• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR'AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR'AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

(SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN

KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN 2009

SKRIPSI

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

M U N A W A T I N IM : 11407185

JU R U SA N TARBIYAH

PRO G RAM ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLAM

SEKOLAH T IN G G I A G A M A ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

W e b site n ^ v w ^ t a i n s a k n i i a ^ ^ u ^ - m

Yahya, S.Ag

DOSEN STAIN SALATIGA PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 3 Eks

Hal : Naskah Skripsi Saudara Munawati

Kepada

Yth: Ketua STAIN Salatiga Di - Salatiga

ASSALAMUALAIKUM, WR WB

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Munawati NIM : 11 4 0 7 1 8 5

Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam

Judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN

MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN

KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009

Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

W ASSALAMUALAIKUM, WR. WB

Salatiga, 13 Agustus 2009 Pembimbing

NIP. 19700915 200112 1 001

ii

(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi saudari MUNAWATI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407185 yang beijudul ’ PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009” telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 29 Agustus 2009 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Salatiga, 8 Ramadhan 1430 H 29 Agustus 2009

Panitia Ujian

(4)

j

L>

I

^

i I

^5\J jJ-J lil I

j Xj»

I *

t^lLj

?? . i ,» ✓ /

i ^j iiii3 ^ i^o i; ^if at ^>;

v^r

J

j

1313 ^ ai

H ai orang-orang berim an apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", M aka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", M aka

berdirilah, niscaya Allah akan m eninggikan orang-orang yang berim an di

antaram u dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan

Allah M aha m engetahui apa yang kamu kerjakan.

(Q. S. Al-Mujaadilah: 11)

“Sapa tekun akekanthen teken bakal tekan ”

(Ki Narto Sabdo)

Terjemahannya:

Barang siapa tekun disertai dengan petunjuk pasti akan tercapai yang

diinginkannya.

(5)

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Suami dan anak tercinta, yang selalu membimbing, mendo'akan dan

memberikan segalanya baik moral m aupun spritual bagi kelancaran

studyku, semoga Allah mengabulkan harapannya.

2.

Rekan-rekan mahasiswa Tarbiyah STAIN Salatiga, terima kasih atas

kekompakannya

3.

Rekan-rekan guru di SD N 2 Panimbo Kec. Kedungjati, yang

senantiasa memberi dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan

studi

(6)

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang

telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu

persyaratan guna meraih gelar Strata Satu (S-l) dalam Program Ilmu Tarbiyah.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari

berbagai pihak, penulis tidak akan mampu berbuat banyak dalam penyelesaian

skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan

ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan

bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.

3. Bapak Kepala SD N 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan

yang telah memberi kesempatan kepada penulis menyelesaikan studi

4. Rekan-rekan mahasiswa STAIN Salatiga, yang telah memberikan dorongan

kepada penulis.

Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT

mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat

ganda. Amin.

(7)

yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa

senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan

bagi pembaca pada umumnya.

Amin - aminyarobbal ‘alamin

Salatiga, Agustus 2009 Penulis

(8)

NOTA PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN... Iii MOTTO... iv

PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Definisi Istilah... 5

E. Kegunaan Penelitian ... 6

F. Hipotesis... 7

BABU KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya ... 8

B. Prestasi Belajar... 19

C. Metode Mengajar... 21

D. Membaca al Qur'an... 23

E. Metode SAS... 26

(9)

C. Prosedur Penelitian... 38

D. Deskripsi Per Siklus... 40

E. Instrumen Penelitian... 42

F. Kriteria Penilaian... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 46

B. Pembahasan... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 66

B. Saran... 66

DAFTAR PUSTAKA... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

TABEL

TABEL

TABEL

TABEL

TABEL

TABEL

I NILAI SETELAH SIKLUS I

II HASIL EVALUASI SIKLUS I

III NILAI SETELAH SIKLUS II

IV HASIL EVALUASI SETELAH SIKLUS II

V NILAI SETELAH SIKLUS III

VI HASIL EVALUASI SIKLUS III

(11)

GAMBAR 1

GAMBAR 2

GAMBAR 3

GRAFIK NILAI SIKLUS I

GRAFIK NILAI SIKLUS II

GRAFIK NILAI SIKLUS III

(12)

A. L atar Belakang Masalah

al Qur'an sebagai kalam Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia itu

memiliki keistimewaan terutama pada susunan bahasanya yang unik dan

kandungan maknanya yang mendalam.

al Qur'an merupakan mukjizat yang diwahyukan kepada Nabi

Muhammad SAW membacanya adalah ibadah1. Keutamaan mukjizat al Qur'an

bukan hanya ditujukan kepada bangsa arab, namun al Qur’an dengan keutamaan

mukjizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh alam2.

Maka dari itu mempelajari al Qur'an merupakan kewajiban mutlak bagi

setiap yang beragama Islam, sebab sebagian besar ajaran Islam bersumber dari al

Qur’an, bahkan al Qur'an itu sendiri merupakan induk atau pusatnya segala ilmu

pengetahuan yang berisi tentang hukum-hukum dan aqidah.

al Qur'an sebagai tata kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk, Ia

merupakan tanda kebenaran Rasulullah SAW, disamping itu merupakan bukti

yang jelas atas kenabian dan kerasulannya. Selain itu ia juga sebagai hujjah yang

akan tetap tegak sampai pada hari kiamat3.

Berkaitan dengan masalah tersebut, pendidikan agama Islam dan

membaca al Qur'an di sekolah dasar tidak kalah pentingnya, disamping siswa

1 Al Qur’an dan Terjemahnya, Sejarah A l Qur'an, Departemen Agama, Jakarta, 1991, him. 23 2 Akhmad Syadali, Ulumul Q ur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2000, him. 10

3 Syeh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur'an, Pustaka Amani, Jakarta, 1981, him. 3-4

(13)

diharapkan menjadi anak yang berbudi pekerti yang baik, rajin beribadah dan kuat

imannya. Apalagi menghadapi keluhan dari pihak orang tua atau wali murid yang

mengatakan bahwa murid-murid tamatan sekolah dasar banyak yang belum dapat

membaca dan menulis huruf al Qur’an. Sehingga dengan memberikan perhatian

pada pembelajaran membaca al Qur'an diharapkan murid-murid sekolah dasar

dapat membaca dan menulis huruf al Qur'an sebagai penghayatan terhadap

sumber agama Islam yaitu al Qur'an.

Bagi murid-murid tamatan sekolah dasar yang akan melanjutkan ke

Sekolah Menengah Pertama (SMP) diharapkan sudah mampu membaca dan

menulis huruf al Qur'an sehingga tidak menyulitkan bagi guru agama yang

mengajar pada tingkat tersebut. Demikian pula pada tingkat selanjutnya4.

Berdasarkan kurikulum Sekolah Dasar (SD) tahun 1975 yang telah

dibakukan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal

17 Januari 1975 No. 008C/U/1975 dan Keputusan Menteri Agama tanggal 31

Oktober 1974 pada bidang studi pendidikan agama Islam terdapat tujuan

instruktional umum antara lain ditetapkan bahwa murid lulusan Sekolah Dasar

harus mampu membaca al Qur'an dengan baik5.

Namun kenyataannya tidak seperti yang kita harapkan ternyata

pembelajaran membaca dan menulis huruf al Qur'an tingkat Sekolah Dasar ini

kurang menarik dan para siswa mengalami kesulitan, maka dengan demikian

pembelajaran ini kurang efektif.

4 H.MT. Fatahudin, Pedoman M embaca dan M enulis H uruf A l Qur'an, CV. Serajaya, Jakarta, 1981, him. 1

(14)

Berdasarkan pengamatan, kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran

membaca dan menulis huruf al Qur’an tersebut lebih disebabkan oleh faktor guru

dalam menggunakan metode yang kurang tepat, dalam hal ini guru masih

menggunakan metode tradisional. Penggunaan metode ceramah selama ini lebih

dominant dalam pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi yang

disampaikan.

Penggunaan metode Struktutal Analitik Sintetik (SAS) merupakan upaya

guru dalam memudahkan siswa memahami cara membaca al Qur’an dengan

memahami struktur yang utuh, diuraikan per huruf dan harakatnya serta

bagaimana huruf hijaiyah tersebut menjadi kesatuan ayat. Metode ini merupakan

upaya agar siswa memahami cara membaca dengan benar setelah diuraikan

sekaligus mampu menuliskannya dengan benar. Kebanyakan guru belum

menerapkan metode ini, padahal seiring dengan perkembangan zaman jumlah

siswa yang mampu membaca al Qur'an semakin menurun, karena banyaknya

pengaruh media yang menyebabkan mereka tidak ikut dalam kegiatan di TPA/

TPQ.

Hal diatas menjadi dorongan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian

ini. Dengan demikian penelitian ini merupakan upaya untuk mengatasi kesulitan

dan ketidakberhasilan dalam pembelajaran membaca dan menulis huruf al Qur'an

yaitu dengan cara melalui metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), dengan cara

(15)

pengenalan dan pengamatan lebih jauh (analitik) sampai bagian-bagian kemudian

pengenalan dan pengamatan mendalam (sintetik) sehingga dapat memahami.6

B. Rumusan M asalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana guru dapat mengoptimalkan penggunaan metode S AS untuk

mempermudah siswa untuk membaca al Qur’an?

2. Apakah dengan melalui metode SAS mampu meningkatkan kemampuan

membaca al Qur'an siswa SD Negeri 2 Panimbo?

3. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan

melalui metode SAS?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan metode SAS dalam pembelajaran membaca al

Qur'an siswa SD Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten

Grobogan tahun pelajaran 2009/2010.

2. Untuk mengatahui dampak penerapan metode SAS terhadap peningkatan

kemampuan siswa membaca al Qur’an siswa SD Negeri 2 Panimbo

Kecamata Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2009-2010.

(16)

3. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam mengikuti

pembelajaran dengan melalui metode S AS.

D. Definisi Istilah

1. Peningkatan

Peningkatan berasal dari kata tingkat yang artinya lapis dari

sesuatu yang bersusun atau berlenggek-lenggek seperti lantai yang

berketinggian, lenggak rumah, tutupan pada tangga, jenjang, tingkatan:

tinggi rendah martabat, kadudukan, jabatan, kemajuan, peradaban dan

sebagainya7.

2. Kemampuan

Mampu adalah kuasa atau sanggup melakukan sesuatu, dapat,

berada, kaya8.

3. Membaca

Membaca yaitu memperhatikan, melihat, mendengarkan dan

mengucapkan secara terus menerus untuk memperbaharui pengetahuan

dan ketrampilan9.

4. al Qur’an

Qur’an menurut bahasa berarti bacaan. Menurut istilah: al Qur'an

adalah Kalam Allah yang bernilai mu’jizat yang diturunkan kepada

pungkasan (penutup) para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat

Jibril yang tertulis pada mashahif, diriwayatkan kepada kita dengan

7 Novianto HP, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surakarta, 1999, him 538 8 Ibid, him. 344

(17)

mutawatir, membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat al

fatikah dan ditutup dengan surat An Nas10.

5. Metode

Metode berasal dari kata metodos yang artinya jalan atau cara.

Metode berarti cara keija yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan11.

6. Pengertian SAS (Struktural Analitik Sintetik)

Metode SAS adalah cara mengajarkan membaca al Qur’an,

mula-mula dari susunan yang lengkap atau global, kemudian dipisah

kata demi kata, huruf demi huruf kemudian dipadukan kembali12.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

b. Untuk menambah wawasan, terutama dalam penerapan ilmu yang

diperoleh secara teoritis di bangku kuliah ke dalam praktek nyata di

lapangan.

c. Dapat memperoleh pengalaman secara langsung dan menggali

pengetahuan yang berkaitan dengan belajar membaca al Qur'an

2. Bagi Guru Agama Islam

a. Menambah pengetahuan yang berkaitan dengan teknik-teknik belajar

membaca al Qur'an.

10 Syekh Muhammad Ali Ash Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur 'an, Jakarta, Pustaka Amani, him. 3 11 Depag RI, opcit, him. 19

(18)

b. Memberikan masukan yang dapat digunakan untuk bahan pertimbangan

dalam mengembangkan kajian tindakan kelas.

3. Bagi masyarakat umum

b. Memberikan informasi yang benar tentang hambatan teknik dan metode

yang tepat untuk membaca al Qur'an.

c. Mengetahui pentingnya pelajaran membaca al Qur'an pada anak-anak SD.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam tindakan

penelitian ini dapat dirumuskan ’’bahwa dengan menerapkan metode SAS

dalam pembelajaran membaca al Qur’an maka akan meningkatan

kemampuan siswa dalam membaca al Qur'an pada siswa SD Negeri 2

(19)

A. Belajar, Proses Belajar Mengajar dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Hasil Belajar

1. Belajar

Pada hakekatnya belajar adalah hasil dari proses interaksi

antara individu dengan lingkungan sekitar. Belajar dilakukan melalui

berbagai kegiatan seperti mengalami, mengeijakan, memahami, dan

sebagainya. Sehingga berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa.

Maka pemahaman yang benar mengenai belajar mutlak diperlukan

oleh pendidik.

Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi dalam lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan

dan dan nilai sikap. Perubahan bersifat relatif konstan dan berbekas1.

Menurut Oemar Hamalik, ’’Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”2.

Menurut Slameto, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”3.

1 Budiningsih, Belajar dan Mengajar, Jakarta, Graha Ilmu, 2002, him. 7 2 Oemar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Bina Cipta, 2003, him. 14

3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, 1998, hlm.18

(20)

Sedangkan menurut A. Suhaenah Supamo, ’’Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya”4.

Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan

mengadakan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu

pengetahuan dan keterampilan. Menurut Rogers dalam Dalyono

belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan

ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar tersebut5. Suradi

dalam Sardinian juga menyatakan bahwa salah satu ciri terjadinya

proses belajar adalah ditandai dengan adanya aktivitas siswa6. Jadi

suatu siswa dikatakan telah mengalami belajar jika siswa tersebut ikut

terlibat secara langsung atau mengalami sendiri proses pembelajaran

sehingga dalam diri siswa tersebut terjadi perubahan baik dalam hal

penambahan pengetahuan, keterampilan maupun terjadi perubahan

tingkah laku ataupun sikap.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungan yang relatif menetap.

Aktivitas siswa dalam belajar tidak cukup hanya mendengarkan

dan mencatat seperti yang lazim terjadi dalam pembelajaran pada

umumnya. Aktivitas tersebut hendaknya mencakup aktivitas yang

bersifat fisik atau jasmani maupun mental atau rohani. Diedrich dalam

4 Ibid, him. 2

(21)

menyatakan ada 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat

digolongkan sebagai berikut7:

a Vism l activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,

memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekeijaan orang

lain.

b Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,

diskusi dan interupsi.

c Listening activities, sebagai contoh adalah mendengarkan uraian,

percakapan, diskusi dan interupsi.

d Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket

dan menyalin.

e Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta

dan diagram.

f Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan

percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun dan beternak.

g Mental activities, sebagai contoh misalnya mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil

keputusan.

h Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, gembira,

bersemangat, berani, tenang dan gugup.

(22)

Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar dengan berbagai

aktivitas seperti diuraikan di atas, akan menciptakan suasana belajar

yang tidak membosankan dan kegiatan belajar mengajar akan beijalan

maksimal.

2. Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang

menunjukkan bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar, yang

umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang

baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa8. Tujuan belajar sangat

penting dalam sistem pembelajaran, karena semua komponen yang

ada dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian

tujuan belajar. Jadi tujuan belajar adalah suatu komponen sistem

pembelajaran yang menunjukkan hasil belajar siswa tercipta setelah

melakukan kegiatan belajar.

Tujuan belajar secara garis besar dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu: 1) Tujuan instruksional (instructional effects),

biasanya berbentuk ketrampiian dan pengetahuan; 2) Tujuan pengiring

(nurturant effects), merupakan hasil sampingan belajar, misalnya

kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka.

3. Proses belajar mengajar

Belajar merupakan suatu proses dimana siswa dengan

kemampuan awal yang dimilikinya, akan mengikuti kegiatan belajar

8 Oemar Hamalik, opcit, him. 73

(23)

mengajar sehingga didapatkan kemampuan akhir yang lebih baik atau

tercapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang optimal diperlukan komponen-komponen PBM yang berupa

sarana dan prasarana, guru, kurikulum dan lingkungan yang memadai

dan mendukung. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan sebuah

proses belajar mengajar diperlukan program evaluasi yang terstruktur

dan terencana.

Rianto (2004) menggambarkan bagan sistem pengajaran sebagai

berikut:9

Gambar 1. Bagan Sistem Pengajaran

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas

yaitu hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkat pencapaian siswa

terhadap tujuan yang telah ditetapkan disetiap mata pelajaran dalam

(24)

waktu tertentu10. Keberhasilan seseorang dalam mempelajari sesuatu

sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Slameto faktor-faktor

tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di

luar individu11,

a. Faktor intern

1) Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Proses belajar

seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu,

selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah

pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah

ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.

2) Intelegensi dan bakat

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke

dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui

atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat

(25)

intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang

mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Bakat merupakan

kemampuan untuk belajar. Seperti juga intelegensi, bakat juga

mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari

siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya juga akan

lebih baik.

3) Minat dan motivasi

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan

yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang

disertai dengan rasa senang. Bahan pelajaran yang menarik

minat belajar siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan

karena minat menambah kegiatan belajar.

Motivasi adalah penggerak atau dorongan untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Menurut Nasution motivasi dapat berasal dari dalam

diri (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi

ekstrinsik) . Motivasi bukan saja penting karena menjadi

faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan

hasil belajar. Oleh karena itu guru diharapkan mengetahui

kapan siswa perlu dimotivasi dan bentuk motivasi yang harus

(26)

diberikan agar proses pembelajaran beijalan lancar dan

berhasil optimal.

Sardinian menyebutkan ada sebelas bentuk dan cara

untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di

sekolah yaitu memberi angka, hadiah, saingan atau kompetisi,

ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian,

hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui13.

4) Kematangan dan kesiapan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam

pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap

untuk melaksanakan kecakapan baru. Kesiapan adalah

kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kematangan

dan kesiapan siswa untuk mempelajari sesuatu yang baru akan

mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut,

b. Faktor ekstern

1). Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya bagi

keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Keadaan ekonomi

keluarga, cara orang tua mendidik, hubungan anak dengan

orang tua, suasana rumah dan latar belakang budaya

(pendidikan orang tua) akan ikut menentukan keberhasilan

belajar siswa.

(27)

2) . Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut berpengaruh pada

tingkat keberhasilan belajar. Kondisi sekolah, metode

mengajar guru, kurikulum, tata tertib sekolah, serta hubungan

guru dengan siswa dan siswa dengan siswa akan

mempengaruhi motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar

pun terpengaruh.

3) . Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu teijadi

karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang berupa

kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul

dan bentuk kehidupan masyarakat.

5. Belajar Tuntas

Salah satu orientasi penilaian tindakan kelas adalah ketuntasan

belajar. Ketuntasan belajar merupakan pencapaian hasil belajar yang

ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang

memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat

penguasaan kompetensi lebih lanjut14 Tujuan proses belajar mengajar

secara ideal adalah bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh

(28)

murid, yang biasa disebut “mastery learning’’ atau belajar tuntas yang

berarti penguasaan penuh.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana berpendapat bahwa ’’Belajar tuntas merupakan proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa”. Belajar tuntas merupakan pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan strategi kelompok (group based approach) 15.

Ciri-ciri belajar tuntas adalah a) Pengajaran didasarkan atas

tujuan-tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu; b) Memperhatikan

perbedaan individu, terutama dalam hal kemampuan dan kecepatan

belajarnya; c) Evaluasi dilakukan secara kontinu agar guru maupun

siswa dapat segera memperoleh balikan.16

Norman E. Gronlund dalam Sardinian mengemukakan bahwa

“Batas ketuntasan hasil belajar sebaiknya menggambarkan tingkat

pembelajaran yang obyektif dari hasil penilaian dan disesuaikan dengan

batas ketuntasan yang ditetapkan sekolah”. Berdasarkan batas

ketuntasan mutlak ada tiga tipe batas ketuntasan dengan sistem poin 100

yaitu:17

15 Nasution, opcit, him. 86 16 Ibid, him. 87

(29)

Tabel 2.1

Kriteria Nilai Ketuntasan Belajar

K riteria P oin Poin Poin

A 90-100 95-100 91-100

B 80-89 85-94 86-90

C 70-79 75-84 81-85

D 60-69 65-74 75-80

E < 60 < 6 5 < 7 5

Sesuai dengan ketentuan dalam KBK, siswa tuntas belajar, bila

telah 75% menguasai kompetensi atau sekurang-kurangnya harus

mencapai skor minimal 75. Namun demikian, batas ketuntasan yang

ditetapkan di sekolah-sekolah belum sesuai dengan harapan yang

ditetapkan pemerintah karena masih banyak masalah-masalah yang

harus dipertimbangkan dalam menetapkan batas ketuntasan 75%,

masalah-masalah tersebut seperti masalah belajar siswa di kelas, strategi

pembelajaran dikelas, alat bantu, media, sumber belajar, sistem

asessment dan evaluasi proses. Sehingga setiap sekolah menetapkan

batas ketuntasan belajar yang berbeda-beda, kurang dari 75% dari

Standar Ketuntasan Batas Minimum (SKBM) yang ditetapkan oleh

(30)

6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ketuntasan Belajar

Dalam belajar tuntas terdiri dari beberapa faktor-faktor yang

perlu diperhatikan dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor

yang mempengaruhi ketuntasan belajar antara lain: a) Bakat siswa, hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara

bakat dengan hasil belajar; b) mutu pengajaran, pengajaran yang

bermutu dilaksanakan dengan menerapkan metode mengajar yang

disesuaikan dengan perbedaan individual; c) kesanggupan untuk

menguasai pengajaran; kemampuan ini berkaitan erat dengan

kemampuan menanggapi rangsang yang timbul dari lingkungan dan

dengan sistem keija fungsi kognitif yang mencakup taraf intelegensi,

daya kreativitas, bakat khusus, gaya belajar, dan daya fantasi d)

ketekunan, ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul

dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif

dan efisien serta pengembangan sikap dan minat yang diwujudkan

dalam setiap langkah instruksional e) waktu yang tersedia untuk belajar,

faktor waktu sangat esensial untuk menguasai bahan pelajaran tertentu

sepenuhnya.18

B. Prestasi Belajar

Semua bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan

tertentu, pada akhirnya selalu ingin diketahui hasilnya. Hasil dari kegiatan

belajar dimaksud sebagai prestasi belajar.

(31)

Dalam lcamus bahasa Indonesia disebutkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi. Prestasi

dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari proses belajar mengajar di kelas

serta merupakan perwujudan dari kemampuan diri yang optimal setelah

menerima pelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Sudjana19

Prestasi belajar juga dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana

efektivitas proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Hasil belajar

memuat kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajar. Pengalaman belajar adalah semua kegiatan fisik dan mental yang

dialami siswa selama proses belajar mengajar.

Prestasi belajar merupakan tingkat hasil belajar yang dicapai oleh

siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Prestasi belajar mempunyai berbagai

fungsi, diantaranya sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai atau diserap oleh anak didik dan sebagai bahan

informasi dalam inovasi pendidikan atau sebagai timbal balik bagi kemajuan

mutu pendidikan.

(32)

Arifin mengemukakan fungsi utama prestasi belajar adalah: 1)

prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

telah dikuasai oleh peserta didik; 2) sebagai lambang pemuasan hasrat ingin

tahu; 3) sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan; 4) sebagai

indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan dan 5) prestasi

belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak

didik20.

C. Metode M engajar

Kegiatan belajar mengajar di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain siswa, guru, metode mengajar, sarana dan prasarana. Guru

sebagai salah satu faktor tersebut merupakan salah satu pihak yang

bertanggung jawab terhadap pembelajaran di kelas. Guru harus mampu

menciptakan lingkungan yang memungkinkan teijadinya proses belajar,

sehingga tujuan belajar dapat dicapai.

Setiap proses belajar mengajar menuntut suatu strategi tertentu

dimana di dalamnya terdapat perencanaan prosedur dan langkah-langkah

yang harus ditempuh guna mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Langkah-langkah yang harus ditempuh tersebut disebut sebagai metode.

Metode secara umum dapat diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan

atau cara melakukan pekeijaan dengan menggunakan fakta dan

(33)

konsep secara sistematis. Metode berlaku baik bagi guru sebagai metode

mengajar maupun bagi siswa sebagai metode belajar.

Metode mengajar terdiri dari dua kata, yaitu metode dan mengajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud, sedangkan mengajar adalah memberi pelajaran. Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikirkan baik-baik untuk memberikan pelajaran21.

Menurut Slameto dalam Hamalik strategi adalah suatu rencana

tentang cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada

untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi (pengajaran). Pengertian

strategi terkandung metode belajar mengajar, yaitu cara atau jalan untuk

mencapai tujuan pengajaran, dan juga teknik mengajar yaitu pemakaian alat-

alat bantu mengajar dan cara menggunakan metode mengajar yang relevan

atau sesuai dengan tujuan agar dapat mendorong siswa belajar optimal22.

Hamalik menyatakan bahwa secara teoritis metode pengajaran

dibagi menjadi dua yaitu metode dalam kelas dan metode luar kelas.

Metode dalam kelas terdiri dari metode ceramah, tanya jawab, diskusi,

pemberian tugas, resitasi, demonstrasi, eksperimen, sosiodrama dan bermain

peran, bekeija dalam kelompok, proyek, problem solving dan psikodrama.

Metode luar kelas terdiri dari metode karya wisata, survey, pengabdian

masyarakat, berkemah, keija pengalaman dan proyek23.

Pemilihan metode mengajar perlu memperhatikan beberapa hal yang

dapat mempengaruhi cocok atau tidaknya suatu metode digunakan dalam

belajar mengajar. Slameto, menyatakan bahwa pemilihan metode mengajar

21 Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1999, him. 652 22 Oemar Hamalik, opcit, him. 89

(34)

perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) tujuan pengajaran, yaitu

tingkah laku yang diharapkan dapat ditampakkan siswa setelah proses

belajar mengajar; 2) materi pengajaran, yaitu bahan yang disajikan dalam

pengajaran; 3) besar kelas (jumlah siswa), yaitu banyaknya siswa yang

mengikuti pelajaran dalam kelas yang bersangkutan; 4) kemampuan siswa

untuk menangkap dan mengembangkan bahan pelajaran yang yang

diajarkan; 5) kemampuan guru dalam menggunakan berbagai jenis metode

pengajaran; 6) fasilitas yang tersedia dan 7) waktu yang tersedia24.

Keberhasilan seorang guru menggunakan metode mengajar

ditentukan oleh beberapa hal diantaranya yaitu pokok bahasan yang akan

disampaikan, keadaan siswa, fasilitas sekolah dan kesiapan guru itu sendiri,

sehingga seorang guru harus berusaha keras untuk memilih dan

mengkombinasikan metode-metode mengajar tersebut agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Seperti diungkapkan oleh Surakhmad yang

dikutip dari Djamarah dan Zain pemilihan dan penentuan metode

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu anak didik, tujuan, situasi, fasilitas,

dan guru25.

D. Membaca Al Q u r’an

Secara etimologi merupakan mashdar (kata benda) dari kata keija

Qara- ’a ('j*) yang bermakna Talaa (^j) [keduanya berarti: membaca atau bermakna Jam a’a (mengumpulkan, mengoleksi)26. Atau dapat dikatakan

(35)

(Yakni: Talaa) maka ia adalah kata benda yang semakna dengan Ism M afuul,,

artinya M atluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jam a'a) maka ia adalah kata benda dan Ism F aa'il, artinya Ja a m i’ (Pengumpul,

Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-

hukum27.

Secara terminologi (syari’at) Al Qur’an adalah Kalam Allah ta’ala yang

diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad SAW, diawali

dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas28. Allah ta’ala

berfirman dalam QS Al Isra’ ayat 106

Artinya:

"Dan A l Quran itu Telah kam i turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu

membacakannya perlahan-lahan kepada m anusia dan kam i menurunkannya

bagian dem i bagian. "29

Dan firman-Nya dalam Surat Y usuf ayat 2

Artinya:

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Q ur ‘an dengan berbahasa Arab,

agar kamu memahaminya. “30

27 Ibid, him. 12 28 Ibid, him. 14

(36)

Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dan upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Allah telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya, “Sesungguhya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar

memeliharanya.”31

perkuat hatim u dengannya dan Kami membacanya secara tartil.

Setelah mampu membaca Al Qur’an hendaknya dibarengi dengan

kemampuan memahami ayat-ayat yang terkandung didalamnya. Upaya

yang dapat dilakukan dalam memahami ayat adalah sebagai berikut: (Q.S

Al Furqaan:32)

1. M em aham i ay at dengan ay at

Menafsirkan satu ayat Qur’an dengan ayat Qur’an yang lain,

adalah jenis penafsiran yang paling tinggi. Karena ada sebagian ayat

Qur’an itu yang menafsirkan (baca, menerangkan) makna ayat-ayat

yang lain.

2. M em aham i syat A l-Q u r’an dengan H ad its Shahlh

Menafsirkan ayat A l-Q ur’an dengan hadits shahih sangatlah

urgen, bahkan harus. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi

Muhammad Shallallahu alaihi wasalam. Tidak lain supaya diterangkan

maksudnya kepada semua manusia. Firman-Nya : “...Dan Kami turunkan Qur an kepadamu (M uhammad) supaya kamu terangkan

(37)

kepada umat m anusia apa yang telah diturunkan kepada m ereka agar

m ereka pikirkan. ”34

3. M em aham i ay at dengan pem ah am an sah a b a t

Merujuk kepada penafsiran para sahabat terhadap ayat-ayat Qur’an seperti Ibnu Abbas dan Ibnu M as’ud sangatlah penting sekali untuk mengetahui maksud suatu ayat. Karena, di samping senantiasa

menyertai Rasulullah, mereka juga belajar langsung dari beliau.

4. H a ru s m engetahui g ra m a tik a B ahasa A rab

Tidak diragukan lagi, untuk bisa memahami dan menafsiri ayat-

ayat Q ur’an, mengetahui gramatika bahasa Arab sangatlah urgen.

Karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab.

Tanpa mengetahui bahasa Arab, tak mungkin bisa memahami

makna ayat-ayat Qur’an. Sebagai contoh ayat:

Makna istawaa ini banyak diperselisihkan. Kaum M u’tazilah

mengartikannya menguasai dengan paksa. Ini jelas penafsiran yang

salah. Tidak sesuai dengan bahasa Arab. Yang benar, menurut pendapat

ahli sunnah wal jam aah, istawaa artinya 'ala w a irtafa ’a (meninggi dan

naik). Karena Allah mensifati dirinya dengan A l- 'Ali (Maha Tinggi).

Anehnya, banyak orang penganut faham M u’tazilah yang

menafsiri lafadz istawa dengan istaula. Pemaknaan seperti ini banyak

tersebar di dalam kitab-kitab tafsir, tauhid, dan ucapan-ucapan orang.

M ereka jelas mengingkari ke-Maha Tinggian Allah yang jelas-jelas

tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits shahih, perkataan

para sahabat dan para tabi’in, M ereka mengingkari bahasa Arab di mana

Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa itu. Ibnu Qayyim berkata, Allah

memerintahkan orang-orang Yahudi supaya mengucapkan “h itthotun”

(bebaskan kami dari dosa), tapi mereka pelesetkan atau rubah menjadi

“hinthotun” (biji gandum). Ini sama dengan kaum M u’tazilah yang

mengartikan istawa dengan arti istaula

(38)

5. Memahami Nash Al-Qur’an dengan Asbabun Nuzul

Mengetahui sababun nuzul (peristiwa yang melatari tumnnya ayat) sangat membantu sekali dalam memahami Al-Qur’an dengan benar.

E. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah- langkah berlandaskan operasional dengan urutan: Struktural menampilkan

keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan

penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula. Landasan

linguistiknya bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode

ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri.

Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi dan pengalaman

anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu masalah. Landasan

psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas) dan

bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu)35.

Prosedur penggunaan Metode SAS36:

1. Mula membaca permulaan dijadikan dua bagian

Bagian pertama membaca permulaan tanpa buku

2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar

sebagai kontak permulaan.

3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar

diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.

(39)

4. Membaca kalimat secara struktural

5. Membaca permulaan dengan buku

6. Membaca lanjutan

7. Membaca dalam hati

Segi baiknya adalah:

a. Metode ini dapat menjadi landasan berpikir analisis.

b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak

mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada

kesempatan berikutnya

c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak,

menguasai bacaan dengan lancar.

Segi lemahnya adalah:37

1. Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan

terampil serta sabar. Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar

untuk kondisi pengajar saat ini.

2. Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini

untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar.

3. Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak

di pedesaan

4. Oleh karena agak sukar menganjurkan para pengajar metode SAS maka

di sana-sini Metode ini tidak dilaksanakan.

37

(40)

Teknik pelaksanaan metode SAS ialah keterampian memilih kata

kartu kata dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata,

kata, pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-nempelkan kata

kata yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga

semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan

yang paling mengutipnya sebagai ketrampilan menulis. Media lain selain

papan tulis, papan panel, papan tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga

digunakan.

Pembelajaran menggunakan Metode SAS (Struktural-Analitik-

Sintetik), merupakan metode terbaru dalam bidang pengajaran, dilengkapi

dengan pendekatan GLOBAL (Gestald Psychologie), sehingga

menghasilkan kemampuan belajar yang sangat fantastis (quantum). Ini

merupakan penyempurnaan dari Edisi Internasional System 200 Menit yang

telah diujicobakan dan dibuktikan keberhasilannya di Asia maupun di dunia

internasional. Disusun oleh pakar bahasa Arab yang telah menerima banyak

penghargaan di antaranya dari Menteri Agama RI tahun 1995, predikat

Kategori Pembina Tilawatil Qur'an dan penghargaan Mitra Karya Bakti

Pertiwi dari Presiden RI tahun 1996.

Dalam pembelajaran membaca Al Qur’an di kelas IV penerapan

metode SAS dilaksanakan dengan menunjukkan siswa pada ayat yang utuh,

menguraikannya dan menyambungnya hingga menjadi ayat yang utuh

(41)

Diuraikan per kata

Diuraikan per huruf —

H

jll

?K jl'

*• f i / c

Disambungkan ?j?-jl' <>«*■ j l '

Utuh

Diuraikan per kata

Diuraikan per huruf

>

. j l d UJI Li j jl iuaJl

Disambungkan

,

jjul

UJl <

L

_

i

j

A i \ 'a\

l

l

Ayat 1 dan 2 surat Al Fatihah tersebut pertama ditunjukkan pada siswa

secara utuh, kemudian dipisah tiap huruf hijaiyah beserta harokatnya, dan

(42)

F. Hasil Belajar

Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang

diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Perwujudan

perilaku belajar biasanya dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan

kebiasaan, keterampilan dan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang

biasanya disebut sebagai hasil belajar.

Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi

tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil

belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami

proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”38.

1. Penilaian Hasil Belajar

Tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar,

mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu

tertentu. Hasil belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka atau

tulisan39. Adapun waktu pengambilan nilai sebagai hasil belajar

dibedakan menjadi enam: 1) tes akhir pertemuan; 2) tes akhir pokok

bahasan; 3) tes mingguan; 4) tes tengah catur wulan atau tengah

semester; 5) tes akhir catur wulan atau akhir semester; 6) ujian akhir

pendidikan (satu jenjang pendidikan). Tes hasil belajar tersebut juga

(43)

dibedakan berdasarkan materi yang diukur sesuai dengan nama mata pelajaran, misalnya PAI.

Hasil belajar dapat diperoleh melalui suatu mekanisme tertentu

yang berupa penilaian hasil belajar. Dalam hal ini Nana Sudjana

menjelaskan bahwa40:

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku- tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. Oleh sebab itu dalam penulisan hasil belajar, peran tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,

baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, dan

psikomotoris. Ketiga ranah inilah yang digunakan dalam penilaian hasil

belajar pada kurikulum berbasis kompetensi.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya adalah kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni (a) gerak refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c) kemampuan perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.41

(44)

Penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2004 adalah

penilaian berbasis kompetensi yang berpijak pada konsep belajar tuntas

(Mastery Learning). Pencapaian hasil belajar mencakup aspek kognitif,

afektif, dan psikomotoris. Aspek kognitif dilakukan melalui ulangan

harian dan ujian. Aspek psikomotoris dilakukan melalui ujian praktikum

atau menggunakan penilaian unjuk keija pada pembelajaran berlangsung.

Aspek afektif dilakukan melalui pengamatan pada lembar pengamatan dan kuesioner.

Kualitas hasil belajar dari seorang siswa dapat diketahui setelah

siswa menerima suatu materi pelajaran dari pokok bahasan tertentu.

Sedangkan prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh seorang

siswa setelah mengikuti pendidikan atau latihan tertentu, hal ini bisa

ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu. Jadi

dengan kata lain hasil belajar seorang siswa merupakan bagian dari

prestasi belajarnya.

Sasaran evaluasi hasil belajar pada hakekatnya adalah sama

dengan tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena evaluasi hasil

belajar adalah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan belajar dapat

dicapai. Oleh karena itu maka sasaran evaluasi adalah meliputi semua

tujuan pembelajaran dibagi menjadi (1) Ranah kognitif, (2) Ranah

Afektif dan (3) Ranah psikomotor42.

(45)

Ranah kognitif ini terbagi menjadi dua bagian yaitu: (1)

Kemampuan mengingat informasi, dan (2) kemampuan intelektual.

Kemampuan mengingat informasi merupakan kategori tujuan belajar

yang paling rendah yaitu pengetahuan (knowledge), sedangkan

kemampuan intelektual, secara hirarkis sebagai berikut: (a) kemampuan;

(b) menerapkan; (c) menganganalisis; (d) mensintesis; dan (e)

kemampuan mengevaluasi. Secara rinci sasaran evaluasi ranah kognitif

dapat dijelaskan sebagai berikut43:

a. Kemampuan pengetahuan (knowledge = C l), untuk mengukur hasil

belajar ini guru dapat memulai pertanyaan dengan kata-kata:

operasional, definisikan, tuliskan, sebutkan dan sebagainya.

b. Kemampuan pemahaman (coprehension = C2), untuk mengevaluasi

sasaran ini guru dapat menggunakan kata-kata: bedakan, simpulkan,

berilah contoh, rangkumlah dan sebagainya.

c. Kemampuan menerapkan (application = C3), sasaran ini dapat

dievaluasi dengan menggunakan kata-kata: gunakan teori, konsep,

rumus, dan prinsip-prinsip.

d. Kemampuan menganalisa (analizing = C4), kata-kata yang dapat

digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ini antara lain: uraikan,

membedakan, memisahkan, menjabarkan, dan menurunkan.

e. Kemampuan mensintesis (synthesis = C5), tingkah laku yang

menggambarkan kemampuan mensintesis ini antara lain:

(46)

mengkatagorikan, mengkombinasikan, mengkomposisikan, merakit,

mengkonstruksi, menyunting, dan merevisi,

f. Kemampuan mengevaluasi (evaluation = C6), kata - kata atau

istilah yang menggambarkan kemampuan ini adalah menghargai,

mengkritik, memutuskan, dan menilai hasil karya.

Sasaran evaluasi hasil belajar yang lain adalah ranah afektif

yang berupa nilai dan sikap siswa setelah mengikuti suatu pelajaran.

Berbeda dengan hasil belajar ranah kognitif, maka evaluasi hasil belajar

afektif dapat diukur dengan tes sikap, dimana dalam hal ini tidak ada

jawaban benar maupun salah. Sebagaimana kemampuan kognitif maka

ranah afektif juga terbagi dari beberapa tingkatan yaitu44:

a. Penerimaan (receiving), kata-kata yang mengandung aspek ini

antara lain: memilih, mendeskripsikan, mengikuti, menunjuk,

merespon (responding), aspek atau tingkatan ini dapat diungkap

dengan kata-kata: menjawab, membantu, menghafal, menuliskan,

memilih.

b. Merespon (responding), aspek atau tingkatan ini dapat diungkap

dengan kata - kata: menjawab, membantu, menghafal, menuliskan,

memilih.

c. Menilai (valuting), kata-kata yang mengandung aspek ini antara

lain: melengkapi, menggambarkan, membedakan, memilih, dan

mempelajari.

(47)

d. Organisasi (organization), tingkatan ranah ini dapat diungkap

dengan kata-kata antara lain: mengatur, merubah, melengkapi,

menyimpulkan, menerangkan.

e. Karakterisasi (characterization), kata-kata yang releven dengan

aspek ini antara lain: menerapkan, mengusulkan, mempengaruhi,

mendemonstrasikan, dan menggunakan.

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif akan berdampak

positif pada perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor

ialah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik

kualita maupun kuantitasnya karena sifatnya yang terbuka. Ranah

psikomotik meliputi empat tingkatan yaitu: (1) Gerak tubuh (body

movement) merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan

pada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh; (2) Koordinasi gerak

(finally coordinatif movement) merupakan ketepatan yang

dikoordinasikan yang biasanya berhubungan dengan gerakan mata,

telinga, dan badan; (3) Komunikasi non verbal (non verbal

comunication) merupakan kemampuan komunikasi tanpa kata,

kemampuan menggunakan bahasa isyarat; (4) Perilaku berbicara (spech

behavior) merupakan kemampuan berbicara yang berhubungan dengan

komunikasi secara lisan45.

(48)

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Panimbo 2 Kecamatan

Kedungjati Kabupaten Grobogan khususnya di kelas III, IV dan V pada

semester II Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian dilaksanakan pada tanggal

5 Juni 2009 untuk siklus I, 12 Juni 2009 untuk siklus II, dan pada tanggal 19

Juni 2009 untuk siklus III.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas

III, IV dan V SD Negeri Panimbo 2 Kecamatan Kedungjati Kabupaten

Grobogan dengan jumlah siswa sebanyak 62 orang anak pada semester II

Tahun Pelajaran 2008/2009.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2009 untuk siklus I, 12

Juni 2009 untuk siklus II, dan pada tanggal 19 Juni 2009 untuk siklus III.

Karakteristik siswa memiliki tingkat keaktifan cukup rendah tetapi mereka

memiliki respon dan tanggung jawab yang baik terhadap tugas-tugas yang

diberikan oleh guru. Mereka selalu berusaha membuat tugas-tugasnya sebaik

mungkin dan mengumpulkannya tepat waktu.

(49)

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang

dilaksanakan dalam 3 siklus. Penelitian ini menggunakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah

suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang

dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-

tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek

pembelajaran tersebut dilakukan1. Sedangkan menurut Mukhlis, PTK adalah

suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan

untuk m,emperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan2.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk

memperbaiki/meningkatkann praktek pembelajaran secara kesinambungan,

sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di

kalangan guru.3

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian

tindakan, maka peneliti menggunakan model penelitian tindakan dari

Kemmis dan Taggart4, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus

yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah

pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,

1 Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas, Jakarta, 2003, him 42 2 Mukhlis, Penelitian Tindakan Kelas, Unnes, Semarang, 2003, hlm.3

3 Ibid, him. 5

(50)

pengamatan, dan refleksi. Sabelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan

pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari

tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

</ Putaran 1

Putaran 2

</ Putaran 3

Gambar alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

a. rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat

(51)

b. kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode

pembelajaran, pengajaran terarah melalui kegiatan memahami

secara utuh, memahami lebih jauh dan memahami secara mendalam

sebagaimana tuntutan metode SAS.

c. refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil

atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar

pengamatan yang diisi oleh pengamat.

d. rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan

pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi menjadi tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3

dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur

kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang

diakhiri dengan tes formatif diakhiri masing-masing putaran. Dibuat

dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran

yang telah dilaksanakan.

D. Deskripsi Persiklus

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi : (1)

(52)

setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dapat dijabarkan

dalam uraian berikut:

1. Perencanaan

Kegiatan ini meliputi:

a Peneliti menentukan alternatif peningkatan kemampuan membaca

Al Qur’an melalui metode SAS.

b Peneliti membuat perencanaan yang mengacu kepada pembelajaran

membaca Al Qur’an dengan meminta masukan pada guru lain atau

sumber yang ada.

c Peneliti melakukan simulasi mengembangkan pembelajaran melalui

metode SAS.

d Membuat dan melengkapi alat media pembelajaran,

e Membuat lembar observasi,

f Mendesain alat evaluasi.

2. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan

pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.

3. Observasi

Dalam tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain

observasi oleh peneliti sendiri, peneliti juga meminta rekan guru yang

(53)

Hal ini selain karena peniliti tidak memungkinkan melakukan sendiri, juga untuk menjaga obyektifitas.

4. Refleksi

Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan

dianalisis dalam tahap ini. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru

dapat merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan.

Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat

digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.

Penelitian ini akan dilaksanakan tiga siklus, sehingga pelaksanaan

penelitian tindakan kelas ini benar-benar akan memberikan hasil yang

baik pada peningkatan kemampuan membaca al Qur’an dengan melalui

metode SAS.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Rencana Pembelajaran (RP)

Rencana Pembelajaran Yaitu merupakan pembelajaran yang digunakan

sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.

Masing-masing rencana pembelajaran berisi kompetensi dasar, indikator

pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan

(54)

menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik dapat digambarkan

sebagai berikut:

a. Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan guru melakukan hal-hal sebagai

berikut:

1) . Mempersiapkan ruangan dengan baik

2) . Mempersiapkan alat peraga berupa huruf hijaiyah, rencana

pembalajaran dan tes formatif.

b. Pelaksanaan

1) . Apersepsi

Mengucapkan salam, Guru mengabsen siswa, kemudian dengan

menyuruh salah satu murid untuk membaca sebuah ayat

2) . Kegiatan Inti

- Guru menjelaskan materi, siswa menyimak penjelasan guru

- Guru memperkenalkan ayat secara utuh

- Guru menguraikan ayat setiap kata

- Guru menguraikan ayat setiap huruf dan harakat

- Guru memberi contoh menyambungkan kembali ayat tersebut

- Guru memberi tugas

3) . Kegiatan Akhir

- Memotivasi siswa untuk belajar

(55)

Dilakukan oleh guru dan teman sejawat untuk mengetahui

kekurangan dalam kegiatan pembelajaran

d. Refleksi

Kekurangan dalam setiap siklus dianalisis untuk diperbaiki pada

siklus selanjutnya sehingga tercapai ketuntasan klasikal.

2. Tes Fomatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang

disampaikan.

F. K riteria Penilaian

Untuk mempermudah evaluasi terhadap tingkat kemampuan siswa,

Berdasarkan batas ketuntasan mutlak ada tiga tipe batas ketuntasan dengan

sistem poin 100 yaitu:

Table 3.1

Kriteria Ketuntasan

K riteria Poin Poin Poin

A 90-100 95-100 91-100

B 80-89 85-94 86-90

C 70-79 75-84 81-85

D 60-69 65-74 75-80

(56)

Prosentase dan jumlah kategori menunjukkan tingkat keberhasilan

pembelajaran. Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar

yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk

pelaksanaaan belajar mengajar kurikulum 1994 yaitu seorang siswa telah

tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut

tuntas belajar bila kelas tersebut terdapat 75% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P = Siswa yang tuntas belajar

(57)

A. Hasil Penelitian

1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari pembelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran

yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi.

Sebelum perbaikan siklus I peran guru sangat dominan dengan metode

ceramah menerangkan materi pelajaran, dengan menggunakan metode

pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SASJ dominasi guru menjadi

berkurang, sebab siswa terlibat dalam proses pembelajaian.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 1

dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2009 di kelas III, IV dan V dengan

jumlah siswa 62 orang siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai

guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran yang telah dipersiapkan.

Dalam siklus I pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang

direncanakan difokuskan pada penerapan metode pembelajaran

Struktural Analitik Sintetik (SAS), sebagai upaya meningkatkan

(58)

pemahaman materi membaca Al Qur’an oleh siswa. Maka fokus

penelitian adalah hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan metode

pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS) serta dampaknya terhadap hasil pembelajaran.

Suasana dalam kegiatan belajar mengajar tampak kondusif,

siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru tentang

bagaimana ayat secara utuh, kemudian diurai setiap huruf kemudian

cara menyambung huruf dengan benar.

Selain itu pemberian tugas yang dipadukan menciptakan

keikutsertaan siswa pada proses kegiatan pembelajaran. Siswa tidak

hanya terpaku di bangku sebagai pendengar, tetapi berubah dengan

kegiatan memahami materi dan menyimpulkan materi berdasarkan

soal-soal yang diberikan oleh guru. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Sebagai pengamat adalah guru kelas.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 1

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun hasil siklus I

Gambar

GAMBAR 1 GRAFIK NILAI SIKLUS I
Gambar 1. Bagan Sistem Pengajaran
Tabel 2.1Kriteria Nilai Ketuntasan Belajar
gambar sambil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa pendapatan para supir angkutan sub-urban masih dalam taraf kurang mencukupi kebutuhan rumah tangga sehingga mereka

Immunodeficiency Virus “Kahuripan” di Sukabumi selanjutnya dalam Peraturan Menteri ini disebut PSRSOD HIV “Kahuripan” merupakan unit pelaksana teknis di bidang

Pada Gambar 4.8 (b) target dan keluaran jaringan atau hasil prediksi dianalisis dengan regresi linier sehingga menghasilkan gradien garis terbaik sebesar 0,65 dan koefisien

Berdasarkan latar belakang masalah ini kita coba lakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan usaha perikanan ikan Selais, terutama untuk melihat kehidupan sosial

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa : secara simultan variabel bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi berpengaruh signifikan

Keluaran : Makan minum, ATK, publikasi,cetak,sewa tenda,meja kursi,sound system,honor nara sumber siaran radio,transport peserta,hadiah lomba.

memberikan reward dan punishment terhadap pegawai sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal terhadap masyarakat atau wajib Pajak.Selain permasalahan internal, Badan

Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau