• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MURID KELAS I SD INPRES LAKIYUNG KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MURID KELAS I SD INPRES LAKIYUNG KABUPATEN GOWA"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

IRNA FITRI

10540 5519 12

JURUSAN GURU SEKOLAH DASAR (S1) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR AGUSTUS 2016

(2)

PENGARUH PENERAPAN METODE STRUKTURAL

ANALITIK SINTETIK (SAS) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MURID KELAS I SD INPRES LAKIYUNG KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

IRNA FITRI

10540 5519 12

JURUSAN GURU SEKOLAH DASAR (S1) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR AGUSTUS 2016

(3)
(4)
(5)

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Sulfasyah dan Pembimbing II Abdan Syakur.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian pre eksperimental dengan jenis one group pre test-post test design. Desain ini melakukan dua kali pengukuran terhadap pemahaman murid tentang kemampuan membaca yang akan dijadikan sampel. Pengukuran pertama (pre test) dilakukan untuk melihat kondisi sampel sebelum diberikan perlakukan, yaitu tingkat kemampuan membaca murid kelas I sebelum diterapkan metode struktural analitik sintetik (SAS) kedua (post test) dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca murid kelas I setelah diterapkan metode struktural analitik sintetik (SAS) oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa sebanyak 20 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode struktural analitik sintetik (SAS) diterapkan dalam meningkatkan kemampuan membaca murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa. Hal ini tampak pada nilai yang diperoleh murid sebelum menggunakan metode struktural analitik sintetik (SAS) yang mencapai standar keberhasilan belajar yaitu hanya mencapai nilai rata-rata sebesar 12,60. Selanjutnya setelah menggunakan metode struktural analitik sintetik (SAS), kemampuan membaca murid mencapai nilai rata-rata skor sebesar 82,75.

Keefektifan metode struktural analitik sintetik (SAS) diketahui pula berdasarkan hasil perhitungaan uji t.Hasil penelitian diperoleh, tHitung= 10,30 dan tTabel= 3,883 maka tHitung≥ tTabelatau10,30 ≥ 3,883. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa teknik bercerita secara efektif dapat membantu murid dalam membaca permulaan.

Kata Kunci: metode SAS, membaca permulaan

(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang

lain”.

(Q.S. Al-Insyirah:6-7)

“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya”.

(Q.S. An Najm:39)

“Perjalanan hidup terkadang itu sulit dan dapat juga berjalan lancar, tetapi setiap

kesulitan yang dihadapi ataupun dialami pasti memiliki jalan untuk bisa

menyelesaikannya yang terpenting disini kuncinya tetap terus berusaha dan tidak lupa diselingi dengan berdoa”.

(Irna Fitri)

“Jika ingin mencapai kesuksesan, maka lakukanlah semua prosesnya dengan baik untuk biasa mencapainya”.

(Irna Fitri)

Kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua orangtuaku, saudaraku, dan sahabatku,

atas cinta dan kasih sayang serta dukungan yang tulus diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini, skripsi ini adalah wujud dan rasa terima kasih saya untuk mereka. Semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka semua . . . AMIN

(7)
(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahirobbilalamin. Puji syukur ke hadirat Dzat Maha Mencipta, Allah Swt, yang tidak pernah berhenti menganugerahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita dengan nikmat berislam. Sehingga segala keindahan yang pernah tercipta di jagat raya ini dapat kita rasakan, sehingga hakikat dan tujuan kehidupan dapat kita ketahui dan perjuangkan, dan untuk selanjutnya membuat semangat dalam diri berkorbar untuk tetap semangat mengarungi kehidupan dan segala tantangan yang ada di dalamnya. Curahan salam dan shalawat senantiasa kita persembahkan kepada Nabiyullah Muhammad Saw, Sang revolusioner sejati tanpa cela yang dengan tulus ikhlas dan penuh cinta menerangi kita pada sebuah cahaya kebenaran hakiki yang menerangi kelamnya dunia saat itu, insha Allah saat ini, dan seterusnya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai gelar kesarjanaan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul : “Pengaruh Penerapan Model Struktural Analitik Sintetik (SAS) Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa”

Pada kesempatan kali ini penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut serta menemani dan mendampingi selama proses

(9)

ix

dan Abdan Syakur,S.Pd.,M.Pd, Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis dalam perampungan penulisan skripsi ini.

Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. A.

Sukri Syamsuri, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Sulfasyah,MA.,Ph.D, selaku ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. H. Muh.Saleh, S.Pd, Kepala Sekolah SD Inpres Lakiyung dan Faridah,S.Pd Guru kelas I SD Inpres Lakiyung, terima kasih atas bantuannya selama penulis mengadakan penelitian. Murid- murid SD Inpres Lakiyung khususnya kelas I atas partisipasi dan kerjasamanya selama proses pembelajaran berlangsung.

Terima kasih untuk kedua orang tuaku yang selalu memberikanku semangat dari awal pertama masuk kuliah sampai sekarang ini yang selalu mendokanku agar saya dapat menyelesaikan kuliahku.

Terimakasih untuk sahabat-sahabatku, Mar’atussalihah, Irna wati, Rosmala Dewi Hasibuan, Nurmayani Rasyid,Widya Amrah, Irfandi Idris, Mashab Umair, Nur Adila Ilyas, Nuraeni, Muh Idham Khalik, terima kasih atas persahabatan, waktu, canda dan tawa yang telah kalian berikan selama empat tahun ini, semoga kita tetap bersahabat sampai kapanpun.

(10)

x

Terima kasih untuk sahabat-sahabat SMPku Yusna Kurnia Utami Mardan, Rahmania Dwi putri, Saidah Hajar Abbas dan terimakasih untuk sahabat SMAku Dinar, Insyirah, Nabila terima kasih atas persahabatan, waktu, canda dan tawa yang telah kalian berikan selama sepuluh tahun ini baik itu dalam keadaan senang maupun tidak, semoga kita tetap bersahabat sampai kapanpun.

Terima kasih untuk teman kelasku 12 A yang telah memberikan kesempatan dan banyak pengalaman kepada penulis, serta memberikan banyak saudara seperjuangan demi tujuan kami bersama yaitu dapat lulus dan selesai untuk mendapatkan gelas S1 kami Pendidikan Guru sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis sendiri.

Wassalam

Makassar, Agustus 2016

Penulis

(11)

xi

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ...v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK... ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ... ...7

A. Kajian Pustaka ...………….7

1. Penelitian yang Relevan... …………...7

2. Pengertian Membaca Permulaan...11

3. Tujuan Membaca rmulaan...14

4. Pentingnya Pembelajaran Membaca Permulaan ... ……….14

(12)

xii

5. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) ...19

6. Landasan Metode SAS...21

7. Peranan Metode SAS ...22

8. Prinsip Metode SAS...24

B. Kerangka Pikir ...25

C. Hipotesis ...27

BAB III METODE PENELITIAN...28

A. Rancangan Penelitian ...28

B. Definisi Operasional Variabel...29

C.populasi dan Sampel...30

D. Instrument Penelitian...31

E. Teknik Pengumpulan Data ...34

F. Teknik Analisis Data...34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...37

A. Hasil Penelitian ...37

B. Pembahasan...41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...45

A. Kesimpulan ...45

B. Saran ...45

DAFTAR PUSTAKA ...47 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(13)

xiii

Tabel 4.1 Frekuensi dan Persentase Pretest dan postest

Kemampuan Membaca Permulaan Murid Kelas I... 38

Tabel 4.2 Pedoman interprestasi kemampuan membaca permulaan murid Kelas 1 ... 39

Tabel 4.3 Menentukan harga Md... 40

Tabel 4.4 Menentukan mencari harga∑ X d ... 41

Tabel 4.5 Tabel Distribusi T... 42

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan dasar yangdiperlukan dan harus dilalui setiap anak untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Memasuki jenjang sekolah dasar anak akan dilatih dan diajarkan berbagai cara untuk mengubah pola tingkah laku mereka dari tidak bisa menjadi bisa, ataupun dari tidak tahu menjadi tahu sesuatu. Perubahan itu terjadi baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilannya. Umumnya anak yang mulai memasuki sekolah dasar telahmenunjukkan berbagai kesiapan seperti membaca, menulis, dan berhitung.Perkembangan kesiapan tersebut akan berkaitan dengan perkembanganpenguasaan bahasa mereka.

Bekal utama yang perlu dikuasai murid sekolah dasar adalah pengenalan huruf sebagai awal kemampuan membaca.Huruf merupakan simbol sekunder bahasa.

Bagi anak, kehadiran huruf memiliki makna hanya jika huruf-huruf itu mereka perlukan dalam kehidupan berbahasa. Anak-anak perlu mengenal huruf karena mereka tertarik membaca nama toko, nama jalan, tulisan peringatan, merk, cerita singkat bergambar, judul film anak-anak, dan alamat surat. Anak-anak mungkin juga perlu mengenal huruf karena mereka tertarik untuk menulis identitas diri, menulis pesan singkat, atau mencatat hal-hal yang mereka sukai. Oleh karena itu, materi menulis dan membaca harus dimulai dari minat dan kebutuhan anak itu.

(15)

Adapun salah satu dari empat aspek berbahasa indonesia adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca merupakan modal dasar bagi setiap oranguntuk memahami berbagai ilmu pengetahuan dan informasi. Tanpa kemampuan membaca seseorang akan sulit memahami sesuatu, termasuk dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Akhadiah dkk. (1991:22) berpendapat bahwa membaca merupakan suatukesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan jugamemandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan. Murid yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran lainnya. Murid akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dansumber-sumber belajar tertulis lainnnya. Akibatnya, perkembangan belajar anak juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca.

Zuchdi dan Budiasih (1996:49) menyatakan bahwa ”dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan,serta pengalaman-pengalaman baru”. Semua yang diperoleh dari bacaan ituakan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya,mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya.

Proses pembelajaran di kelas tidak dapat dipisahkan dari kegiatan membaca.

Pelaksanaan pembelajaran membaca, khususnya di kelas rendah dilaksanakan

(16)

3

menggunakan istilah membaca permulaan.Tahap membaca permulaan, anak diperkenalkan dengan bentuk huruf abjad dari A/a sampai dengan Z/z. Huruf-huruf tersebut perlu dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya. Setelah itu, anak juga diperkenalkan cara membaca suku kata, kata, dan kalimat (Dalman, 2014:85-86).

Dalman (2014:85) mengemukakan bahwa membaca permulaan merupakan suatu keterampilanawal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh pembaca. Membaca permulaan bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah.

Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akansangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar- benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasaritu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut murid akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.Oleh karena itu, membaca dijadikan sebagai topik penelitian ini.

Penelitian ini sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Kadek LindaPurnama Sari (2014) dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode SAS Terhadap Hasil Belajar Membaca Permulaan Mata Pelajaran BahasaIndonesia” (Penelitian Eksperimen Semu pada SDN 2 Sinabun dan SDN 3Sinabun Kelas I Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Pada rentang waktu semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014), yang hasilnya menunjukkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia murid kelompok eksperimen tergolong sangat tinggi dengan rata-rata (M) 13,26 dan

(17)

kelompok kontrol tergolong sedangdengan rata-rata (M) 7,6. Ini menunjukkan variable tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi kemampuan membaca permulaan murid. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu, pada penelitian Kadek Linda PurnamaSari (2014) jumlah populasinya cukup besar dibandingkan penelitian ini. Selain itu, perbedaan juga terdapat pada lokasi penelitian.

Selain itu, penelitian serupa pernah pula dilakukan oleh I Putu SuarmeiArtana (2014) dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode SAS Berbantuan Media Kartu Huruf Terhadap Keterampilan Membaca dan Menulis MuridKelas II SD” (penelitian eksperimen pada SD Negeri di Desa Penglatan muridkelas II Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan membaca dan menulis permulaan yang signifikan antara kelompok murid yang mengikuti pembelajaran metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) dengan kelompok murid yang mengikuti pembelajaran dengan metode abjad. Hal ini menunjukkan ada pengaruh positif dari metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) terhadap keterampilan murid menulis dan membaca permulaan dibandingkan dengan metode abjad.

Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah metode yang disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas rendah Sekolah Dasar.

Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan Struktural menampilkan keseluruhan;

Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk struktural semula.Akhadiah, dkk (1992:34) menambahkan ada beberapa alasan yang mendasari penggunaan metode SAS antara lain: a) Pada

(18)

5

dasarnya bahasa merupakan ucapan bukan tulisan; b) Unsur bahasa terkecil yang bermakna adalah kata; c) Setiap bahasa mempunyai struktur bahasa yang berbeda dengan bahasa lain; d) Pada awal sekolah setiap anak telah menguasai bahasa ibu; e) Bahasa ibu dikuasai murid tanpa kesadaran tentang aturan-aturan dalam bahasa tersebut; f) Potensi berbahasa murid perlu dikembangkan; dan g) Dalam mengamati sesuatu, manusia lebih dulu melihat strukturnya atau sosok keseluruhannya; h) Setiap murid pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu, sehingga ia ingin mengupas, merusak, atau membongkar sesuatu.

Dari hasil observasi di SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa pada proses belajar mengajar membaca permulaan ada beberapa permasalahan yang dihadapi.

Terutama masih banyaknya murid yang belum bisa membaca dengan fasih yang tentunya akan menyulitkan murid dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Rendahnya keterampilan membaca murid kelas I di SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa dilatar belakangi oleh beberapa hal, diantaranya masih ada murid yang belum mengenal huruf,tidak mengenal lambang huruf, bunyi huruf sampai tidak dapat menyambung kata atau kalimat. Didukung pula dengan keterbatasan media atau alat peraga yang dapat menunjang proses belajar membaca permulaan.

Berdasarkan uraian diatas,dapat disimpulkan dngan adanya pengaruh pengaruh penerapan Metode Struktur Analitik Sintetik dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, makadidapatkan rumusan masalah yaitu “Apakah ada Pengaruh Penerapan Metode

(19)

Struktural Analitik Sintetik (SAS) terhadap kemampuan membaca permulaan murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh penerapan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) terhadap kemampuan membaca permulaan murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, mengembangkan strategi pembelajaran dan dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah pembelajaran terutama pembelajaran Bahasa Indonesia pada peserta didik kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa

2. Guru, sebagai salah satu bahan masukan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Peneliti, menambah ilmu pengetahuan dan wawasan berpikir ilmiah serta menambah metode mengajar sebagai calon pendidik

(20)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Kadek Linda Purnama Sari (2014) dalam e-jurnal skripsi yang berjudul“Pengaruh Metode SAS Terhadap Hasil Belajar Membaca Permulaan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia” (Penelitian Eksperimen Semu pada SDN 2 Sinabun dan SDN 3 Sinabun Kelas I Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Pada rentang waktu semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014), yang hasilnya menunjukkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia murid kelompok eksperimen tergolong sangat tinggi dengan rata-rata (M) 13,26. Hasil belajar Bahasa Indonesia murid kelompok kontrol tergolong sedang dengan rata-rata (M) 7,6. Ini menunjukkan variable tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi kemampuan membaca permulaan murid.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu, pada penelitian Kadek Linda Purnama Sari (2014) jumlah populasinya cukup besar dibandingkan penelitian ini.

Selain itu, perbedaan juga terdapat pada lokasi penelitian.

I Putu Suarmei Artana (2014) dalam e-jurnal skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode SAS Berbantuan Media Kartu Huruf Terhadap Keterampilan Membaca dan Menulis Murid Kelas II SD” (penelitian eksperimen pada SD Negeri di Desa Penglatan murid kelas II Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan membaca dan menulis permulaan yang signifikan antara kelompok murid yang mengikuti pembelajaran metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) dengan kelompok murid yang mengikuti pembelajaran

(21)

dengan metode abjad. Hal ini menunjukkan ada pengaruh positif dari metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) terhadap keterampilan murid menulis dan membaca permulaan dibandingkan dengan metode abjad.

2. Membaca

Menurut Soedarso (2002: 14) membaca didefenisikan secara singkat sebagai interaksi pembaca terhadapa pesan tulis.Dipihak lain,Spobek dan Sarasco (Ahmad Rofi’udin dan Darmiyanti Zuchdi,1993: 31) mengatakan bahwa membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak.

Menurut H.G.Tarigan (2008: 7) mendefinikan pengertian membaca adalah sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh suatu proses yg dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata- kata atau bahasa tulis.

Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu dalam rangka mengkomunikasikan makna yang terkandung atau yang tersirat pada lambang-lambang tertulis (Tarigan, 1985: 59)

Membaca adalah melihat sambil melisankan suatu dengan tujuan ingin mengetahui isinya”. (Poerwadarminta, 1990: 71). Tarigan (1985: 21) mengungkapkan bahwa “membaca yaitu proses memperoleh pesan yang disampaikan seorang penulis melalui lisan”. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Aderson (dalam Akhadiah: 1992) memandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa membaca yaitu proses mengucapkan tulisan untuk mendapatkan isi terkandung didalamnya.

(22)

9

Setiap pembaca memiliki tahap perkembangan kognitif yang berbeda,misalnya murid kelas rendah (murid kelas I) dengan (murid kelas IV),tingkat perkembangan kognitifnya tidak sama.Dengan demikian bahan ajar (bacaan yang dibaca) pun tidak sama ,sehingga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif yang dimiliki murid agar dapat berkembang secara optimal.

berdasarakan definisi-definisi yang yang telah dipaparkan oleh para tokoh diatas,maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu aktivitas komplek yang melibatkan kegiatan fisik maupun mental yang bertujuan untuk memahami isi bacaan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif serta menggunakan sejumlah pengetahuannya untuk medapatkan pesan atau informasi dari sebuah tulisan atau bahasa tulis,sehingga menjadikan bermakna dan bermanfaat bagi pembaca .

3.Tujuan Membaca

Tujuan membaca menurut Akhadiah, dkk (1992) secara umum dibedakan menjadi : (a) membaca untuk mendapatkan informasi, (b) membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat, (c) membaca untuk melepas diri dari kenyataan, (d) membaca untuk rekreatif, (e) membaca yang tinggi ialah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut :

(a) Membaca untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dimaksud adalah mencakup informasi bisa tentang fakta dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah yang canggih.

(b) Membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Seperti membaca karya para penulis, bukan karena berminat terhadap karya tersebut melainkan agar orang memberikan nilai positif terhadapnya

(23)

(c) Membaca untuk melepas diri dari kenyataan, misalnya pada saat merasa jenuh, sedih, bahkan putus asa. Dalam hal ini membaca merupakan submilasi atau penyaluran yang positif.

(d) Untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan. Bacaan yang dipilih untuk tujuan ini ialah bacaan yang ringan atau jenis bacaan yang disukainya.

(e) Membaca yang tinggi ialah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis, dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini bacaan yang dipilih adalah karya yang bernilai sastra.

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa membaca juga bertujuan : (1) membaca untuk mendapatkan pengetahuan (informasi). Bahan bacaan yang dapat dipergunakan : laporan (peristiwa, perjalanan, pertandingan), berita tentang penemuan hal baru, buku-buku pelajaran, majalah ilmu pengetahuan, dan sebagainya, (2) membaca untuk memupuk perkembangan keharuan dan keindahan.

Bahan bacaan yang cocok untuk tujuan membaca seperti ini adalah : puisi, sajak, prosa berirama, drama, dan prosa fiksi biasa, (3) membaca untuk mengisi waktu luang. Dalam tujuan ini, bagaimana dapat mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat dan tidak membosankan. Bacaan tentang kepahlawanan, keberanian, kecekatan, dan lain-lain sangat baik untuk murid sekolah dasar.

Membaca pada dasarnya dilakukan sebagai upaya memperoleh informasi yang mencakup isi dan memahami makana bacaan. Makna bacaan sangat ditentukan oleh pengalaman pembaca terhadap keadaan yang dijelaskan dalam bacaan.

Membaca dapat dilihat dari berbagai arah, yaitu sebagai sarana memperkaya pengalaman, sebagai suatu upaya interpretasi makna dan sebagai suatu proses

(24)

11

komunikasi. Selanjutnya dijelaskan bahwa membaca dapat dipelajari sesuai dengan acuan yang berhubungan dengan unsur pokok yang terkandung didalamnya. Satu hal yang perlu ditekankan bahwa membaca selalu memberikan citra yang sangat dekat dengan ilmu pengetahuan sebab membaca adalah bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan.

a. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:623), “kemampuan” berarti kesanggupan atau kecakapan. “Membaca” berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, atau mengeja dan melafalkan apa yang tertulis. Menurut Lerner dalam (Mulyono, 2003:200) mengungkapkan bahwa kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Apabila anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka anak akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas berikutnya. Anak harus belajar membaca agar dapat membaca untuk belajar.

Membaca permulaan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yangbersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan dapatmemperoleh informasi, memperoleh ilmu pengetahuan serta pengalaman- pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya dan memperluas wawasannya. Dengan demikian kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu, pembelajaran membaca di sekolah mempunyai peran penting.

(25)

Pembelajaran membaca di sekolah dasar terdiri atas dua bagian yakni membaca permulaan yang dilaksanakan di kelas I dan II. Melalui membaca permulaan ini, diharapkan peserta didik mampu mengenal huruf, suku kata, kata, kalimat dan mampu membaca dalam berbagai konteks. Sedangkan membaca lanjut dilaksanakan di kelas tinggi atau di kelas III, IV, V dan VI.

Menurut Petty dan Jensen dalam (Ampuni,1998:16) menyebutkan bahwadefinisi membaca memiliki beberapa prinsip, diantaranya membaca merupakaninterpretasi simbol-simbol yang berupa tulisan, dan bahwa membaca adalah mentransfer ide yang disampaikan oleh penulis. Maka dengan kata lain membaca merupakan aktivitas sejumlah kerja kognitif termasuk persepsi dan rekognisi. Terdapat beberapa tahap dalam proses belajar membaca. Initial reading (membaca permulaan) merupakan tahap kedua dalam membaca menurut Mercer dalam (Abdurrahman, 2002:201). Tahap ini ditandai dengan penguasaan kode alfabetik, di mana anak hanya sebatas membaca huruf per huruf atau membaca secara teknis. Membaca secara teknis juga mengandung makna bahwa dalam tahap ini anak belajar mengenal fonem dan menggabungkan (blending) fonem menjadi suku kata atau kata. Kemampuan membaca ini berbeda dengan kemampuan membaca secara formal (membaca pemahaman), di mana seseorang telah memahami makna suatu bacaan. Tidak ada rentang usia yang mendasari pembagian tahapan dalam proses membaca, karena hal ini tergantung pada tugas-tugas yang harus dikuasai pembaca pada tahapan tertentu.

Pembelajaran membaca permulaan bagi peserta didik kelas I SD dapatdibedakan ke dalam dua tahap yakni belajar membaca tanpa buku diberikan

(26)

13

pada awal-awal anak memasuki sekolah. Pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan buku dimulai setelah murid-murid mengenal huruf-huruf dengan baik kemudian diperkenalkan dengan lambang-lambang tulisan yang tertulis dalam buku.

Menurut Datmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 58), membaca permulaandiberikan secara bertahap, yakni pramembaca dan membaca. Pada tahap pramembaca, kepada peserta didik diajarkan: (1) sikap duduk yang baik padawaktu membaca; (2) cara meletakkan buku di meja; (3) cara memegang buku; (4) cara membuka dan membalik halaman buku; dan (5) melihat dan memperhatikan tulisan.

Pembelajaran membaca permulaan dititik beratkan pada aspek-aspek yang bersifat teknis seperti ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang wajar, kelancaran dan kejelasan suara. Arfey (dalam Armini, 2009:6) mengemukakan bahwa membaca permulaan merupakan proses terkait dengan unsur-unsur bahasa tulis dipelajari dan dipadukan menjadi kata-kata.

Glenn Doman dalam (Anna Yulia, 2005:19) mengemukakan bahwa membaca merupakan salah satu fungi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Membaca dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Menurut Lerner dalam (Rini Utami Aziz, 2006:15), kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia permulaan sekolah tidak segera memiliki kemampuan membaca, ia akan mengalami kesulitan dalam mempelajari bidang studi lain.Anak atau peserta didik dikatakan berkemampuan membaca permulaan jikadia

(27)

dapat membaca dengan lafal dan intonasi yang jelas, benar dan wajar, sertalancar dalam membaca dan memperhatikan tanda baca.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membacapermulaan adalah kesanggupan murid-murid membaca dengan lafal dan intonasi yang jelas, benar dan wajar serta memperhatikan tanda baca. Pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Murid-murid dituntut untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan (Sabarti Akhadiah,dkk. 1993: 11)

b. Tujuan Membaca Permulaan

Iskandarwassid (2008: 289) menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran membaca permulaan bagi peserta didik adalah sebagai berikut:

a. Mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa), b. Mengenali kata dan kalimat,

c. Menemukan ide pokok dan kata-kata kunci, d. Menceritakan kembali isi bacaan pendek.

c. Pentingnya Pembelajaran Membaca Permulaan

Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangatberpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar- benar memerlukan perhatian guru, sebab, jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut murid akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai. Seperti yang telah diuraikan pada awal bab ini, kemampuan membaca sangat diperlukan oleh setiap orang yang ingin memperluas

(28)

15

pengetahuan dan pengalaman, mempertinggi daya nalar,mempertajam penalaran, mencapai kemajuan dan peningkatan diri. Oleh sebab itu,bagaimana pun guru kelas I haruslah berusaha sungguh-sungguh agar dapat memberikan dasar kemampuan membaca kepada anak didiknya. Hal itu akan dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran, baik mengenai materi, metode,maupun pengembangannya.

Glenn Doman (Anna Yulia 2005: 19) mengemukakan bahwa membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.Kemampuan membaca dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis (Henry Guntur Tarigan, 1985: 8).

Menurut Lerner (Rini Utami Aziz , 2006: 15),kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia permulaam sekolah tidak segera memiliki kemampuan membaca, ia akan mengalami kesulitan dalam mempelajari bidang studi lain.

Dari uraian beberapa pendapat diatas,maka dapat disimpulkan bahwa pentingnya kemampuan membaca permulaan yaitu sebagai suatu proses untuk menafsirkan simbol-simbol dan lambang-lambang dalam bahasa yang diikuti oleh pengalaman pembaca yang digunakan sebagai alat untuk menginerprestasikan simbol-simbol dan lambang-lambang tersebut menjadi suatu kata atau kalimat yang mempunyai makna.

d. Langkah-langkah membaca permulaan 1. Pembelajaran membaca permulaan dengan buku.

(29)

Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan buku adalah sebagai berikut :

1. Murid diberi buku paket yang sama dan diberi kesempatan untuk melihat isi buku tersebut

2. Murid diberi penjelasan mengenai buku tersebut

3. Murid diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang menunjukkan halaman-halaman buku

4. Murid diajak untuk memusatkan pada salah-satu teks / bacaan yang terdapat pada halaman tertentu

5. Jika bacaan itu disertai dengan gambar,sebaiknya terlebih dahulu guru bercerita tentang gambar yang dimaksud

6. Guru dapat mengawali pembelajaran dengan memberikan contoh membaca pola kalimat dengan lafal dan intonasi yang benar

2. Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku

Langkah-langkah pembeljaran membaca permulaan tanpa buku adalah sebagai berikut:

1. Merekam bahasa murid

Murid pada kelas I sudah menguasai bahasa ibu atau bahasa sehari- hari yang biasanya digunakan oleh murid.Murid juga memiliki pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar rumahnya.Pada saat awal masuk pembelajaran,guru menulis kata-kata

(30)

17

muridsebagai bahan pelajaran dalam pembelajaran membaca permulaan agar murid tidak mengalami kesulitan.

2. Menampilkan gambar sambil bercerita

Didalam kelas biasanya terdapat gambar-gambar yang dipasang didinding kelas.Guru dapat menampilkan gambar tersebut sebagai bahan cerita yang dimulai melalui pertanyaan-pertanyaan pancingan dari guru yang kemudian murid mengemukakan kalimat sehubung dengan gambar yang ditampilkan

3. Membaca gambar

Guru menunjukkan sebuah gambar kepada muridnya sambil mengucapkan kalimat,misalnya gambar pahlawan.Kemudian murid dapat melanjutkan membaca gambar tersebut dengan bimbingan guru.

4. Membaca gambar dengan kartu kalimat

Pada tahap ini,guru menempelkan kartu kalimat dibawah gambar.Murid memperhatikan kartu kalimat dan tulisan tersebut.Murid dapat melihat gambar dan tulisan secara keseluruhan yang ditempel oleh guru bahwa tulisan tersebut berbeda-beda untuk setiap gambar.

5. Proses struktural

Setelah murid mulai dapat membaca tulisan, dibawah gambar sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga pada akhirnya mereka dapat membaca tanpa di bantu gambar. Dalam kegiatan ini digunakan kartu kalimat. Dengan dihilangkannya gambar, maka yang di baca adalah kalimat.

(31)

Misalnya: Ini bola Ini bola Adi Ini bola Ali Ini bola Tuti 6.Proses Analitik

Jika proses belajar berjalan dengan baik, maka murid akan mendengar dan melihat adanya kelompok-kelompok yang diucapkan atau dibacanya.

Proses analitik dimulai dengan menguraikan kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, dan suku kata menjadi huruf. Melalui kegiatan ini murid diharapkan mampu mengenal huruf-huruf dalam kalimat itu.

Misalnya : Ini bola Ini bola I ni bo la I n i b o l a 7. Proses sintetik

Setelah mengenal huruf, huruf dalam kalimat diuraikan, huruf- huruf itu dirangkaikan lagi menjadi suku kata dan suku kata menjadi kalimat seperti semula.

Misalnya : I n i b o l a

I ni bo la Ini bola

(32)

19

Ini bola

Secara utuh, proses SAS tersebut sebagai berkut : Ini bola

Ini bola I ni bo la I n i b o l a

I ni bo la Ini bola Ini bola 3. Metode Struktural Analisis Sintetik (SAS)

Metode SAS merupakan singkatan dari Struktural Analitik Sintetik. Metode ini merupakan salah satu jenis metode yang khusus digunakan untuk proses pembelajaran Menulis Membaca Permulaan (MMP) bagi murid pemula.Metode SAS mulai diprogramkan pemerintah RI pada tahun 1974 yang dipimpin oleh DR. A.S.

Broto.

Menurut A.S. Broto khusus disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas permulaan SD yaitu kelas 1 dan kelas 2. Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan: Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula.

(33)

Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengandua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh.

Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep

“kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih jauh jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajaran itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM), MMP yang sesungguhnya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaat gambar, benda nyata, tanya jawab informal untuk menggali bahasamurid. Setelah ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap cocok untuk materi MMP dimulai dengan pengenalan struktur kalimat. Kemudian, melalui proses analitik,anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yaknihuruf-huruf. Dengan demikian, proses penguraian/penganalisisan dalampembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi :

1. Kalimat menjadi kata-kata 2. Kata menjadi suku kata

3. Suku kata menjadi huruf-huruf

Metode SAS ini bersumber dari ilmu jiwa Gestalt, suatu aliran dalam ilmu jiwa totalitas yang timbul sebagi reaksi atas ilmu jiwa unsuri. Psikologi Gestalt

(34)

21

menganggap segala penginderaan dan kesadaran sebagai suatu keseluruhan. Artinya, keseluruhan lebih tinggi nilainya daripada jumlah bagian masing-masing.Jadi, pengematan pertama atau penglihatan orang-orang atas suatu bersifat menyeluruh atau global.

a. Landasan Metode SAS

Pengembangan metode SAS dilandasi oleh filsafat strukturalisme psikologi Gestalt, Landasan Pedagogik, dan landasan kebahasaan (Subana tanpa tahun 178- 180).

1. Landasan Filsafat Strukturalisme

Filsafat Strukturalisme merumuskan bahwa segala sesuatu yang ada didunia merupakan suatu struktur yang terdiri atas berbagai komponen yangterorganisasikan secara teratur. Setiap komponen terdiri atas bagian yang kecil, yang satu dan lainnya saling berkaitan. Karena merupakan suatu sisten yangberstruktur, maka bahasa sesuai dengan pandangan dan prinsip strukturalisme.

2. Landasan Psikologi Gestalt

Psikologi Gestalt merumuskan bahwa menulis adalah mengenal sesuatu di luar dirinya melalui bentuk keseluruhan (totalitas). Penganggapan manusiaterhadap sesuatu yang berbeda di luar dirinya mula-mula secara global,kemudian mengenali bagian-bagiannya. Makin sering seseorang mengamatisuatu bentuk, makin tampak pula dengan jelas bagian-bagiannya. Penyadaranmanusia atas bagian-bagian dari totalitas bentuk itu merupakan proses analisissintetis.

Jadi, proses analisis-sintetis dalam diri manusia adalah proses yangwajar karena manusia memiliki sifat melek (ingin tahu).

(35)

3. Landasan Pedagogis

Landasan pedagogis meliputi:

a. Mendidik adalah membantu murid untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya serta pengalamannya. Artinya, dalam membelajarakan murid, guru harus mampu membimbing murid untuk mengembangkan kedua potensi itu, khususnya dalam aspek bahasa dan kebahasaan.

b. Membimbing murid untuk menemukan jawaban dalam memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan prinsip metode SAS yang mengemukakan bahwa mendidik pada dasarnya mengorganisasikan potensi dan pengalaman murid.

4. Landasan Linguistik

Secara totalitas, bahasa adalah tuturan dan bukan tulisan. Fungsi bahasaadalah alat komunikasi maka selayaknya bila bahasa itu berbentuk percakapan.Bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Unsur bahasa dalam metodeini adalah kalimat. Karena sebagian besar penutur bahasa adalah penutur duabahasa yaitu bahasa ibu dan bahasa indonesia, pengggunaan metode SASdalam membaca dan menulis permulaan sangat tepat digunakan. Pembelajaranyang dianjurkan adalah analisis secara normatif, artinya murid diajak untuk membedakan penggunaan bahasa yang salah dan yang benar, sertamembedakan bahasa baku dan non baku.

b. Peranan Metode SAS

Prinsip-prinsip yang terkandung dalam metode SAS pada hakikatnya sesuai dengan prinsip cara berpikir manusia. Berpikir secara analitis-sintetis dapat

(36)

23

memberikan arah pada pemikiran yang tepat sehingga murid dapat mengetahui kedudukan dirinya dalam hubungannya dengan masyarakat dalam alam sekitarnya.

1. Kebaikan Metode SAS

Melihat prosesnya, tampaknya metode SAS merupakan campuran darimetode-metode MMP seperti yang telah kita bicarakan di atas. Oleh karena itu,penggunaan metode SAS dalam pengajaran MMP pada sekolah-sekolah kita di tingkat SD pernah dianjurkan, bahkan diwajibkan pemakaiannya oleh pemerintah.

Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode ini, diantaranya sebagai berikut:

a. Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi adalah kalimat.

Kalimat dibentuk oleh satuan satuan bahasa di bawahnya yakni kata, suku kata, kata dan akhirnya fonem (huruf-huruf).

b. Menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan pengalaman bahasa murid yang selaras dengan situasi lingkungannya.

c. Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri. Murid mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Dengan begini, murid akan merasa lebih percaya diri atas kemampuannya sendiri, sikap seperti akan membantu murid dalam mencapai keberhasilan belajar.

2. Pemilihan Bahasa dan Urutan Pembelajaran

Sesuai dengan kandungan Kurikulum Pendidikan dasar bahwa prosespembelajaran dilaksanakan secara tematis dan kontekstual, pemilihan

(37)

bahasanpembelajaran bahwa Indonesia dengan menggunakan metode SAS inidisandarkan pada konteks kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan denganmemilih tema yang sesuai. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan urutanperkembangan murid dalam mempelajari bahasa, yaitu dengan menyajikanurutan menyimak atau mendengarkan, memahami, menirukan dan menggunakan bahasa sesuai dengan lingkungannya.

Pemilihan bahan ajar tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah:

a. Taraf perkembangan jiwa

b. Fungsinya sebagai alat komunikasi

c. Minat murid agar terangsang untuk menggunakan bahasa c. Prinsip Metode SAS

Ada beberapa prinsip dalam pembelajaran menggunakan metode SAS, yakni:

a. Kalimat adalah unsur bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan menggunakan metode ini harus dimulai dengan menampilkan kalimat secara utuh dan lengkap berupa pola-pola kalimat dasar

b. Struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan konsep yang jelas dalam pikiran/pemikiran murid. Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkannya secara berulang-ulang sehingga merangsang murid untuk mengetahui bagian-bagiannya, c. Adakan analisis terhadap struktur kalimat tersebut untuk unsur-unsur struktur

kalimat yang ditampilkan

d. Unsur-unsur yang ditemukan tersebut kemudian dikembalikan pada bentuk semula (sintetis). Pada taraf ini, murid harus mampu menemukan fungsi setiap

(38)

25

unsur serta hubungannya satu dan lainnya sehingga kembali terbentuk unsur semula

e. Struktur yang dipelajari hendaknya merupakan pengalaman bahasa muridsehingga mudah memahami serta mampu menggunakannya dalam berbagai situasi.

B. Kerangka Pikir

Keterampilan berbahasa indonesia terdiri dari empat aspek, yakni keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis memiliki hubungan yang erat ini,pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain. Menurut (Anderson,1972:211) membaca dapat diartikan sebagai suatu metode kita pergunakan dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang tertulis sedangkan menurut (Taringan, 1958:7) menyebutkan bahwa membaca adalah suatu proses memetik dan memahami arti atau makna yang terkandung didalam bahasa tulis.Maka dari keempat keterampilan tersebut, keterampilan membaca sangat berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa lainnya. Apabila seorang anak tidak dapat membaca dengan baik, maka anak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti berbagai macam disiplin ilmu lainnya. Anak akan kesulitan dalam menulis apa yang ingin ditulisnya, anak akan kesulitan dalam berbicara dengan orang lain karena keterbatasan informasi yang dimilikinya, dan anak akan kesulitan dalam menyimak karena keterbatasan kosakata yang dimilikinya karena tidak tau membaca. Selain itu,

(39)

apabila anak tidak diajarkan membaca diusia dini yakni pada anak kelas I dan II Sekolah Dasar, maka anak akan mengalami kesulitan pada kelas-kelas tinggi nantinya. Tentunya hal ini yang harus dihindari oleh setiap guru.

Guru yang profesional tentunya tidak akan pernah mencoba satu metode atau strategi pemebelajaran saja. Guru yang profesional akan selalu mencoba berbagai metode atau strategi pembelajaran guna membuat peserta didiknya memahami dan mengerti apa yang sedang dan telah dipelajarinya. Salah satu metode yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran adalah metode Struktural Analitik Sintetik (SAS). Metode SAS adalah salah satu metode membaca dan menulis permulaan yang dapat diterapkan pada kelas-kelas awal sekolah dasar yaitu kelas I dan kelas II. Dalam proses operasionalnya, metode SAS mempunyai langkah- langkah dengan urutan Struktural yakni menampilkan kalimat secara keseluruhan,

Analitik yakni melakukan proses penguraian, dan Sintetik yakni melakukan penggabungan kembali pada bentuk struktural semula.Dalam penelitian ini, murid dikelompokkan atas dua kelas, yaitu kelaseksperimen yang diberi tindakan/treatment metode SAS sedangkan kelas yangkedua yaitu kelas kontrol yang tidak menggunakan/menerapkan metode SAS.Secara sederhana kerangka penilitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut

(40)

27

Alur Kerangka Pikir Kemampuan Membaca Pemulaan

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, maka dapat diajukan hipotesis :

1. Tidak ada pengaruh penerapan metode Struktural Analitik Sintetikterhadap kemampuan membaca permulaan murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa. ( )

2. Ada pengaruh penerapan metode Struktural Analitik Sintetikterhadap kemampuan membaca permulaan murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa. ( )

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Sebelum Perlakuan (Pre test)

Proses Perlakuan Menggunakan Model Struktural Analitik Sintetik

Sesudah Perlakuan (Post test)

Analisis

Temuan

Berpengaruh TidakBerpengaruh

(41)

28 A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa Tahun Ajaran 2015/2016 semester ganjil. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan metode Pre-Eksperimental Designs. Waktu penelitian dilaksanakan selama satu minggu. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One GroupPretest-Posttest. Pretest diberikan untuk mengetahui keadaan awal kelompok eksperimen dan posttest diberikan untuk mengetahui hasil akhir setelah metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) diterapkan dalam pembelajaran.Rancangan eksperimen dalam penelitian ini adalah dengan pola sebagai berikut:

Gambar 3.1. One Group Pretest-Posttest

Sumber: Metode Penelitian Pendidikan (Sugiyono, 2014:111) Keterangan :

O1: Pengukuran pertama (awal) sebelum murid diberi perlakuan (pretest)

X : Treatmen atau perlakuan (pemberian metode sruktural analitik sintetik)

O2: Pengukuran kedua setelah diberi perlakuan (post-test) O1 X O2

(42)

29

B. Definisi Operasional Variabel

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kemampuan membacapermulaan murid. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Metode StrukturalAnalitik Sintetik (SAS).

1. Kemampuan membaca permulaan

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan (KBBI,1989:553).

Kemampuan membaca permulaan adalah kegiatan membacapada tahap awal yang diberikan pada murid kelas I Sekolah Dasar dengancara pengenalan huruf-huruf alfabet, dan keterampilan mengubah huruf-hurufmenjadi suara atau bunyi, serta keterampilan untukmengubah rangkaian huruf-huruf dalam kata menjadi suara atau bunyi bermakna.Kata-kata yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kata- kata yang umumnya sudah dikenal oleh anak yang disusun dalam rangkaian huruf- huruf konsonan-vokal konsonan-vokal-konsonan (KVKV). Menurut Depdikbud 1986 (dalam Ayriza, 1995:85), Chaer (2003:204), Purwanto dan Alim (1997:35), huruf konsonan yang harus dapat dilafalkan dengan benar untuk membaca permulaan adalah b,d,k,l,m,n,p,s, dan t. Sehingga huruf-huruf yang akan digunakan dalam merangkai kata terdiri dari huruf a,b,e,i,k,l,m,n,o,p,s,t,dan u.

2. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Metode Struktural Analitik Sintetik adalah metode khusus yang disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di Sekolah Dasar, dalam prosesnya dibagi menjadi tiga tahap yaitu proses struktural (menampilkan kalimat secara utuh,

(43)

proses analitik (proses penguraian kalimat menjadi suku kata dan huruf-huruf), dan proses sintetik (penggabungan kembali kalimat seperti semula)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sukardi (2003:53), populasi adalah semua anggota kelompokmanusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatupenelitian. Populasi dapat berupa guru, murid, kurikulum, fasilitas, lembagasekolah, hubungan sekolah, dan masyarakat. Populasi dalam penelitian ini adalah semua muridSD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa

Kelas Jumlah Jumlah keseluruhan

Laki-laki perempuan

I 10 10 20

II 25 20 45

III 25 15 40

IV 30 13 43

V 24 20 44

VI 32 22 54

Total 246

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumberdata penelitian (Sukardi, 2003:54). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik nonprobabilitas yakni Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2007:84), Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yangtidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggotapopulasi untuk dipilih menjadi sampel. Menurut Sukardi (2003:64), teknikPurposive Sampling biasa

(44)

31

digunakan karena untuk menentukan seseorangmenjadi sampel atau tidak didasarkan pada tujuan tertentu, misalnya denganpertimbangan profesional yang dimiliki si peneliti dalam usahanya memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa

Tabel 3.2. Keadaan Murid

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. I 10 10 20

Total 20

Sumber : Arsip laporan bulanan SD Inpres Lakiyung D. Instrumen Penelitian

Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan (Sukardi, 2003:75). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yakni:

1. Lembar tes lisan.

Lembar tes lisan dalam penelitian ini yakni menampilkan satu kalimatutuh, kemudian dijabarkan menjadi kata-kata, suku kata, kemudian huruf-huruf kemudian digabungkan kembali dari huruf-huruf, menjadi suku kata, kemudian kata, dan menjadi satu kalimat utuh. Prosesnya,murid diminta untuk membaca tulisan mulai dari kalimat, kata, suku kata, dan huruf secara bergantian yang telah disediakan oleh peneliti.

(45)

2. Skala Nilai (Rating Scale)

Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti check list.Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat. Didalam daftar rating scale tidak sekedar terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap gejala tersebut.Penjenjangan menggunakan skala 5 yakni sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik (Margono, 2004:160).

Tes adalah alat mengukur kemampuan murid, baik kemampuan awal,perkembangan atau peningkatan selama dikenai tindakan dan kemampuanpada akhir pembelajaran.Tes membaca permulaan digunakan untuk mengukur kemapuan murid dalam membaca.Kriteria penilaian berdasarkan aspek :

a. Kecepatan menyuarakan tulisan b. Kewajaran lafal

c. Kewajaran intonasi d. Kelancaran

e. Kejelasan suara

f. Pemahaman isi/ makna bacaan

Pedoman penilaian membaca ini terdiri dari enam aspek yang kemudian dari masing-masing diberi skor yang disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari masing-masing aspek.

Tabel 1 : Kisi-kisi Kemampuan Membaca Permulaan

No Aspek penilaian Skor

1. Kecepatan menyuarakan tulisan 20

2. Kewajaran lafal 20

3. Kewajaran intonasi 20

(46)

33

4. Kelancaran 20

5. Kejelasan suara 10

6. Pemahaman isi / makna bacaaan 10

Jumlah 100

Tabel 2 : Rubrik Penilaian Membaca Permulaan

No Aspek penilaian Unsur yang dinilai Skor

1. Kecepatan menyuarakan tulisan

a. Murid jelas menyuarakan tulisan

b. Murid cukup jelas

menyuarakan tulisan

c. Murid kurang jelas menyuarakan tulisan

20 10 5 2. Kewajaran lafal a. Murid membaca dengan lafal

yang benar

b. Murid membaca dengan lafal yang kurang benar

c. Murid membaca dengan lafal yang tidak benar

20 10 5 3. Kewajaran intonasi a. Murid membaca dengan

intonasi yang benar

b. Murid membaca dengan intonasi kurang benar

c. Murid membaca dengan intonasi yang tidak benar

20 10 5

4. Kelancaran a. Murid lancar dalam membaca

b. Murid kurang lancar dalam membaca

c. Murid tidak lancar dalam membaca

20 10 5 5. Kejelasan suara a. Kejelasan suara baik

b. Kejelasan suara cukup baik c. Kejelasan suara kurang baik

10 7 3 6. Pemahaman isi/makna

bacaan

a. Murid paham isi/makna bacaan b. Murid kurang paham isi /

makana bacaan

c. Murid tidak paham isi / makna bacaan

10 7 3

Jumlah 100

(Sukardi, 2003:139) menyatakan bahwa dalam penelitian pendidikan yang berkaitan dengan efektivitas program, metodepengajaran dan kegiatan yang berkaitan

(47)

dengan proses belajar-mengajar sering direfleksikan sebagai variabel terikat diantaranya adalah pencapaian hasil belajar. Untuk mengetahui apakah materi yang diberikan oleh seorang guru kepada peserta didik sudah dikuasai mereka, salah satu caranya adalah guru melakukan pengukuran dengan menggunakan tes prestasi.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk teslisan.

Menurut Drs. Margono (2004:170), tes lisan yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara lisan pula. Materi tes yangdigunakan oleh peneliti telah disesuaikan dengan materi pelajaran murid kelas I pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Operasional tes lisan yakni dengan meminta kepada murid membaca secara perorangan kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata, dan kartu kalimat sederhana yang disertai dengan gambar yang dipajang dipapan tulis. Kemudian guru memberikan penilaian pada lembar penilaian yang telah disiapkan.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Hasil Belajar Murid

Analisis data penelitian dimaksudkan untuk menganalisis data hasil tes penelitian berkaitan dengan hasil belajar murid, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif dan analisis t-test.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriftif dimaksudkan untuk menggambarkan rendahnya kemampuan membaca permulaan pada murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa

(48)

35

sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) perlakuan berupa pemberian metode Struktural Analitik Sintetik dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase dengan rumus persentase, yaitu :

% 100 N x Pf

Di mana :

P : Persentase

f : Frekuensi yang dicari persentase

N : Jumlah subyek (sampel)

Guna memperoleh gambaran umum tentang rendahnya kemampuan membaca permulaan pada murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa sebelum dan sesudah diberikan metode pembelajaran Sruktural Analitik Sintetik, maka untuk keperluan tersebut, dilakukan perhitungan rata-rata skor peubah dengan rumus:

N Me

Xi

Di mana:

Me : Mean (rata-rata)

Xi : Nilai X ke i sampai ke n

N : Banyaknya murid

2. Teknik Analisis Data Statistik Inferensial

Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t (uji t).Dengan tahapan sebafai berikut :

(49)

t = ∑

N (N-1)

Keterangan :

Md : mean dari perbedaan pretest dan postest

X1 : kemampuan membaca permulaan sebelum perlakuan (pretest) X2 : kemampuan membaca permulaan sesudah perlakuan (postest) d : deviasi masing-masiing subjek

∑ 2 :jumlah kuadrat deviasi

N : subjek pada sampel

(50)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dengan menggunakan Pre-Eksperimen yang dilakukan terhadap 20 murid mengenai kemampuan membaca permulaan murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa sebelum dan sesudah perlakuan yang berupa metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS). Hasil penelitian tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan kemampuan membaca permulaan sebelum (pretestt) dan sesudah (posttest) diberi perlakuan, dan analisis statistik inferensial untuk menguji hipotesis penelitian tentang adanya perbedaan kemampuan membaca permulaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan membaca permulaan sebelum (pretestt) dan sesudah (posttest) diberi perlakuan berupa metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), maka berikut ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang diklasifikasikan dalam 6 (enam) kategori, yaitu kemampuan membaca permulaan dalam Kecepatan menyuarakan tulisan, Kewajaran lafal, Kewajaran intonasi, Kelancaran, Kejelasan suara , Pemahaman isi/ makna bacaan

(51)

Tabel 4.1: Data tingkat hasil kemampuan membaca permulaan murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa sebelum (Pretestt) dan sesudah (Posttest) diberi perlakuan berupa latihan metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Interval Kategori Pretestt Posttest

Frekuensi Persentas e

Frekuensi Persentas ee

80 – 100 Sangat Tinggi 4 20% 12 60%

65 – 79 Tinggi 6 30% 6 30%

55 – 64 Sedang 3 15% 2 10%

35 – 54 Rendah 5 25% 0

0 – 34 Sangat Rendah 2 10% 0

Jumlah 20 100% 20 100%

Sumber: Hasil Tes Kemampuan Membaca Permulaan SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa

Tabel diatas menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa sebelum diberi latihan metode metode struktural analitik sintetik, tingkat hasil belajarnya yaitu hanya 4 murid dengan 20%

yang berada pada kategori sangat tinggi. Kemudian kategori tinggi sebanyak 6 murid dengan persentase 30%, kategori sedang sebanyak 3 murid dengan persentase 15%, kategori rendah sebanyak 5 murid dengan persentase 25%, sedangkan pada kategori sangat rendah sebanyak 2 murid dengan persentase 10%. Selanjutnya sesuai dengan nilai rata-rata skor yang diperoleh sebesar 12.60 dimana nilai rata-rata tersebut berada pada interval 0-34 yang berarti rendah. Hal ini berarti bahwa kemampuan membaca permulaan murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa berada pada kategori rendah.

Setelah diberi perlakuan latihan Metode struktural analitik sintetik sebanyak 2 kali, hasil kemampuan membaca permulaan murid kelas I SD InpreS Lakiyung mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil kemampuan membaca permulaan berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 12 murid dengan persentase

(52)

39

60%, kategori tinggi sebanyak 6 murid dengan persentase 30%, kategori sedang sebanyak 2 murid dengan persentase 10%, dan tidak ada murid yang berada pada kategori rendanh dan sangat rendah. Selanjutnya sesuaidengan nilai rata-rata skor yang diperoleh sebesar 82.75 dimana nilai rata-rata tersebut berada pada interval 65- 100 yang berarti tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemapuan membaca permulaan murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa setelah diberikan metode struktural analitik sisntetik (SAS) berada pada kategori tinggi.

Tabel 4.2: Kecenderungan umum penelitian berdasarkan pedoman interpretasi kemampuan membaca permulaan

Jenis Data Mean Interval Klasifikasi

Pre-Test 12.60 0-34 Sangat Rendah

Post-Test 82.75 80-100 Sangat Tinggi

Sumber: Hasil pretestt dan posttest

2. Teknik Analisis Data Statistik Inferensial menggunakan statistik t (Uji T- Test)

Hipotesis penelitian ini adalah “metode struktural analitik sintetik dapat mempengaruhi hasil kemampuan membaca permulaan murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa. Untuk pengujian hipotesis di atas, terlebih dahulu disajikan data hasil kemampuan membaca permulaan, baik pretestt dan posttest.Hasil uji akan diuraikan di bawah ini.

Rumus yang digunakan adalah:

=

( )

(53)

Berdasarkan tabel t di atas, maka diperoleh t0,05 = 3,659. Setelah diperoleh t

Hitung= 10,30 dan t Tabel= 3,883maka t Hitung ≥ t Tabelatau 13,70 ≥ 3,883. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa ada pengaruh positif yang signifikan terhadap metode struktural analitik sintettik terhadap kemampuan membaca permulaan murid kelas 1 SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa.

Dalam pengujian statistik, hipotesis ini dinyatakan sebagai berikut:

:lawan :

B. Pembahasan

Pada bagian ini diuraikan temuan yang diperoleh dari hasil analisis data penelitian tentang pengaruh penerapan metode struktural analitik sintetik terhadap kemampuan membaca permulaan murid kelas I SD Inpers Lakiyung Kabupaten Gowa.

Metode SAS merupakan singkatan dari Struktural Analitik Sintetik. Metode ini merupakan salah satu jenis metode yang khusus digunakan untuk proses pembelajaran Menulis Membaca Permulaan (MMP) bagi murid pemula.Metode SAS mulai diprogramkan pemerintah RI pada tahun 1974 yang di pimpin oleh DR. A.S.

Broto.

Menurut A.S. Broto khusus disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas permulaan SD yaitu kelas 1 dan kelas 2. Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional

(54)

41

dengan urutan: Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula.

Dalam hal ini dengan adanya metode struktural analitik sintetik merupakan solusi yang baik untuk membantu murid meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Sejalan dengan hal tersebut diatas, pada kenyataannya secaraumum murid kelas I SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki hasil kemampuan membaca permulaa berada pada tingkat yang masih kurang atau rendah pada saat diberikan Pretestt atau sebelum diberikan perlakuan berupa metode pembelajaran struktural analitik sintetik.

Hasil penelitian terhadap 20 murid menunjukkan bahwa tingkat hasil kemampuan membaca permulaan murid kelas I berada pada kategori kurang atau rendah. Adapun ciri-ciri kurangnya hasil kemampuan membaca permulaan yang secara umum ditunjukkanmurid antara lain seperti tidak pernah mengajukan pertanyaan, lambat dalam membaca, bersikap pasif ketika diminta mengutarakan pendapat,tidak tenang dan sering mengganggu temannya pada saat belajar. Namun setelah diberikan metode struktural analitik sintetik terhadap hasil kemampuan membaca permulaan murid kelas I mengalami peningkatan.

Dalam proses penelitian ini murid diberikan perlakuan berupa metode pembelajaran struktural analitik sintetik yang terdiri dari 4 kali pertemuan dengan materi yang sama, peneliti memberikan bacaan sebelum diterapkannya metode . Sehingga diharapkan setelah diterapkannya metode struktural analitik sintetik muriddapat membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat dan menerapkannya

Gambar

Gambar 3.1. One Group Pretest-Posttest
Tabel 3.2. Keadaan Murid
Tabel 1 : Kisi-kisi Kemampuan Membaca Permulaan
Tabel 2 : Rubrik Penilaian Membaca Permulaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat meningkatkan keterampilan

Dengan penerapan metode Struktural Analitik Sintetik, siswa kelas I SD I Petir, Kabupaten Bantul, keterampilan membaca permulaannya mengalami peningkatan, siswa dapat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa peningkatan aktivitas belajar siswa melalui metode Struktural Analitik Sintetik dalam membaca

Rumusan tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan khusus yang disajikan sebagai berikut; (1) Untuk meningkatkan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode SAS dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I MIS

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa peningkatan aktivitas belajar siswa melalui metode Struktural Analitik Sintetik dalam membaca permulaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) mampu meningkatkan kemampuan awal membaca anak usia 5-6 tahun dengan nilai rata- rata pada

Hasil yang telah didapatkan dari observasi dan wawancara bahwa keefektifan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada anak kelas II yang kesulitan membaca di