• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA LANCAR MELALUI METODE BELAJAR ACM (AKU CEPAT MEMBACA) MURID KELAS I SD INPRES BONTOBILA KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA LANCAR MELALUI METODE BELAJAR ACM (AKU CEPAT MEMBACA) MURID KELAS I SD INPRES BONTOBILA KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

KELAS I SD INPRES BONTOBILA KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar S-1

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

RADIATUL ADAWIAH 10540 4571 10

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Peningkatan Kemampuan Membaca Lancar Melalui Metode Belajar ACM (Aku Cepat Membaca) Murid Kelas I SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Nama : Radiatul Adawiah

Nim : 10540 4571 10

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Setelah diperiksa skripsi dan diteliti ulang, akhirnya telah memenuhi persyaratan untuk diseminarkan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Skripsi telah diseminarkan dengan teliti dan dinyatakan disetujui untuk digunakan dalam kompleks sendiri.

Makassar, Januari 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H.M. Amier, S.Pd.,M.Pd Haslinda, S.Pd.,M.Pd.

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Unismuh Makassar pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum. Sulfasyah, MA., Ph.D.

NBM. 858 625 NBM. 970 635

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi :. Peningkatan Kemampuan Membaca Lancar Melalui Metode Belajar ACM (Aku Cepat Membaca) Murid Kelas I SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Nama : Radiatul Adawiah

Nim : 10540 4571 10

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Telah diperiksa dan diteliti ulang, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan untuk diujikan.

Makassar, Januari 2015

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H.M. Amier, S.Pd.,M.Pd Haslinda, S.Pd.,M.Pd.

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Unismuh Makassar Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum. Sulfasyah, MA., Ph.D.

NBM. 858 625 NBM. 970 635

(4)

iv Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Radiatul Adawiah

Nim : 10540 4571 10

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Membaca Lancar Melalui Metode Belajar ACM (Aku Cepat Membaca) Murid Kelas I SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Dengan ini menyatakan bahwa :

Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya saya sendiri,bukan hasil ciplakan dan dan tidak dibuat oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Januari 2015 Yang Membuat Pernyataan,

Radiatul Adawiah Diketahui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H.M. Amier, S.Pd.,M.Pd Haslinda, S.Pd.,M.Pd.

(5)

v Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Radiatul Adawiah

Nim : 10540 4571 10

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuat oleh siapapun)

2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Januari 2015 Yang Membuat Perjanjian,

Radiatul Adawiah

Mengetahui, Ketua Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Sulfasyah, MA., Ph. D.

NBM. 970 635

(6)

vi

“Mengerjakan suatu pekerjaan harus dengan keikhlasan hati, agar apa yang dikerjakan itu berberkah’’_ Suardi Umar_

“Bahagia itu dekat, ada pada setiap hati yang bersyukur”

^_^

Sabar...

Ikhlas...

Bersyukur...

Tanpa keluarga, manusia sendiri di dunia, gemetar dalam dingin…

Aku persembahkan skripsi ini untuk Ibu, Ayah, adikku tercinta

yang tiada henti memberi dukungan doanya serta pendamping

hidupku Nurzam yang selalu menemaniku, Memotivasi dan

Memberiku Semangat.

(7)

vii

menulis puisi melalui penerapan metode QuantumTeaching Teknik Tandur kelas V SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru SekolahDasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Sulfasyah, MA., Ph. Ddan pembimbing II Abdan Syakur.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (class action research). Yang bertujuan untuk meningkatkan minat belajar murid dalam menulis puisi dengan menggunakan metode QuantumTeaching Teknik Tandur murid kelas V SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng. Subjek penelitian ini adalah murid kelas V SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng sebanyak 25 orang. Laki-laki 18 0rang, Perempuan 7 0rang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan angket minat belajar pra siklus dan pada setiap akhir siklus dengan menggunakan teknik observasi dan dokumentasi . Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriftif kuantitatif dan kualitatif. Analisis dilakukan dengan skor rata-rata dan persentase dengan kategori Sangat Kurang, Kurang, Cukup, Baik dan sangat Baik. Hasil yang dicapai dengan penerapan metode Quantum Teaching pada mata pelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan menulis puisi menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan minat dan hasil belajar murid, hal ini dapat dilihat pada hasil angket minat pada pra siklus 32% menjadi 56% pada siklus I meningkat 88% pada siklusII,sedangkan tes hasil belajar murid memperoleh nilai rata-rata pada siklus I 68,52 meningkat pada siklus II menjadi 74,40. Ketuntasan belajar Bahasa Indonesia murid kelas V SD Inpres Bontobila juga mengalami peningkatan . pada siklus I, dari 15 (60 %) murid mencapai ketuntasan belajar, sedangkan pada siklus II sebanyak 23 (92%) murid mencapai ketuntasan belajar dan ketuntasan belajar klasikal tercapai seiring dengan meningkatnya minat belajar murid. Hal ini berarti minat belajar seorang murid akan berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran. Keaktifan, dan motivasi belajar murid dalam pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat dilihat pada hasil observasi aktifitas murid pada saat pembelajaran berlangsung. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan minat belajar bahasa Indonesia pada materi menulis puisi murid kelas V SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng.

Kata Kunci: Menulis puisi, Quantum Teaching

(8)

viii

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat iman, islam, kesempatan serta kekuatan yang telah diberikan Allah Subhanahuwata’ala sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam untuk tuntunan dan suri tauladan Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam beserta keluarga dan sahabat beliau yang senang tiasa menjunjung tinggi nilai-nilai islam yang sampai saat ini masih dapat dinikmati oleh seluruh manusia di penjuru negeri.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat akademik guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jurusan pendidikan guru sekolah dasar. Judul skripsi ini adalah “Peningkatan minat belajar Bahasa Indonesia pada Materi Menulis Puisi melalui penerapan metode Quantum Teaching teknik Tandur murid kelas V SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku Ayahanda Abd.

Kadir dan Ibunda Hasiah yang tercinta dengan kesabaran mereka mendidik penulis dari kecil hingga dewasa, dukungan moral dan materil yang diberikannya selama ini hingga penulis mencapai gelar sarjana ini.

viii

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat iman, islam, kesempatan serta kekuatan yang telah diberikan Allah Subhanahuwata’ala sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam untuk tuntunan dan suri tauladan Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam beserta keluarga dan sahabat beliau yang senang tiasa menjunjung tinggi nilai-nilai islam yang sampai saat ini masih dapat dinikmati oleh seluruh manusia di penjuru negeri.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat akademik guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jurusan pendidikan guru sekolah dasar. Judul skripsi ini adalah “Peningkatan minat belajar Bahasa Indonesia pada Materi Menulis Puisi melalui penerapan metode Quantum Teaching teknik Tandur murid kelas V SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku Ayahanda Abd.

Kadir dan Ibunda Hasiah yang tercinta dengan kesabaran mereka mendidik penulis dari kecil hingga dewasa, dukungan moral dan materil yang diberikannya selama ini hingga penulis mencapai gelar sarjana ini.

viii

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat iman, islam, kesempatan serta kekuatan yang telah diberikan Allah Subhanahuwata’ala sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam untuk tuntunan dan suri tauladan Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam beserta keluarga dan sahabat beliau yang senang tiasa menjunjung tinggi nilai-nilai islam yang sampai saat ini masih dapat dinikmati oleh seluruh manusia di penjuru negeri.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat akademik guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jurusan pendidikan guru sekolah dasar. Judul skripsi ini adalah “Peningkatan minat belajar Bahasa Indonesia pada Materi Menulis Puisi melalui penerapan metode Quantum Teaching teknik Tandur murid kelas V SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku Ayahanda Abd.

Kadir dan Ibunda Hasiah yang tercinta dengan kesabaran mereka mendidik penulis dari kecil hingga dewasa, dukungan moral dan materil yang diberikannya selama ini hingga penulis mencapai gelar sarjana ini.

(9)

ix

skripsi ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya yang telah memberikan pengajaran, pembinaan dan perhatian kepada penulis selama menimba ilmu di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan beserta jajarannya yang telah bersedia membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.

Sulfasyah, MA., Ph. D, sebagai ketua jurusan pendidikan guru sekolah dasar beserta jajarannya yang telah bersedia membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, sekaligus sebagai pembimbing 1 dan Andi Adam, S.Pd., M.Pd, sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Bapak / Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis.

Suamiku yang tercinta yang telah banyak memberikan penulis motivasi dalam keadaan suka dan duka hingga tidak putus asa menyusun skripsi ini, serta sahabatku Elha dan Eky juga teman-teman seperjuangan penulis yang tidak sempat tersebutkan namanya namun telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis hingga skripsi ini dapat selesai, terimah kasih banyak telah menjadi motivator hebat dalam penulisan skripsi ini.

(10)

x

penulis do’akan semoga jasa baik mereka mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Makassar, September 2014

Penulis

(11)

xi

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... .. ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. KajianPustaka... 8

1. Hasil Penelitian yang Relevan ... 9

2. Pengertian Membaca ... 11

3. Manfaat Membaca ... 13

4. Tujuan Membaca ... 17

5. Komponen Kegiatan Membaca ... 18

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca ... 23

7. Metode ACM (Aku Cepat Membaca) ... 26

B. KerangkaPikir... 32

C. HipotesisTindakan... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 35

B. Setting dan Subjek Penelitian ... 36

C. Fokus Penelitian ... 36

D. Prosedur Penelitian………. 37

E. Instrument Penelitian ... 42

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 46

B. Analisis Data ... 53

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN... PERSURATAN ... RIWAYAT HIDUP... DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid pada Siklus I ... 53

1.2 Statistik Skor Hasil Belajar Murid Siklus I... 54

1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar pada Siklus I... 54

1.4 Distribusi Frekuensi, Persentase, dan Kategori Ketercapaian Ketuntasan pada Siklus I... 55

4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid pada Siklus II ... 56

4.6 Statistik Skor Hasil Belajar Murid Siklus II ... 57

4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar pada Siklus II ... 57 4.8 Distribusi Frekuensi, Persentase, dan Kategori Ketercapaian

(13)

xiii

Bontobila Siklus I dan Siklus II... 58

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Skema Kerangka Pikir... 33 Desain PTK Model Lewin ... 37

(14)

xiv 1. Skor angket siswa pra penelitian

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3. Instrumen Angket

4. Skor Hasil Belajar Murid

5. Skor hasil angket siswa siklus 1 dan 2 6. Kategorisasi Skor Hasil Belajar Murid 7. Lembar Observasi Guru

8. Lembar Observasi Murid

(15)

xv 11. Dokumentasi Penelitian 12. Lks

(16)

Nama Mahasiswa

NIM

Jurusan Fakultas

Dengan Judul

PERSETUJUAI\ PEMBIMBING

RADIATUL ADAWIAH

10540 457t T0

Pendidikan Guru Sekolah Dasar S 1

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah l\4dkassar

Pwingkatan Kemampuan Membaca Lancar melalui Metode ACM (Aku Cepat Membaca) Murid Kelas

I

SD

Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Makassar,

Februari 2015 Disetujui Oleh :

Pembimbing II

Mengetahui

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, skripsi ini dinyatakan telah diujikan di Pendi<iikan Universitas hadapan Tim Penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Muhammadiyah Makassar.

,.**n6o#+q{i PGSD

ffii1.-

ffi

f i[1Ytiys14 :970

635

)

Pembimfring I

858 625

lll

(17)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi atas nama RADIATUL ADAWIAII, NIM 10540 4571

l0

diterima dan

disahkan oleh panitia ujian skripsi berdasarkan surat keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah MakassarNomor:014/Tahun 1436H12015 M, tanggal 01 Jumadil Awal 1436120 Februari 2015, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan.Pbndidikan Guru Sekolah Dasar

Sl

Fakultas Keguruan dan

Ilmu

Pendidikan Univerg@s Muhammadiyah Makassar pada

hari

Sabtu tanggal 28 Februari2015.

09 Jumadil Awal 1436 H Makassar,

28 Februari 2015 UI

Panitia Ujian :

1.

Pengawas Umum

2.

Ketua

3.

Sekretaris

4.

Dosen Penguji

: Dr. H.Irwan Akib, M. Pd.

: Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum.

: Khaeruddin" S" Pd.. M. Pd.

(#-...

(

: 1. Drs. Hambali, S. Pd., M. Hum.

2. Muhammad Akhir, S. Pd.' M. Pd.

3. Drs. H. Tjoddin SB., M. Pd.

4. Drs. H. M. Amier, S. Pd., M.

isahkan Oleh :

itas Muha yah Makassar

: 858 625

ii

(18)

1 A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca, masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.

Perlu disadari bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di semua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga perguruan tinggi memegang peranan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Pertumbuhan kemampuan dan keterampilan kebahasaan seseorang dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, yang secara kronologis keempatnya tumbuh dalam diri setiap individu. Setiap keterampilan tersebut saling berkaitan.

Kompetensi membaca dan menulis merupakan dua kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh setiap warga negara, terutama para guru dan peserta didik jika kita mengharapkan tumbuhnya atau berkembangnya budaya baca dan tulis dalam masyarakat kita. Bahasa indonesia sebagai sarana komunokasi tidak hanya dibutuhkan oleh waga negara Indonesia warga negara asing pun cukup banyak yang berminat untuk mempelajari dan menuasai bahasa Indonesia.

Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Tanda-tanda

(19)

jalan mengarahkan orang yang berpergian sampai pada tujuannya, menginformasikan pengemudi mengenai bahaya di jalan, dan mengingatkan aturan-aturan lalu lintas. Pengusaha catering tidak perlu harus pergi ke pasar untuk mengetahui harga bahan-bahan yang akan dibutuhkan. Dia cukup membaca surat kabar untuk mendapatkan informasi tersebut. Kemudian, dia bisa merencanakan apa saja yang harus dibelinya disesuaikan dengan informasi tentang bahan-bahan yang dibutuhkannya.

Membaca adalah sebuah karya cita masyarakat. Orang menulis, pertama- tama, ketika mereka merasa perlu mengkomunikasi gagasan-gagasannya dalam bentuk yang lebih permanen daripada bentuk tuturan atau ajaran. Kemudian, secara serempak, mereka merasakan kebutuhan untuk menginterpretasikan simbol-simbol tertulis melalui sebuah proses yang kemudian disebut “membaca”.

Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Beribu judul buku dan berjuta Koran diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk murid-muridnya.

Walaupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan kita tidak perlu dibaca.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, penyebab utama kegagalan murid di sekolah bersumber pada kesulitan membaca atau tingkat membaca seorang murid. Hal ini terbukti pada pembelajaran Bahasa Indonesia murid kelas I SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, 60% murid yang sudah mencapai nilai KKM dan 40% murid yang belum

(20)

mencapai nilai KKM. Murid yang sudah mencapai nilai KKM adalah murid yang sudah mampu membaca lancar sedangkan yang belum mencapai nilai KKM adalah murid yang belum mampu membaca lancar. Murid yang belum mampu membaca lancar ini mengalami kesulitan membaca khususnya pada pengenalan huruf, perubahan bunyi (a, i, u, e, o), membaca suku kata, membaca kata, dan membaca kalimat sederhana.

Keterampilan membaca, sebagaimana juga bidang-bidang keterampilan bahasa yang lainnya, memerlukan latihan yang berulang-ulang dan terus menerus untuk dapat mencapai hasil yang optimal. Seorang perenang sebelum memperoleh medali, tentu telah melakukan program latihan dengan displin tinggi serta dengan cara-cara dan metode yang tepat, secara teratur dan kontinyu. Demikian pula dengan keterampilan membaca. Untuk menjadi seorang pembaca yang terampil dibutuhkan pembinaan dan latihan yang teratur sejak dini.

Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan mengajar serta harus menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan kepada murid. Dengan demikian, guru dapat menjadi pembimbing serta fasilitator bagi murid, agar murid dapat memahami kemampuan yang mereka miliki, serta memberikan motivasi agar para murid terdorong untuk belajar dan mengembangkan kemampuan yang mereka miliki. Seorang pengajar bertugas menyajikan ilmu yang dia miliki kepada peserta didiknya, mengarahkan atau membimbing untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki murid, agar kemampuan dan keterampilan murid dapat terasah, terarah, dan bertambah.

(21)

Untuk menjadikan anak mampu membaca yang terpenting dilakukan orangtua dan guru adalah memilih media atau sarana yang dapat membantu mengasah kemampuannya dengan cara yang menyenangkan.

Pendidikan di sekolah dasar dilaksanakan untuk membekali dasar pengetahuan, sikap serta keterampilan kepada anak didik. Pelaksanaan pendidikan tersebut harus terencana, terprogram dan tetap memperhatikan tingkat perkembangan anak. Penggunaan strategi, metode dan sumber/media belajar mengajar harus disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan peserta didik.

Membaca dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Membaca merupakan sarana utama bagi seorang anak untuk mengasah keingintahuannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan membaca yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Oleh karena itu, perkembangan kemampuan membaca anak dalam proses pembelajaran harus memperoleh perhatian yang serius bagi pendidik (utamanya guru dan orangtua atau keluarga).

Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu adanya usaha yang harus dilakukan secara bertahap. Karena membaca merupakan proses yang lebih rumit dibandingkan dengan proses komunikasi lisan. Maka salah satu usaha yang mampu mewujudkannya adalah dengan menerapkan metode ACM (Aku Cepat Membaca) yang menggunakan konsep “bermain sambil belajar” dan “belajar dengan menyenangkan, murid tidak dipaksa untuk harus mau membaca akan

(22)

tetapi diarahkan dan dibantu untuk belajar membaca dan menulis dengan baik dan benar.

Pembelajaran ini mencoba mengembengkan metode yang pada saat sekarang ini sedang dikembangkan oleh berbagai ahli dalam pembelajaran membaca dan menulis yang dikenal dengan pendekatan global yang bersifat Analitik Sintetik. Hal inilah yang mendorong peneliti ingin menerapkan metode belajar ACM (Aku Cepat Membaca) guna memberikan informasi kepada guru dan masukan untuk mengatasi murid yang belum bisa membaca.

Berdasarkan uraian di atas, maka calon peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Membaca Lancar melalui Metode Belajar ACM (Aku Cepat Membaca) Murid Kelas I SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca lancar melalui metode belajar ACM (aku cepat membaca) murid kelas I SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan penjelasan pada rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca

(23)

lancar melalui metode belajar ACM (Aku Cepat Membaca) murid kelas I SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh aspek yang terkait untuk meningkatkan kemampuan membaca anak.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis Bagi Sekolah

Bagi sekolah dasar, sebagai masukan tentang dasar penerapan metode belajar ACM (Aku Cepat Membaca) dalam meningkatkan kemampuan murid membaca lancar pada kelas rendah.

2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi murid

Bagi murid, sebagai masukan pentingnya mengikuti kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca lancar yang dilakukan guru melalui penerapan metode belajar ACM (Aku Cepat Membaca).

b. Manfaat bagi guru

Bagi guru sekolah dasar, sebagai masukan mengenai pelaksanaan pembelajaran membaca yang selama ini diterapkan sehinga dapat melakukan pembenahan dalam menerapkan metode belajar ACM (Aku Cepat Membaca) demi optimalisasinya pelaksanaan pembelajaran membaca.

(24)

c. Manfaat bagi Peneliti

Bagi peneliti, sebagai bahan perbandingan dan bahan referensi bagi peneliti yang mengkaji yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan membaca lancar pada murid sekolah dasar khususnya kelas rendah.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai dengan peningkatan kemampuan membaca permulaan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, yaitu Misliana (2012) dengan judul skripsi “Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Metode Struktural Analisis Sintetik (SAS) dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Murid Kelas I SDS To Iporannu Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa” menyimpulkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran Struktural Analisis Sintetik (SAS) maka kemampuan membaca, dibuktikan dengan perolehan rata-rata aktifitas belajar 57,75% pada siklus I dan meningkat pada siklus II dengan perolehan 81,33%. Terjadi peningkatan sebanyak 23,58%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar membaca di mana pada siklus II murid mulai mengoptimalkan potensi yang mereka miliki.

Nurbaya (2014) dengan judul skripsi “Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan melalui Metode Struktural Analitik Sintetik Murid Kelas II Sekolah Dasar Inpres Tattakang Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa” menyimpulkan bahwa pada siklus I, secara individual dari 27 murid hanya 16 murid atau 59%

yang memenuhi KKM kaena rata-rata nilai yang diperoleh 69,07. Pada siklus II, dari 27 murid terdapat 26 murid atau 96% telah mencapai KKM dengan nilai rata- rata 88,33 dan dianggap sudah tuntas.

87

(26)

Berdasarkan penelitian sebelumnya, dalam ini peneliti mencoba menerapkan metode ACM (Aku Cepat membaca) yang merupakan pengembangkan dari metode SAS dan menjadi contoh pada penelitian ini walaupun objek berbeda.

2. Pengertian Membaca

Membaca sebagai bagian dari keterampilan berbahasa memiliki peranan yang sangat penting. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus (Crawley dan Mountain, 1995), (dalam Rahim, 2007: 2).

Mengenai pengertian membaca, menurut Listyanto Ahmad (dalam Aizid, 2011: 11) mendefinisikan membaca sebagai suatu proses yang dilakukan dan di gunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata bahasa tulis (tulisan).

Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca,yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi- bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke

(27)

dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas- kelas awal, yaitu SD kelas (I, II, dan III) yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa.

Sementara itu proses memahami makna (meaming) lebih ditekankan di kelas- kelas tinggi SD (Syafi’ie, 1999), (dalam Rahim, 2007: 2).

Aizid (2011: 22) mengemukakan bahwa “membaca adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan berdasarkan kerja sama antara beberapa kemampuan, yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan’’. Dengan kata lain, membaca adalah suatu aktivitas menyerap atau menangkap ide pokok atau pesan moral yang tersirat dan tersurat dalam sebuah tulisan.

Di samping keterampilan decoding, pembaca juga harus memiliki keterampilan memahami makna (meaming). Pemahaman makna berlangsung melalui berbagai tingkat, mulai dari tingkat pemahaman literal sampai kepada pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluative. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa membaca merupakan gabungan proses perceptual dan kognitif, seperti dikemukakan oleh Crawley dan Mountain (1995), (dalam Rahim, 2007: 2)

Menurut pandangan tersebut, membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis (critical reading), dan membaca kreatif (creative reading). Membaca sebagai proses linguitik, skema pembaca membantunya membangun makna, sedangkan fonologis, semantik, dan fitur sintaksis membantunya mengomunisasikan dan menginterpretasikan pesan-pesan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan

(28)

pengevaluasian. Pembaca pada tahap ini mengidentifikasi tugas membaca untuk membentuk strategi membaca yang sesuai, memonitor pemahamanya, dan menilai hasilnya.

Sedangkan Klein, dkk. (1996), (dalam Rahim, 2007: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.

Membaca merupakan salah satu aspek penting yang diajarkan, karena kegiatan membaca merupakan kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Hal ini ditegaskan oleh Grellt (dalam Muchlisoh dkk, 1992: 119), bahwa “kegiatan membaca adalah semacam dialog antara pembaca dan penulis, tanpa kecuali anak usia dini, dan kemampuan membaca mempengaruhi kemampuan berbicara, sehingga dapat dikatakan bahwa membaca merupakan aspek kebahasaan yang berfungsi sebagai pintu awal dalam membuka cakrawala berpikir seseorang”.

Anderson yang dikutip oleh Tarigan (1986: 8), menjelaskan bahwa

“membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan melalui media kata-kata, di mana kata-kata tersebut merupakan satu kesatuan yang dapat dilihat dan mempunyai makna. Proses membaca dimulai dari keinginan anak untuk memahami dan melafalkan huruf sehingga menjadi rangkaian kata-kata yang penuh makna.

(29)

Oleh karena itu, permulaan membaca bagi murid kelas I SD harus memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari pendidik, sehingga anak menyadari bahwa dengan membaca murid dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan informasi dari media cetak, dan pada akhirnya mereka dapat menginformasikan dan mengkomunikasikan itu kepada orang lain.

Aizid (2011: 22) mengemukakan bahwa “membaca adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan berdasarkan kerja sama antara beberapa kemampuan, yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan’’. Dengan kata lain, membaca adalah suatu aktivitas menyerap atau menangkap ide pokok atau pesan moral yang tersirat dan tersurat dalam sebuah tulisan.

Finochiaro dan Bonomo (dalam Tarigan, 1985: 16) mendefinisikan secara singkat, bahwa membaca adalah memetik serta memahami arti makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis.

Sedangkan Tampubolon (1993: 25) mengemukakan membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf.

Pendapat Smith (dalam Ginting 2005: 17) bahwa membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis.

Juel (dalam Sanjaya, 2005: 5) mendefinisikan membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari bacaan.

Sejalan dengan pendapat di atas maka membaca merupakan kegiatan yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah. Kegiatan

(30)

kompleks tersebut meliputi pengertian dan khayalan, mengamati serta mengingat- ingat. Kegiatan membaca merupakan kegiatan komleks karena melibatkan banyak hal.

Membaca merupakan tuntutan kebutuhan manusia pada saat ini karena seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat ini menuntut orang harus membaca. Dengan demikian, maka membaca itu lebih dari pada hanya sekedar menghubungkan antara kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan, tetapi juga harus dibarengi dengan kemampuan memahami bacaan. Karena membaca termasuk aktivitas yang melibatkan kerja otak dan gerak mata. Dengan demikian, kegiatan ini adalah sebuah kegiatan yang sangat kompleks karena melibatkan kerja fisik dan mental. Selanjutnya, menurut Soedarso (dalam Aizid, 2011: 20), “membaca merupakan kegiatan yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah’’.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu aktivitas menyerap atau menangkap ide pokok atau pesan moral yang tersirat dan tersurat dalam sebuah tulisan yang dilakukan berdasarkan kerja sama antara beberapa kemampuan, yaitu mengamati, memahami dan memikirkan.

3. Manfaat Membaca

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menurut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca, masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan

(31)

dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.

Burns, dkk. (1996), (dalam Rahim, 2007: 1) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca.

Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Tanda-tanda jalan mengarahkan orang yang berpergian sampai pada tujuannya, menginformasikan pengemudi mengenai bahaya di jalan, dan mengingatkan aturan-aturan lalu lintas. Pengusaha catering tidak perlu harus pergi ke pasar untuk mengetahui harga bahan-bahan yang akan dibutuhkan. Dia cukup membaca surat kabar untuk mendapatkan informasi tersebut. Kemudian, dia bisa merencanakan apa saja yang harus dibelinya disesuaikan dengan informasi tentang bahan-bahan yang dibutuhkannya.

Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Beribu judul buku dan berjuta Koran diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk murid-muridnya.

(32)

Walaupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan kita tidak perlu dibaca.

Walaupun informasi bisa ditemukan dari media lain seperti televisi dan radio, namun peran membaca tak dapat digantikan sepenuhnya. Membaca tetap memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena tidak semua informasi bisa didapatkan dari media televise dan radio.

Sedangkan menurut Annida (http://rachdie.blogdetik.com/ diakses 11 Mei 2014) mengidentifikasikan delapan manfaat dari aktivitas membaca, yaitu sebagai berikut :

a. Membaca merupakan proses mental secara aktif.

Tidak seperti duduk di depan sebuah kotak idiot (TV, Plasystation, dll), membaca membuat kita menggunakan otak kita. Ketika membaca, pembaca akan dipaksa untuk memikirkan banyak hal yang belum diketahuinya. Dalam proses ini, sel abu-abu otak digunakan untuk berfikir dan menjadi semakin pintar.

b. Membaca akan meningkatkan kosakata.

Dengan membaca, kita dapat belajar bagaimana mengira suatu makna dari suatu kata (yang belum diketahui) dengan membaca konteks dari kata-kata lainnya di sebuah kalimat. Buku, terutama yang menantang, akan menampakkan kepada kita begitu banyak kata yang mungkin sebaliknya belum kita ketahui.

(33)

c. Membaca akan meningkatkan konsentrasi dan fokus.

Kita perlu untuk bisa fokus terhadap buku yang sedang dibaca untuk waktu yang cukup lama. Tidak seperti majalah, internet atau email yang hanya berisi potongan kecil informasi, buku akan menceritakan keseluruhan cerita. Oleh sebab perlu berkonsentrasi untuk membaca.

d. Membangun kepercayaan diri.

Semakin banyak yang kita baca, semakin banyak pengetahuan yang didapatkan. Dengan bertambahnya pengetahuan, akan semakin membangun kepercayaan diri. Jadi hal ini merupakan reaksi berantai. Karena kita adalah seorang pembaca yang baik, orang-orang akan mencari kita untuk mencari suatu jawaban. Perasaan terhadap diri kita sendiri akan semakin baik.

e. Meningkatkan memori.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika kita tidak menggunakan memori kita, kita bisa kehilangannya. Teka-teki silang adalah salah satu contoh permainan kata yang dapat mencegah penyakit Alzheimer.

Membaca, walaupun bukan sebuah permainan, akan membantu kita meregangkan “otot” memori dengan cara yang sama. Membaca itu memerlukan ingatan terhadap detail, fakta dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau karakter cerita.

f. Meningkatkan kedisplinan.

Mencari waktu untuk membaca adalah sesuatu yang kita sudah mengetahuinya untuk dilakukan.

(34)

g. Meningkatkan kretivitas.

Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri kita terhadap ide dan informasi baru akan membantu perkembangan sisi kreatif otak, karena otak kita akan menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir kita.

h. Mengurangi kebosanan.

Membaca dapat dijadikan kegiatan untuk mengisi waktu luang, karena dengan membaca kita akan menjelajahi dunia baru dan mendapat tambahan wawasan.

4. Tujuan Membaca

Pembelajaran membaca tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan kedudukan dan fungsinya, pada dasarnya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar murid mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berbagai peristiwa komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

Secara umum, tujuan membaca adalah

1) Mendapatkan informasi 2) Memperoleh pemahaman 3) Memperoleh kesenangan.

Secara khusus, tujuan membaca adalah 1) Memperoleh informasi faktual

(35)

2) Memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematik.

3) Memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang, Tujuan membaca mencakup :

1) Kesenangan

2) Menyempurnakan membaca nyaring;

3) Menggunakan strategi tertentu;

4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik ;

5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya;

6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;

7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;

8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks;

9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton,dkk. dan Irwin dalam Burns dkk.,1996), (dalam Rahim, 2007: 12)

5. Komponen Kegiatan Membaca

Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri atas dua bagian,yaitu: proses dan produk (Syafi’e, 1993, Burns dkk., 1996), (dalam Rahim (2007: 12). Proses membaca mencakup Sembilan aspek untuk menghasilkan produk.

a. Proses Membaca

Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Menurut Burns dkk. (1977: 7), (dalam Rahim,

(36)

2007: 12), proses membaca terdiri atas Sembilan aspek, yaitu sensori, perceptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan.

Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis memulai indra penglihatan anak-anak belajar membaca membedakan secara visual di antara simbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk merepresentasikan bahasa lisan.

Kegiatan berikutnya adalah tindakan perceptual, yaitu aktivitas mengenal suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu. Kegiatan persepsi melibatkan kesan sensori yang masuk ke otak. Ketika seseorang membaca, otak menerima gambaran kata-kata kemudian mengungkapkannya dari halaman cetak berdasarkan pengalaman pembaca sebelumnya dengan objek, gagasan, atau emosi yang dipresentasikan oleh suatu kelas. Pembaca mengenali rangkaian simbol-simbol tertulis, baik yang berupa kata, frasa, maupun kalimat.

Kemudian pembaca memberi makna dengan menginterpretasikan teks yang dibacanya. Pembaca satu dengan lainnya dalam mempersepsi suatu teks mungkin saja tidak sama. Walaupun membaca teks yang sama, mungkin mereka memberikan makna yang berbeda. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah (Burns dkk.,1996), (dalam Rahim, 2007: 12).

Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca Anak-anak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosa-kata dan konsep yang mereka

(37)

hadapi dalam membaca dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai pengalaman terbatas. Oleh karena itu, guru atau orang tua sebaiknya memberikan pengalaman langsung atau tidak langsung kepada anak-anaknya, misalnya pengalaman tentang tempat, benda, dan proses yang dideskripsikan dalam materi bacaan sehingga materi bacaan akan lebih mudah mereka serap. Pengalaman konkret (pengalaman langsung) dan pengalaman tidak langsung akan meningkatkan perkembangan konseptual anak, namun pengalaman langsung lebih efektif daripada pengalaman tidak langsung. Guru dan orang tua bisa membantu anak belajar bahasa baku yang umumnya ditemukan pada buku-buku dengan menceritakan dan membacakan cerita, mendorong kegiatan show and tell, mendorong diskusi kelas, menggunakan pengalaman bahasa melalui cerita, dan mendorong diskusi kelas, menggunakan pengalaman bahasa melalui cerita, dan mendorong permainan drama (Burns dkk.,1996), (dalam Rahim, 2007: 13).

Membaca merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses asosiasi dan eksperimental sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Kemudian ia membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Untuk itu, dia harus mampu berpikir secara sistematis, logis, dan kreatif. Bertitik tolak dari kesimpulan itu, pembaca dapat menilai bacaan. Kegiatan menilai menurut kemampuan berpikir kritis (Syafi’e, 1993: 44), (dalam Rahim, 2007: 13).

Peningkatan kemampuan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru SD dapat membimbing muridnya dengan memberikan

(38)

pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru hendaknya merangsang murid berpikir, seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana. Jadi, pertanyaan yang diajukan sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang menghasilkan jawaban berupa fakta.

Mengenanal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna merupakan aspek asosiasi dalam membaca. Anak-anak belajar menghubungkan simbol-simbol grafis dengan bunyi bahasa dan makna. Tanpa kedua kemampuan asosiasi tersebut murid tidak mungkin dapat memahami teks.

Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca (sesuai dengan minatnya), dan menumbuhkan motivasi membaca ketika sedang membaca (Burr dkk., 1996), (dalam Rahim, 2007: 14). Pemusatan perhatian, kesenangan,dan motivasi yang tinggi diperlukan dalam membaca. Murid Sekolah Dasar khususnya kelas I seharunya terlatih memusatkan perhatiannya pada bahan bacaan yang dibacanya. Guru SD bisa melatih muridnya terbiasa memusatkan perhatiannya dengan memberikan bacaan yang menjadi minat mereka. Tanpa perhatian yang penuh ketika membaca, murid sulit mendapatkan sesuatu dari bacaan. Motivasi dan kesenangan membaca sangat membantu murid untuk memusatkan perhatian pada bacaan.

Aspek kesembilan ialah aspek pemberian gagasan. Aspek gagasan dimulai dengan penggunaan sensori dan perceptual dengan latar belakang pengalaman dan

(39)

tanggapan afektif serta membangun makna teks yang dibacanya, tetapi tidak seluruhnya ditemui dalam teks. Teks tersebut ditransformasikan oleh pembaca dari informasi yang diambil dari teks Pembaca dengan latar belakang pengalaman yang berbeda dan reaksi afektif yang berbeda akan menghasilkan makna yang berbeda dari teks yang sama.

b. Produk Membaca

Produk membaca merupan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi dari konstruksi pembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks. Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang dipergaruhi oleh seluruh aspek proses membaca.

Lebih lanjut Burns, dkk. (1996), (dalam Rahim, 2007: 14) mengemukakan bahwa strategi pengenalan kata, sebagai bagian dari aspek asosiasi dalam proses membaca merupakan sesuatu yang esensial. Pemahaman bacaan tidak hanya berupa aktivitas menjadi (decoding) simbol-simbol ke dalam bunyi bahasa, tetapi juga membangun (construct) makna ketika berinteraksi dengan halaman cetak.

Pemahaman terhadap bacaan sangat bergantung pada semua aspek yang terlibat dalam proses membaca. Di samping kemampuan yang dituntut dalam melaksanakan kegiatan, berbagai aspek proses membaca pun harus dipenuhi oleh pembaca. Aspek kesembilan (aspek gagasan) akan diperoleh apabila aspek-aspek proses membaca yang lain telah bekerja secara harmonis.

(40)

Agar hasil membaca dapat tercapai secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan-kegiatan dalam prose membaca tersebut (Syafi’ie, 1993: 46), (dalam Rahim, 2007: 15). Oleh sebab itu, guru-guru SD memegang peranan penting dalam membimbing para murid agar mereka mampu menguasai kegiatan- kegiatan dalam proses membaca tersebut dengan baik.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Banyak faktor yang memengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman). Faktor-faktor yang memengaruhi membaca permulaan menurut Lamb dan Arnold (1976), (dalam Rahim, 2007: 16) ialah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis.

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagi cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Guru hendaknya cepat menemukan tanda-tanda yang disebutkan di atas.

Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi misalnya, mungkin sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada anak bicara dan alat pendengaran. Guru harus waspada terhadap beberapa kebiasaan anak, seperti anak

(41)

sering menggosok–gosok matanya, dan mengerjap-ngerjapkan matanya ketika membaca. Jika menemukan murid seperti di atas, guru harus menyarankan kepada orang tuanya untuk membawa si anak ke dokter spesialis mata. Dengan kata lain, guru harus sensitif terhadap gangguan yang dialami oleh seseorang anak. Makin cepat guru mengetahuinya makin cepat pula masalah anak dapat diselesaikan, membaca sebaiknya, anak-anak diperiksa matanya terlebih dahulu sebelum ia mulai membaca permulaan (Lamb dan Arnold, 1976), (dalam Rahim, 2007: 16).

Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatan beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal ini dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam membedakan simbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka-angka, dan kata-kata, misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d. Perbedaan pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan perbedaan bayi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan membaca anak (Lamb dan Arnold, 1976), (dalam Rahim, 2007: 17).

b. Faktor Intelektual

Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat (Page dkk.,1980), (dalam Rahim, 2007: 17).

Seorang guru harus mengetahui perkembangan setiap peserta didiknya termasuk juga perkembangan intelektual setiap anak didiknya. Kemampuan seorang anak dalam memahami materi pelajaran itu berbeda-beda, ada anak yang memiliki daya tangkap yang cepat sehingga dengan mudah memahami pelajaran

(42)

termasuk dalam pembelajaran membaca. Ada pula anak yang memiliki daya tangkap yang lambat sehingga proses dalam memahami pelajaran membutuhkan waktu yang lama sering disebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ikut mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca murid. Faktor lingkungan tersebut ialah Latar belakang dan pengalaman anak dirumah. Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai dan kemampuan bahasa anak. Kondisi dirumah mempengaruhi pribadi dan penyesuain diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membentuk anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal didalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh cinta kasih, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak dirumah juga penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang bermakna, pengalaman masa lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.

d. Faktor Psikologis

Faktor lain yang juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup:

a) Motivasi

Menurut Winkel (Http://episentrum.com/2014/Motivasi membaca/diakses 20 Mei 2014) mengatakan bahwa “motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri murid yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arahan kepada kegiatan

(43)

belajar itu demi mencapai tujuan. Murid akan menguasai hasil belajar dengan optimal, jika dalam belajar dimungkinkan untuk sebanyak mungkin berinteraksi dengan isi teks pelajaran. Untuk pelajaran membaca indra yang paling dominan digunakan ialah indra penglihatan dan pendengaran, membaca dan menyimak cerita yang dibacakan.

b) Minat

Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesehariaannya untuk mendapatkan bahan bacaan dan kemudian membaca atas kesadarannya sendiri.

7. Metode ACM (Aku Cepat Membaca)

ACM adalah metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan untuk anak usia dini dan orang dewasa penyandang buta aksara dan membantu peserta didik memahami konsep membaca dan menulis secara mudah, cepat dan menyenangkan. ACM dirancang untuk mempermudah peserta didik dapat cepat belajar dalam membaca dan menulis. Metode ACM Mencoba Memberikan Alternatif Belajar Membaca permulaan dengan Konsep “bermain sambil belajar”

dan “ belajar dengan menyenangkan”, peserta didik tidak dipaksa untuk harus mau membaca. akan tetapi diarahkan dan dibantu untuk belajar membaca dan menulis dengan baik dan benar.

(44)

Berbeda dengan pendekatan metode pendidikan atau pembelajaran membaca dan menulis yang pada umumnya menempatkan pengenalan huruf sebagai langkah awal mengenalkan membaca pada anak, metode ACM justru menempatkan pengenalan huruf pada akhir pembelajaran. ACM mengajarkan membaca secara utuh meliputi kata lembaga, perubahan bunyi a, i, u, e, o, bunyi transfer (sulit), bunyi nga-nya, bunyi mati, bunyi–ng , latihan membaca dan pengenalan huruf. Materi ACM pun disusun dan disesuaikan dengan kemampuan rata-rata anak yaitu dimulai dari pengenalan bunyi yang paling mudah hingga pengenalan bunyi yang paling sulit.

Metode ACM dapat diikuti oleh anak usia dini, TK (pra-sekolah), SD, dan orang dewasa. Dengan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan peserta didik secara bertahap dari materi kata lembaga ia mulai belajar sampai materi terakhir yaitu pengenalan huruf. peserta didik dapat belajar melalui kursus di kelas secara klasikal maupun di rumah secara privat.

ACM adalah sebuah buku sederhana yang dikemas sebagai panduan/

acuan cara membaca dan menulis permulaan. Pembelajaran ini mencoba menggunakan metode yang pada saat sekarang ini sedang dikembangkan oleh berbagai ahli dalam pembelajaran membaca dan menulis dalam berbagai bahasa yaitu yang dikenal dengan pendekatan global yang bersifat Analitik Sintetik yang juga dikenal dengan nama Struktural Analitik Sintetik (SAS).

Metode ACM pada awalnya disusun dengan metode yang baku dan dirancang mula-mula untuk anak-anak yang berbahasa Indonesia/ Melayu. Kalau

(45)

kita perhatikan, bahwa tindak awal belajar membaca huruf latin itu Sebenarnya merupakan bagian daripada belajar bahasa Indonesia. Bahkan ia merupakan langkah awal daripada belajar bahasa tersebut. Oleh karena itu dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan harus menggunakan metode pembelajaran bahasa Indonesia.

Metode Pembelajaran ACM didesain secara istimewa, lain dari yang lain.

Sangat inovatif dan kreatif sehingga membuat semua anak didik akan ketagihan belajar membaca dan menulis. Mereka menguasai tidak saja dalam hal kemampuan membaca dan menulis, tetapi yang lebih penting adalah mereka memahami konsep dasar dari membaca dan menulis itu sendiri. Dan tentunya hal ini sangat baik bagi prestasi anak didik di sekolah, maupun di masa depannya.

Metode ACM sifatnya bukan mengajar, tetapi hanya mendorong, hingga guru hanya : TUT WURI HANDAYANI. Warga Belajar dianggap telah memiliki persiapan dengan pengetahuan tersedia. Warga belajar membuka buku atau melihat alat peraga/papan tulis tidak dalam keadaan kosong. Karena sudah punya persiapan, maka murid tinggal membaca sendiri, memisah sendiri, memilih sendiri dan memadu sendiri. Disini WB tampak cerdas. Karena itulah pembelajaran ini dengan metodenya, memenuhi syarat untuk disebut : Cara Belajar Murid Aktif (CBSA).

Metode ACM ini memiliki komposisi pembelajaran 70% belajar membaca dan 30% belajar menulis. Pembelajaran ini juga menggunakan konsep

(46)

sambil bermain, mengembangkan kreatifitas dan imajinasi dengan bercerita, alat peraga, musik sebagai media dan bahan belajar serta media-media pendukung lainnya.

Metode ACM dapat diajarkan secara klasikal, dengan memenuhi syarat klasikal yaitu sama usianya, sama ilmunya/pengetahuannya, sama kemampuannya (rata-rata) dan sama kecerdasannya / IQ. Kunci menguasai suatu ilmu adalah disiplin, karena itulah masalah kedisiplinan ini sangat mendapat fokus di ACM.

Standardisasi cara mengajar adalah salah satu upaya membentuk kedisiplinan kepada anak didik. Teknik ini menjadi keharusan bagi setiap guru yang mengajarkan. Tak satu pun yang boleh terlewat. Materi disusun secara sistematis sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik akan berhasil meningkatkan penguasaan membaca secara bertahap tanpa merasa stress atau terbebani.

Metode belajar kreatif & inovatif salah satu keistimewaan ACM adalah penggunaan metode yang sangat unik dan tentu saja kreatif, yaitu model bermain sambil belajar. Peserta didik tidak akan mengalami kejenuhan dalam belajar karena memang mereka serasa sedang bermain. Selama permainan itu, tanpa mereka sadari, kemampuan membacanya meningkat dengan pesat.

Fun learning system atau metode belajar sambil bermain membaca dengan menggunakan suku kata (bukan mengeja) sehingga anak lebih cepat belajar, memiliki banyak alat peraga dan permainan yang membuat anak senang belajar dan tidak bosan.

(47)

a. Sistematika pembelajaran Metode ACM 1) Kata Lembaga /Kata Kunci

2) Perubahan Bunyi a, i, u, e, o

3) Perubahan Bunyi dari mudah-sulit (transfer) 4) Perubahan Bunyi NGA-NYA

5) Perubahan Bunyi Mati 6) Perubahan Bunyi NG 7) Latihan Membaca Cerita 8) Pengenalan Huruf

Untuk mengajarkan murid kelas I membaca,dilakukan dengan menggunakan pendekatan bermain atau dengan alat permainan khusus yang sesuai dengan anak-anak perlu diketahui bahwa pendidikan anak kelas I itu masih dalam masa bermain.Anak dirangsang dengan permainan yang memenuhi proses sebagai berikut :

1) Mengamati 2) Memilih 3) Memisah

4) Menggabung/Memadu b. Ciri Khas Metode ACM

1) Cepat 2) Mudah

3) Menyenangkan

(48)

4) Anti Lupa 5) Tanpa Mengeja

6) Tanpa Menghafal Huruf 7) Tanpa Level/Tidak Menjilid

c. Tips Mengajarkan Anak Membaca

1) Yakinkan pada anak bahwa belajar membaca itu mudah & menyenangkan 2) Didiklah anak sesuai dengan tahap perkembangannya

3) Ajarkan membaca pada saat anak dalam suasana gembira

4) Pastikan suasana selama belajar dalam kondisi tenang dan nyaman

5) Gunakan teknik yang bervariasi sesuai dengan gaya belajar dan kebutuhan anak

6) Lakukan aktivitas dalam bentuk permainan, nyanyian, dan bercerita 7) Lakukanlah secara bertahap, rutin, dan konsisten

8) Rentang waktu belajar dalam waktu yang singkat 9) Berhentilah sebelum anak bosan atau ingin berhenti

d. Manfaat menggunakan Metode ACM

1) Guru/ tutor mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat mengajar dengan lebih baik, efektif dan efesien

(49)

2) Anak didik merasa cepat menguasai materi belajar sehingga tidak merasa jenuh, bosan dan dapat menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan menguasainya dalam waktu yang singkat.

3) Menambah kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.

4) Orangtua Merasa Puas dan Senang karena anaknya dapat membaca dan menulis dengan cepat

Berhasil dan tidaknya proses pembelajaran metode ACM tergantung pada kedisiplinan pengajar dalam menggunakan metode atau petunjuk cara menggunakan buku ini. Mencoba untuk mencampuradukkan dengan metode lain, hanya akan menghasilkan kegagalan.

B. Kerangka Pikir

Keberhasilan murid dalam mencapai tujuan belajarnya salah satunya ditentukan oleh proses belajar mengajar di kelas. Apabila terjadi proses belajar yang baik, maka diharapkan kualitas pembelajaran murid baik juga.

Peranan guru sangat menentukan keberhasilan dan peningkatan hasil belajar murid, karena dari beberapa komponen yang berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar, maka gurulah yang peranannya sangat dominan karena guru yang mengelola komponen-komponen lainnya sehingga saling mendukung.

Membaca memerlukan latihan yang berulang-ulang dan terus menerus untuk dapat mencapai hasil yang optimal. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pakar pendidikan untuk meningkatkan aktivitas dan kualitas membaca murid.

Namun sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Salah

(50)

satu penyebab rendahnya kemampuan membaca murid kelas I SD Inpres Bontobila adalah kepasifan dalam pembelajaran di kelas, dimana guru hanya menggunakan metode mengeja dalam pembelajaran membaca sehingga murid merasa bosan dengan metode tersebut. Hal ini menyebabkan murid malas untuk latihan membaca sehingga butuh proses yang lama agar murid mampu membaca.

Metode yang dipandang berhasil adalah Metode ACM, ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan membaca murid.

Untuk lebih jelasnya kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut : Skema Kerangka Pikir

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Membaca

Pelaksanaan Siklus I dan II Menulis

Menyimak Berbicara

Membaca Lancar

Metode ACM (Aku Cepat Membaca)

Kegiatan Awal Kegiatan Inti Evaluasi

Hasil Kurikulum 2013

Analisis

(51)

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah jika Metode Belajar ACM (Aku Cepat Membaca) diterapkan, maka kemampuan membaca lancar murid kelas I SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa akan meningkat.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kuantitatif. Kuantitatif merupakan penelitian yang didasarkan atau berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan, para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan beserta pemecahan-pemecahan yang diajukan untuk memperoleh pembenaran melalui pengujian statistik.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan anak didik.

Model ini terdiri dari empat komponen dalam satu siklus, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Empat komponen tersebut dilakukan secara berurutan dalam dua siklus, dan penelitian tindakan kelas ditujukan sebagai perbaikan atas hasil refleksi terhadap tindakan sebelumnya yang dianggap belum berhasil.

35

(53)

B. Setting dan Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Dipilihnya sekolah ini karena ditemukan adanya masalah mengenai kemampuan membaca pada murid kelas I yang masih kurang.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah murid kelas I SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah anak sebanyak 30 orang yang terdiri 10 orang laki-laki dan 20 orang perempuan dengan keadaan peserta didik yang heterogen serta 1 orang guru. Adapun pelaksanaannya dalam proses pembelajaran melalui metode ACM (Aku Cepat Membaca).

C. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus penelitian meliputi dua faktor, yaitu : proses dan hasil, sebagaimana dikemukakan sebagai berikut ini :

1) Fokus Proses

Fokus proses yaitu dengan mengamati aktivitas murid selama proses belajar mengajar berlangsung.

(54)

2) Fokus Hasil

Fokus hasil yaitu dengan melihat hasil belajar bahasa indonesia khususnya keterampilan membaca lancar murid, setelah pembelajaran dengan metode ACM (Aku Cepat Membaca) diterapkan.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam dua (2) siklus yakni siklus pertama dan siklus ke dua, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.

Sesuai dengan hakekat penelitian tindakan kelas. Siklus II merupakan perbaikan Siklus I dan secara terperinci penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Desain PTK Model Lewin yang ditafsirkan Kemmis.

Sitti Karmila (2012:31)

Siklus I Perencanaan Tindakan

Observasi/Evaluasi

Refleksi

Siklus II

Perencanaan Tindakan

Observasi/Evaluasi si

Refleksi

Siklus N

Gambar

Gambar Halaman
Gambar  2.1.    Desain  PTK  Model  Lewin  yang  ditafsirkan  Kemmis.
Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan dan Kategorisasi Hasil Belajar Murid
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid pada Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh penerapan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) terhadap kemampuan membaca

Pada pembahasan skripsi ini, penulis mengadakan penelitian tentang Analisis tingkat kesulitan membaca Alquraan antara alumni TK/TPA dengan Non TK/TPA siswa SD Inpres Kalebajeng,

Bagi peneliti, yaitu penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi penelitian lanjutan yang berhubungan dengan keaktifan murid dan memberikan pengalaman

Strategi PQ4R merupakan salah satu teknik belajar yang dikenal untuk membantu murid memahami dan mengingat materi yang mereka baca. Penerapan strategi ini

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan ke dalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri murid dan faktor eksternal yang

Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) kedalam kata – kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup

Adapun hasil observasi diketahui bahwa aktivitas siswa selama siklus I adalah sebagai berikut : (a) Murid yang memperhatikan penjelasan guru, belum begitu baik,

Penggunaan Big Book dalam pembelajaran membaca memiliki beberapa tujuan, menurut Usaid 2014: 44 antara lain : 1Memberi pengalaman membaca; 2 Membantu siswa untuk memahami buku; 3