklusif
Kelompok guru yang mengajar di kelas inklusi diberi angket. Angket isian proses mengajar di kelas inklusi menggambarkan datayangberisitujuh indikator kompetensi guru dalam memberikan pembelajaran dalam kelas inklusif. Indikator pertama adalah deferensiasi kurikulum atau sering disebut pembelajaran berbasis pada perbedaan individu yang terurai pada instrumen 1,2,3,4,5,6 dan 9, indikator kedua adalah modifikasi kurikulum terurai pada intrumen nomor 11,12. Indikator ketiga adalah pembelajaran individual terurai pada instrumen nomor 9,10, 13. Indikator keempat adalah pembelajaran kooperatif dan kolaboratif,
yang terurai pada instrumen nomor 7,8,14,15,21,22 dan 23. Indikator kelima adalah mengembangkan budaya inklusif atau sering disebut dengan sikap sosial, yang terurai pada instrumen nomor 18,19,20,24 dan 25.
Indikator keenam adalah motivasi belajar terurai pada instrumen nomor 16,17 dan 18. Indikator ketujuh adalh penilaian yang fleksibel tercantum pada instrumen nomor 26. Perolehan prosentase kompetensi guru SD Banua Anyar 8 dapat dirangkum dalam diagram pada Gambar 4.29. Hasil rerata di atas semakin jelas menunjukkan bahwa SDN Banua Anyar 8 memiliki kompetensi tenaga pendidik yang baik. Prosentase rerata tertinggi ketujuh indikator kompetensi guru yang mendominasi berada pada skala penilaian tinggi yaitu 77,64%. Indikator ketujuh yang menilai kemampuan tenaga pendidik melakukan penilaian fleksibel mendapat perolehan prosentase tertinggi yaitu 100% baik.
Diagram 4.29 Kompetensi Guru SD Banua Anyar 8
Salah satu responden memaparkan bahwa dia merasa tidak ada kesulitan yang cukup berarti dalam mengaplikasikan pembelajaran hingga evaluasi atau penilaian fleksibel sebagai bagian penting dari proses pelaksanaak sistem pembelajaran di kelas inklusi.
Responden A berkata “Sementara ini saya merasa belum mendapat kesulitan yang cukup berarti dalam evaluasi terhadap ABK. Dikarenakan system penilaian yang dilakukan begitu fleksibel. Penilaian disesuaikan dengan kompetensi yang dimiliki masing-masing anak.Dengan adanya evaluasi ini, kelak guru akan memiliki acuan atau pandangan untuk pelaksanaan pendidikan selanjutnya.
Tetapi yang jadi sedikit kendala adalah pada saat kami menyampaikan hasil evaluasi anak kepada orang tua, ada sebagian orang tua yang kurang terima sehingga orang tua menuntut guru untuk melakukan hal-hal pembelajaran yang sebenarnya kurang sesuai dengan kemampuan anak itu sendiri.
Angket isian proses mengajar di kelas inklusi menggambarkan data yang berisi tujuh indikator. pertama adalah deferensiasi kurikulum atau sering disebut pembelajaran berbasis pada perbedaan individu yang terurarai pada instrumen 1,2,3,4,5,6 dan 9, indikator kedua adalah modifikasi kurikulum terurai pada intrumen nomor 11,12. Indikator ketiga adalah pembelajaran individual terurai pada instrumen nomor 9,10, 13. Indikator keempat adalh pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, yang terurai pada instrumen nomor 7,8,14,15,21,22 dan 23. Indikator kelima adalah mengembangkan budaya inklusif nomor 18,19,20,24 dan 25. Indikator keenam adalah
(16,17 dan 18). Indikator ketujuh adalah penilaian yang fleksibel tercantum pada instrumen nomor 26. Rangkuman data sebagai beriku
Diagram 4.30 Kompetensi Guru SD Gadang 2
Hasil rerata di atas menunjukkan bahwa SDN Gadang 2 memiliki kompetensi tenaga pendidik yang baik.
Prosentase rerata tertinggi ketujuh indikator kompetensi guru yang mendominasi berada pada skala penilaian tinggi yaitu 60,40%. Deskripsi sebaran kuantitatif di atas bersesuaian dengan data yang didapat melalui wawancara, terlebih pada indikator keempat.
Pembelajaran kooperatif melalui tutorial teman sebaya di SDN Gadang 2 yang meskipun tidak sepenuhnya dilakukan namun pengajar disana merasa tidak ada kesulitan dalam pelaksanaan tutorial sebaya. Berikut salah satu pernyataan dari responden A “Selama ini tidak ada kesulitan untuk pembelajaran tutorial sebaya. Contohnya saja apabila ada anak yang sudah selesai dalam
maka dia disuruh membantu, tetapi bukan memberikan jawaban hanya membantu cara menyelesaikan saja. Dan para siswanya pun kalau disuruh membantu teman yang lain mereka mau-mau saja, tidak ada yang membantah.
Karena sudah tertanam pada diri individu masing-masing untuk saling bekerja sama dan tolong menolong”
Data kuantitatif dan kualitatif untuk indikator keenam yaitu mengambangkan budaya inklusif atau sikap sosial yang tercermin dalam perilaku saling tolong menolong.
Kesimpulan data kuantitatif untuk indikator ini menyatakan bahwa di SDN Gadang 2 sudah mulai mengembangkan budaya inklusif yang menghargai sikap sosial yang diimpikan masyarakat, diuatkan dengan data kualitatif yang didapat dari hasil wawancara. Salah satu resonden memaparkan jika pembelajaran untuk saling menghargai, kerja sama dan tolong-menolong tidak lagi menjadi hal yang sulit disana, “Sebenarnya tidak sulit, karena itu sudah tertanam pada diri anak dalam menysukuri apa yang ada saling bekerja sama dan tolong menolong. Apalagi semenjak adanya anak berkebutuhan khusus mereka jadi lebih mengharagai (toleransinya kuat) antar sesama”.
Angket isian proses mengajar di kelas inklusi SD Kuin Selatan 3 ini menggambarkan datayangberisitujuh indikator kompetensi guru dalam memberikan pembelajaran dalam kelasinklusif.Indikatorpertamaadalahdeferensiasikurikulum atau sering disebut pembelajaran berbasis pada perbedaan individu yang terurarai pada instrumen 1,2,3,4,5,6 dan 9, indikator kedua adalah modifikasi kurikulum terurai pada intrumen nomor 11,12. Indikator ketiga adalah pembelajaran
individual terurai pada instrumen nomor 9,10, 13. Indikator keempat adalh pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, yang terurai pada instrumen nomor 7,8,14,15,21,22 dan 23. Indikator kelima adalah mengembangkan budaya inklusif atau sering disebut dengan sikap sosial, yang terurai pada instrumen nomor 18,19,20,24 dan 25.
Indikator keenam adalah motivasi belajar terurai pada instrumen nomor 16,17 dan 18. Indikator ketujuh adalh penilaian yang fleksibel tercantum pada instrumen nomor 26.
Perolehan prosentase kompetensi guru di SD Kuin Selatan 3 dapat dirangkum dalam diagram sebagai sebagai berikut
Diagram 4.31 Kompetensi Guru SD Kuin Selatan 3
Hasil rerata di atas menunjukkan bahwa SDN Kuin Selatan 3 memiliki kompetensi tenaga pendidik yang sedang. Prosentase rerata tertinggi ketujuh indikator kompetensi guru yang mendominasi berada pada skala
Beragam data yang terpapar baik melalui pengumpulan secara kuantitatif maupun kualitatif menggambarkan sinkronisasi. Data kuanti yang umumnya menyimpulkan bahwa banyak indikator terukur rendah hingga hanya sedang-sedang saja, diiyakan oleh data hasil wawancara.
Responden A di SDN Kuin Selatan 3 mengatakan masih terdapat kesulitan dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar berbasis individu, “Kesulitan dalam evaluasi terhadap anak berkebutuhan khusus yaitu kurang kerja sama antara guru kelas atau guru mata pelajaran karena yang berhak menilai mereka. Kadang ada guru yang paham terhadap kemampuan anak sehingga nilainya disesuaikan juga. Untuk KKM sama tidak ada perbedaan yaitu 60.”
Responden B berujar tentang kesulitan dalam aplikasi pembelajaran yang berbasis individu, “Kesulitan nya adalah karena siswa yang saya didik adalah anak berkebutuhan khusus yaitu anak tunagrahita maka untuk hal aktif dan mandiri itu agak sulit diterapkan. Karena pada umumnya pembelajaran yang berpusat pada siswa mengacu pada keaktifan dan kemandirian dari siswa itu sendiri.
Angket isian proses mengajar di kelas inklusi SD Banua Anyar 4 ini menggambarkan data yang berisi tujuh indikator kompetensi guru dalam memberikan
pembelajaran dalam
kelasinklusif.Indikatorpertamaadalahdeferensiasikurikulum atau sering disebut pembelajaran berbasis pada perbedaan individu yang terurai pada instrumen 1,2,3,4,5,6 dan 9, indikator kedua adalah modifikasi
keempat adalh pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, yang terurai pada instrumen nomor 7,8,14,15,21,22 dan 23. Indikator kelima adalah mengembangkan budaya inklusif atau sering disebut dengan sikap sosial, yang terurai pada instrumen nomor 18,19,20,24 dan 25.
Indikator keenam adalah motivasi belajar terurai pada instrumen nomor 16,17 dan 18. Indikator ketujuh adalh penilaian yang fleksibel tercantum pada instrumen nomor 26.
Perolehan prosentase kompetensi guru di SD Banua Anyar 4 dapat dirangkum dalam diagram sebagai sebagai berikut:
Diagram 4.32 Kompetensi Guru SD Banua Anyar 4
Hasil rerata di atas menunjukkan bahwa SDN
guru yang mendominasi berada pada skala penilaian sedang yaitu 50,24%.
Data kualitatif yang mendukung paparan data kuantitatif di atas khususnya dalam penyimpulan bahwa SDN Banua Anyar 4 masih belum mengaplikasikan penilaian fleksibel secara lentur dan luwes adalah pernyataan salah satu responden berikut, sebut saja Responden A, “Nah kalau untuk evaluasi, dalam pembelajarannya terasa lebih sulit.
Disini kan memakai kurikulum KTSP, KTSP sendiri sekarang itu pembelajarannya lebih tinggi. Kelas 1 saja yang biasanya baca tulis hitung, sekarang hampir ada perkalian pembagian. Jadi memberi pemahaman kepada anak berkebutuhan khusus itu untuk mengevaluasinya sulit karena masih belum mengerti. Biasanya kami membuat soal sendiri yang sesuai dengan kebutuhan anak.”
Responden lainnya mengatakan bahwa, “Meskipun evaluasi ataupun materi yang diberikan sudah disederhanakan, tapi kesulitan masih ada dirasakan, contohnya anak yang cepat lupa terhadap materi yang sudah diberikan, jadi guru harus menjelaskan kembali, mengulang kembali, agar anak ingat kembali dan bahkan ada anak yang lupa sama sekali dengan materi yang telah diberikan” Data-data kuantitatif dan kualitatif untuk proses pembelajaran di kelas inklusif SDN Banua Anyar 4 dan SDN Kuin Selatan 3 menunjukkan sinkronisasi yang cukup bagus. Hampir ketujuh indikator aplikasi proses pembelajaran yang inklusif baik menurut data kuatitatif maupun data kualitatif menunjukkan intensitas rendah sampai sedang, sebab benar saja karena kedua sekolah ini merupakan
sekolah yang baru berkecimpung di pendidikan inklusi.
Berbeda dengan dua sekolah sebelumnya yakni SDN Banua Anyar 8 dan SDN Gadang 2 yang tergolong pionir dalam pendidikan inklusi, intensitas penerapan unsur- unsur inklusi ramah pembelajaran dalam proses belajar mengajar di kelas sudah cukup baik.