Tanpa perubahan tersebut, pendidikan inklusif tidak dapat tercapai karena terdapat hambatan akses anak terhadap pendidikan. Tujuan utama dari pendidikan inklusif adalah untuk mengakhiri segala bentuk diskriminasi dan untuk mempromosikan kohesi sosial.
Konsep Pendidikan Inklusif
- Definisi Pendidikan Inklusif
- sejarah singkat pendidikan inklusif di indonesi
- tujuan pendidikan inklusif
- pengelolaan kelas dalam setting menuju
Pendidikan inklusif berarti menciptakan dan memelihara komunitas kelas yang hangat, menerima perbedaan dan menghargai perbedaan. Jika sekolah ramah (welcoming school) dan ramah guru (inviting teacher) dapat diwujudkan, maka langkah menuju pendidikan inklusif akan lebih mudah.
Unsur Konteks Pendidikan Inklusif
Tujuan pendidikan inklusi adalah untuk memberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus yang dipadukan dengan anak normal, sehingga tidak ada lagi jarak antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal. Tujuan pendidikan inklusi tidak hanya mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus di sekolah reguler, belajar bersama dengan anak pada umumnya.
Seminar pendidikan inklusi diselenggarakan di Agra India pada tahun 1998, yang diikuti oleh 55 peserta dari 23 negara. Lokakarya Nasional Pendidikan Inklusif diselenggarakan di Bandung, Indonesia, 8-14 Agustus 2004, mengingat adanya anak-anak penyandang disabilitas dan anak-anak berkebutuhan khusus.
Studi Kelayakan pada Sekolah
Aksi (Action Plan) dan pendanaannya untuk memenuhi aksesibilitas fisik dan non fisik, layanan pendidikan berkualitas, kesehatan, rekreasi, kesejahteraan bagi semua anak cacat dan anak berkebutuhan khusus lainnya. Harapan saya sebagai orang tua adalah agar semua sekolah reguler menjadi inklusif dan dengan demikian membuat pendidikan lebih mudah diakses oleh anak-anak berkebutuhan khusus.
Model Evaluasi Yang Dipilih
Kajian evaluasi pelaksanaan program pendidikan inklusi di Kota Banjarmasin harus memilih model evaluasi yang tepat sesuai dengan tujuan evaluasi. Tujuan evaluasi pelaksanaan program pendidikan inklusi di sekolah reguler adalah untuk membantu pengambil keputusan merencanakan program yang akan memenuhi kebutuhan di daerah tersebut.
Masukan (Input) Pendidikan Inklusif
Rekrutmen siswa berkebutuhan khusus
Data rekrutmen siswa berkebutuhan khusus di SDN Banua Anyar 8 diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala sekolah. Kendala yang dihadapi sekolah dalam merekrut anak berkebutuhan khusus tidak terlalu banyak, bahkan hampir tidak ada. Data rekrutmen siswa berkebutuhan khusus di SDN Banua Anyar 4 diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala sekolah.
Berdasarkan informasi di atas dapat disimpulkan bahwa metode rekrutmen anak berkebutuhan khusus di SDN Banua Anyar 4 masih “rendah”. Nampaknya banyak yang mendukung karena masyarakat di sekitar sekolah ini memiliki anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan temuan di atas dapat disimpulkan bahwa metode rekrutmen anak berkebutuhan khusus di SDN Kuin Selatan 3 “masih rendah”.
Kurikulum Pendidikan Inklusif
Semua data yang dihasilkan melalui teknik pengumpulan data baik kuantitatif maupun kualitatif memiliki sinkronisasi yang stabil, sehingga dapat disimpulkan bahwa sekolah pionir penyelenggara pendidikan inklusi memiliki tenaga pengajar yang latar belakang keilmuannya lebih relevan dengan pendidikan inklusi seperti SDN 8 Banua Anyar yang telah lama berdiri. mengirimkan para gurunya untuk belajar tentang pendidikan luar biasa di mana ada studi yang terkait dengan pendidikan inklusif. Kuesioner mengenai kurikulum sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di SDN Gadang 2 menggambarkan data yang memuat empat indikator yang menggambarkan implementasi kurikulum inklusi. Berdasarkan data di atas, terdapat 31,67% responden yang menyatakan bahwa kurikulum dibedakan, berorientasi pada siswa, mengembangkan nilai-nilai sosial, fleksibel terhadap kebutuhan siswa.
Kuesioner tentang kurikulum sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di SDN Banua Anyar 4 menggambarkan data yang memuat empat indikator yang menggambarkan implementasi kurikulum inklusi. Kuesioner tentang kurikulum sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di SDN Kuin Selatan 3 menggambarkan data yang memuat empat indikator yang menggambarkan implementasi kurikulum inklusi. Berdasarkan data di atas, 81,75% responden menyatakan bahwa kurikulum dibedakan, berorientasi pada siswa, mengembangkan nilai-nilai sosial, fleksibel sesuai dengan kebutuhan siswa, hal ini penting bagi sekolah yang menyelenggarakan pendidikan komprehensif.
Sarana dan Prasarana Belajar Program Inklusif . 105
Hasil menunjukkan kriteria sarana dan prasarana sangat baik dari sekolah ini, 75% atau 15 jenis sarana prasarana dari 20 jenis yang ada, dapat berfungsi dengan baik dan lengkap. Jenis sarana dan prasarana tersebut antara lain klinik rawat jalan, laboratorium bahasa Inggris, OHP dan ruang kelas ber-AC. Informasi ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di SDN Banua Anyar 4 dapat kita lihat dari rincian di atas.
Dari uraian di atas dapat diketahui informasi tentang ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di SDN Gadang 2. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara mendukung kesimpulan data kuantitatif di atas, yaitu ketersediaan sarana dan prasarana. infrastruktur dan pemanfaatannya belum optimal. Dari uraian di atas dapat diketahui informasi ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di SDN Kuin Selatan 3.
Proses (Process) Pendidikan
Kompetensi Guru Inklusif
Kuesioner Proses Mengajar di Kelas Inklusif memaparkan data yang memuat tujuh indikator kompetensi guru untuk belajar di kelas inklusif. Persentase rata-rata tertinggi dari ketujuh indikator kompetensi dominan berada pada skala penilaian tinggi, yaitu sebesar 77,64%. Persentase rata-rata tertinggi dari tujuh indikator kompetensi guru yang mendominasi berada pada skala penilaian tinggi, yaitu sebesar 60,40%.
Kuesioner proses pembelajaran di kelas inklusi di SDN 3 Kuin Selatan menggambarkan data yang memuat tujuh indikator kompetensi guru dalam memberikan pembelajaran di kelas inklusi. Indikator pertama adalah pembedaan kurikulum atau sering disebut pembelajaran berdasarkan perbedaan individu, yang terbagi menjadi instrumen dan 9, indikator kedua adalah perubahan kurikulum dibagi dengan instrumen nomor 11, 12. Perolehan persentase kompetensi guru di SDN 3 Kuin Selatan dapat dirangkum dalam bagan sebagai berikut. Angket proses pembelajaran di kelas inklusi di SDN 4 Banua Anyar menggambarkan data yang memuat tujuh indikator kompetensi guru dalam memberi.
Minat Guru mengajar di kelas Inklusif
Saya berharap pendidikan inklusi di Kalimantan Selatan terus mengalami kemajuan sehingga anak berkebutuhan khusus dapat terdukung dengan baik dalam belajar dan mengakses segala macam hal.” Minat guru dalam mengajar di kelas inklusi terdiri dari lima indikator yaitu derajat kesenangan dalam mengajar, penerimaan terhadap keberadaan anak berkebutuhan khusus, kemauan untuk bekerja tanpa pamrih, kebanggaan dalam mengajar dan komitmen untuk belajar Separuh dari guru yaitu 50% menunjukkan adanya menerima anak berkebutuhan khusus dengan baik dengan memberikan perhatian mereka butuh.
Minat guru dalam mengajar di kelas inklusi terdiri dari lima indikator yaitu tingkat kesenangan dalam mengajar, penerimaan terhadap keberadaan anak berkebutuhan khusus, kemauan bekerja tanpa pamrih, kebanggaan dalam mengajar dan keterlibatan dalam arsip. Semua guru yaitu 100% menyatakan menerima keberadaan anak berkebutuhan khusus dengan baik dengan memberikan perhatian yang mereka butuhkan. Ada 100% guru yang mengatakan bahwa mengajar di kelas inklusif adalah suatu kehormatan, bisa membantu anak berkebutuhan khusus dan terus belajar tentang tumbuh kembang anak.
Proses Pembelajaran di kelas Inklusif
Indikator kelima intensitas penugasan bahan ajar oleh guru terdapat pada butir instrumen keenam belas. Indikator pertama pengkondisian pembelajaran terdapat pada item instrumen satu sampai empat, data menunjukkan rata-rata 50-75% pengkondisian pembelajaran berada pada kondisi sedang. Indikator kelima intensitas penugasan bahan ajar oleh guru terdapat pada butir enam belas instrumen, yang memang terdengar seperti pernyataan yang sangat mewakili indikator ini.
Indikator pertama yaitu pengkondisian pembelajaran terdapat pada item instrumen satu sampai empat, data menunjukkan rata-rata 50%, pengkondisian pembelajaran sangat sesuai. Indikator kedua strategi pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dipaparkan melalui item instrumen kelima sampai kesepuluh, dirata-ratakan sehingga persentase yang dominan berada pada skala yang benar. Indikator intensitas penugasan guru yang kelima terdapat pada bagian instrumen keenam belas yang sebenarnya berbunyi seperti pernyataan.
Produk (Product) Pendidikan Inklusif
Hasil Ujian Nasional
Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa hasil ujian nasional mata pelajaran IPA di SD Banua Anyar 8 mengalami peningkatan. Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa hasil ujian nasional mata pelajaran IPA di SD Gadang 2 mengalami peningkatan. Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa hasil ujian nasional mata pelajaran IPA di SD Banua Anyar 4 mengalami peningkatan.
Hal ini terlihat pada rata-rata nilai ujian nasional tahun 2012 sebelum inklusi sebesar 57,2, dan satu tahun setelah inklusi yaitu pada tahun 2014 rata-rata nilai ujian nasional mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 4,2 menjadi 61,4. Berdasarkan tabel pada diagram terlihat nilai ujian nasional mata pelajaran IPA di SD Negeri 3 Kuin Selatan mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada rata-rata nilai ujian nasional tahun 2012 sebelum inklusi sebesar 58,6, dan satu tahun setelah inklusi yaitu pada tahun 2014 rata-rata nilai ujian nasional meningkat dari tahun 2012 sebesar 2,3 menjadi 60,9.
Sikap Sosial
Dengan demikian sikap sosial siswa di SDN Banua Anyar 8 pada indikator ketiga menunjukkan persentase sebesar 36,84% dengan kriteria rendah toleransi terhadap sesama. Dengan demikian, sikap sosial siswa di SDN Banua Anyar 8 pada indikator kelima menunjukkan persentase sebesar 35,67% dengan kriteria “tinggi” dalam hal sering bekerja sama dan tidak bersaing. Dengan demikian, sikap sosial siswa di SDN Banua Anyar 8 pada indikator kelima menunjukkan persentase sebesar 33,68% dengan kriteria tinggi dalam hal menunjukkan rasa memiliki dan kebersamaan.
Jadi, sikap sosial siswa SD Gadang 2 pada indikator ketiga menunjukkan persentase sebesar 48,33% dengan kriteria .. berada dalam toleransi satu sama lain. Dengan demikian, sikap sosial siswa SDN Kuin Selatan 3 pada indikator ketiga menunjukkan persentase sebesar 36,67% dengan kriteria “rendah”. dalam saling menghormati satu sama lain. Jadi, sikap sosial siswa SD Banua Anyar 4 pada indikator ketiga menunjukkan persentase sebesar 47,78% dengan kriteria .. berada dalam toleransi satu sama lain.
Luaran (Outcome) Pendidikan Inklusif
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di SD Banua Anyar 8, dalam tiga tahun terakhir terdapat 47 anak, terdapat 2 orang atau (0,42%) yang tidak bersekolah. jenjang sekolah selanjutnya. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di SD Banua Anyar 4, dalam tiga tahun terakhir terdapat 5 anak, 99% siswa melanjutkan ke sekolah umum yang menyelenggarakan pendidikan inklusi, dan hanya 1% bersekolah di sekolah khusus. Anak berkebutuhan khusus yang lulus dari SD Negeri 4 Banua Anyar dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu di SMP reguler, tetapi juga di SLB di wilayah Kota Banjarmasin.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengeluaran anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di SD Gadang 2 Banjarmasin, dalam tiga tahun terakhir sebanyak 17 anak, 100% siswa melanjutkan ke sekolah menengah atas. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengeluaran anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di SD Kuin Selatan 3 dalam tiga tahun terakhir sebanyak 7 anak, 100% siswa melanjutkan ke SMA. SMA reguler merupakan tempat terbanyak bagi anak berkebutuhan khusus untuk melanjutkan sekolah di SD Negeri 3 Kuin Selatan.
Evaluasi Program Pendidikan Inklusif
Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi dalam bahasa Inggris dapat dipahami sebagai proses pengambilan keputusan yang sistematis tentang suatu tujuan atau program yang telah dilaksanakan. Diantaranya, Bloom yang dikutip oleh M. Ansyar mendefinisikan evaluasi sebagai proses memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan alternatif pengambilan keputusan.1 Demikian pula, Popham berpendapat bahwa evaluasi adalah informasi yang digunakan sebagai pertimbangan untuk suatu keputusan dalam kinerja. evaluasi. 2. Selain itu, Krathwohl yang dikutip Sumarno menekankan pada arah manfaat yaitu Assessment yang gagal memenuhi tujuannya.3 Sementara itu, James R.
Sanders selaku ketua The Junior Committee on Standards for Educational Evaluation mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan penyelidikan yang sistematis tentang kebenaran atau keberhasilan sesuatu.
Model-Model Evaluasi Program
Analisis Hasil Penelitian Evaluasi
Analisis Hasil Penelitian Evaluasi
Analisis Hasil Penelitian Evaluasi
Masukan (input)
Proses
Produk
Luaran (Outcome)
Pemetaan Hasil Evaluasi Program