• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

5. Komponen Kegiatan Membaca

Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri atas dua bagian,yaitu: proses dan produk (Syafi’e, 1993, Burns dkk., 1996), (dalam Rahim (2007: 12). Proses membaca mencakup Sembilan aspek untuk menghasilkan produk.

a. Proses Membaca

Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Menurut Burns dkk. (1977: 7), (dalam Rahim,

2007: 12), proses membaca terdiri atas Sembilan aspek, yaitu sensori, perceptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan.

Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis memulai indra penglihatan anak-anak belajar membaca membedakan secara visual di antara simbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk merepresentasikan bahasa lisan.

Kegiatan berikutnya adalah tindakan perceptual, yaitu aktivitas mengenal suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu. Kegiatan persepsi melibatkan kesan sensori yang masuk ke otak. Ketika seseorang membaca, otak menerima gambaran kata-kata kemudian mengungkapkannya dari halaman cetak berdasarkan pengalaman pembaca sebelumnya dengan objek, gagasan, atau emosi yang dipresentasikan oleh suatu kelas. Pembaca mengenali rangkaian simbol-simbol tertulis, baik yang berupa kata, frasa, maupun kalimat.

Kemudian pembaca memberi makna dengan menginterpretasikan teks yang dibacanya. Pembaca satu dengan lainnya dalam mempersepsi suatu teks mungkin saja tidak sama. Walaupun membaca teks yang sama, mungkin mereka memberikan makna yang berbeda. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah (Burns dkk.,1996), (dalam Rahim, 2007: 12).

Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca Anak-anak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosa-kata dan konsep yang mereka

hadapi dalam membaca dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai pengalaman terbatas. Oleh karena itu, guru atau orang tua sebaiknya memberikan pengalaman langsung atau tidak langsung kepada anak-anaknya, misalnya pengalaman tentang tempat, benda, dan proses yang dideskripsikan dalam materi bacaan sehingga materi bacaan akan lebih mudah mereka serap. Pengalaman konkret (pengalaman langsung) dan pengalaman tidak langsung akan meningkatkan perkembangan konseptual anak, namun pengalaman langsung lebih efektif daripada pengalaman tidak langsung. Guru dan orang tua bisa membantu anak belajar bahasa baku yang umumnya ditemukan pada buku-buku dengan menceritakan dan membacakan cerita, mendorong kegiatan show and tell, mendorong diskusi kelas, menggunakan pengalaman bahasa melalui cerita, dan mendorong diskusi kelas, menggunakan pengalaman bahasa melalui cerita, dan mendorong permainan drama (Burns dkk.,1996), (dalam Rahim, 2007: 13).

Membaca merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses asosiasi dan eksperimental sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Kemudian ia membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Untuk itu, dia harus mampu berpikir secara sistematis, logis, dan kreatif. Bertitik tolak dari kesimpulan itu, pembaca dapat menilai bacaan. Kegiatan menilai menurut kemampuan berpikir kritis (Syafi’e, 1993: 44), (dalam Rahim, 2007: 13).

Peningkatan kemampuan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru SD dapat membimbing muridnya dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru hendaknya merangsang murid berpikir, seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana. Jadi, pertanyaan yang diajukan sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang menghasilkan jawaban berupa fakta.

Mengenanal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna merupakan aspek asosiasi dalam membaca. Anak-anak belajar menghubungkan simbol-simbol grafis dengan bunyi bahasa dan makna. Tanpa kedua kemampuan asosiasi tersebut murid tidak mungkin dapat memahami teks.

Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca (sesuai dengan minatnya), dan menumbuhkan motivasi membaca ketika sedang membaca (Burr dkk., 1996), (dalam Rahim, 2007: 14). Pemusatan perhatian, kesenangan,dan motivasi yang tinggi diperlukan dalam membaca. Murid Sekolah Dasar khususnya kelas I seharunya terlatih memusatkan perhatiannya pada bahan bacaan yang dibacanya. Guru SD bisa melatih muridnya terbiasa memusatkan perhatiannya dengan memberikan bacaan yang menjadi minat mereka. Tanpa perhatian yang penuh ketika membaca, murid sulit mendapatkan sesuatu dari bacaan. Motivasi dan kesenangan membaca sangat membantu murid untuk memusatkan perhatian pada bacaan.

Aspek kesembilan ialah aspek pemberian gagasan. Aspek gagasan dimulai dengan penggunaan sensori dan perceptual dengan latar belakang pengalaman dan

tanggapan afektif serta membangun makna teks yang dibacanya, tetapi tidak seluruhnya ditemui dalam teks. Teks tersebut ditransformasikan oleh pembaca dari informasi yang diambil dari teks Pembaca dengan latar belakang pengalaman yang berbeda dan reaksi afektif yang berbeda akan menghasilkan makna yang berbeda dari teks yang sama.

b. Produk Membaca

Produk membaca merupan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi dari konstruksi pembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks. Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang dipergaruhi oleh seluruh aspek proses membaca.

Lebih lanjut Burns, dkk. (1996), (dalam Rahim, 2007: 14) mengemukakan bahwa strategi pengenalan kata, sebagai bagian dari aspek asosiasi dalam proses membaca merupakan sesuatu yang esensial. Pemahaman bacaan tidak hanya berupa aktivitas menjadi (decoding) simbol-simbol ke dalam bunyi bahasa, tetapi juga membangun (construct) makna ketika berinteraksi dengan halaman cetak.

Pemahaman terhadap bacaan sangat bergantung pada semua aspek yang terlibat dalam proses membaca. Di samping kemampuan yang dituntut dalam melaksanakan kegiatan, berbagai aspek proses membaca pun harus dipenuhi oleh pembaca. Aspek kesembilan (aspek gagasan) akan diperoleh apabila aspek-aspek proses membaca yang lain telah bekerja secara harmonis.

Agar hasil membaca dapat tercapai secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan-kegiatan dalam prose membaca tersebut (Syafi’ie, 1993: 46), (dalam Rahim, 2007: 15). Oleh sebab itu, guru-guru SD memegang peranan penting dalam membimbing para murid agar mereka mampu menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca tersebut dengan baik.

Dokumen terkait