(SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN
KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2009
SKRIPSI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
M U N A W A T I N IM : 11407185
JU R U SA N TARBIYAH
PRO G RAM ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLAM
SEKOLAH T IN G G I A G A M A ISLAM NEGERI (STAIN)
W e b site n ^ v w ^ t a i n s a k n i i a ^ ^ u ^ - m
Yahya, S.Ag
DOSEN STAIN SALATIGA PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 3 Eks
Hal : Naskah Skripsi Saudara Munawati
Kepada
Yth: Ketua STAIN Salatiga Di - Salatiga
ASSALAMUALAIKUM, WR WB
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Munawati NIM : 11 4 0 7 1 8 5
Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam
Judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN
MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN
KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009
Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
W ASSALAMUALAIKUM, WR. WB
Salatiga, 13 Agustus 2009 Pembimbing
NIP. 19700915 200112 1 001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi saudari MUNAWATI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407185 yang beijudul ’ PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) PADA SISWA SD NEGERI 2 PANIMBO KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009” telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 29 Agustus 2009 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Salatiga, 8 Ramadhan 1430 H 29 Agustus 2009
Panitia Ujian
j
L>
I
^
i I
^5\J jJ-J lil I
j Xj»I *
t^lLj
?? . i ,» ✓ /
i ^j iiii3 ^ i^o i; ^if at ^>;
v^r
J
j
1313 ^ ai
H ai orang-orang berim an apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", M aka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", M aka
berdirilah, niscaya Allah akan m eninggikan orang-orang yang berim an di
antaram u dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan
Allah M aha m engetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q. S. Al-Mujaadilah: 11)
“Sapa tekun akekanthen teken bakal tekan ”
(Ki Narto Sabdo)
Terjemahannya:
Barang siapa tekun disertai dengan petunjuk pasti akan tercapai yang
diinginkannya.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Suami dan anak tercinta, yang selalu membimbing, mendo'akan dan
memberikan segalanya baik moral m aupun spritual bagi kelancaran
studyku, semoga Allah mengabulkan harapannya.
2.
Rekan-rekan mahasiswa Tarbiyah STAIN Salatiga, terima kasih atas
kekompakannya
3.
Rekan-rekan guru di SD N 2 Panimbo Kec. Kedungjati, yang
senantiasa memberi dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan
studi
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu
persyaratan guna meraih gelar Strata Satu (S-l) dalam Program Ilmu Tarbiyah.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak, penulis tidak akan mampu berbuat banyak dalam penyelesaian
skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan
bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.
3. Bapak Kepala SD N 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan
yang telah memberi kesempatan kepada penulis menyelesaikan studi
4. Rekan-rekan mahasiswa STAIN Salatiga, yang telah memberikan dorongan
kepada penulis.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat
ganda. Amin.
yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa
senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan
bagi pembaca pada umumnya.
Amin - aminyarobbal ‘alamin
Salatiga, Agustus 2009 Penulis
NOTA PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN... Iii MOTTO... iv
PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Definisi Istilah... 5
E. Kegunaan Penelitian ... 6
F. Hipotesis... 7
BABU KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya ... 8
B. Prestasi Belajar... 19
C. Metode Mengajar... 21
D. Membaca al Qur'an... 23
E. Metode SAS... 26
C. Prosedur Penelitian... 38
D. Deskripsi Per Siklus... 40
E. Instrumen Penelitian... 42
F. Kriteria Penilaian... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 46
B. Pembahasan... 61
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 66
B. Saran... 66
DAFTAR PUSTAKA... 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TABEL
TABEL
TABEL
TABEL
TABEL
TABEL
I NILAI SETELAH SIKLUS I
II HASIL EVALUASI SIKLUS I
III NILAI SETELAH SIKLUS II
IV HASIL EVALUASI SETELAH SIKLUS II
V NILAI SETELAH SIKLUS III
VI HASIL EVALUASI SIKLUS III
GAMBAR 1
GAMBAR 2
GAMBAR 3
GRAFIK NILAI SIKLUS I
GRAFIK NILAI SIKLUS II
GRAFIK NILAI SIKLUS III
A. L atar Belakang Masalah
al Qur'an sebagai kalam Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia itu
memiliki keistimewaan terutama pada susunan bahasanya yang unik dan
kandungan maknanya yang mendalam.
al Qur'an merupakan mukjizat yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW membacanya adalah ibadah1. Keutamaan mukjizat al Qur'an
bukan hanya ditujukan kepada bangsa arab, namun al Qur’an dengan keutamaan
mukjizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh alam2.
Maka dari itu mempelajari al Qur'an merupakan kewajiban mutlak bagi
setiap yang beragama Islam, sebab sebagian besar ajaran Islam bersumber dari al
Qur’an, bahkan al Qur'an itu sendiri merupakan induk atau pusatnya segala ilmu
pengetahuan yang berisi tentang hukum-hukum dan aqidah.
al Qur'an sebagai tata kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk, Ia
merupakan tanda kebenaran Rasulullah SAW, disamping itu merupakan bukti
yang jelas atas kenabian dan kerasulannya. Selain itu ia juga sebagai hujjah yang
akan tetap tegak sampai pada hari kiamat3.
Berkaitan dengan masalah tersebut, pendidikan agama Islam dan
membaca al Qur'an di sekolah dasar tidak kalah pentingnya, disamping siswa
1 Al Qur’an dan Terjemahnya, Sejarah A l Qur'an, Departemen Agama, Jakarta, 1991, him. 23 2 Akhmad Syadali, Ulumul Q ur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2000, him. 10
3 Syeh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur'an, Pustaka Amani, Jakarta, 1981, him. 3-4
diharapkan menjadi anak yang berbudi pekerti yang baik, rajin beribadah dan kuat
imannya. Apalagi menghadapi keluhan dari pihak orang tua atau wali murid yang
mengatakan bahwa murid-murid tamatan sekolah dasar banyak yang belum dapat
membaca dan menulis huruf al Qur’an. Sehingga dengan memberikan perhatian
pada pembelajaran membaca al Qur'an diharapkan murid-murid sekolah dasar
dapat membaca dan menulis huruf al Qur'an sebagai penghayatan terhadap
sumber agama Islam yaitu al Qur'an.
Bagi murid-murid tamatan sekolah dasar yang akan melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP) diharapkan sudah mampu membaca dan
menulis huruf al Qur'an sehingga tidak menyulitkan bagi guru agama yang
mengajar pada tingkat tersebut. Demikian pula pada tingkat selanjutnya4.
Berdasarkan kurikulum Sekolah Dasar (SD) tahun 1975 yang telah
dibakukan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal
17 Januari 1975 No. 008C/U/1975 dan Keputusan Menteri Agama tanggal 31
Oktober 1974 pada bidang studi pendidikan agama Islam terdapat tujuan
instruktional umum antara lain ditetapkan bahwa murid lulusan Sekolah Dasar
harus mampu membaca al Qur'an dengan baik5.
Namun kenyataannya tidak seperti yang kita harapkan ternyata
pembelajaran membaca dan menulis huruf al Qur'an tingkat Sekolah Dasar ini
kurang menarik dan para siswa mengalami kesulitan, maka dengan demikian
pembelajaran ini kurang efektif.
4 H.MT. Fatahudin, Pedoman M embaca dan M enulis H uruf A l Qur'an, CV. Serajaya, Jakarta, 1981, him. 1
Berdasarkan pengamatan, kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran
membaca dan menulis huruf al Qur’an tersebut lebih disebabkan oleh faktor guru
dalam menggunakan metode yang kurang tepat, dalam hal ini guru masih
menggunakan metode tradisional. Penggunaan metode ceramah selama ini lebih
dominant dalam pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi yang
disampaikan.
Penggunaan metode Struktutal Analitik Sintetik (SAS) merupakan upaya
guru dalam memudahkan siswa memahami cara membaca al Qur’an dengan
memahami struktur yang utuh, diuraikan per huruf dan harakatnya serta
bagaimana huruf hijaiyah tersebut menjadi kesatuan ayat. Metode ini merupakan
upaya agar siswa memahami cara membaca dengan benar setelah diuraikan
sekaligus mampu menuliskannya dengan benar. Kebanyakan guru belum
menerapkan metode ini, padahal seiring dengan perkembangan zaman jumlah
siswa yang mampu membaca al Qur'an semakin menurun, karena banyaknya
pengaruh media yang menyebabkan mereka tidak ikut dalam kegiatan di TPA/
TPQ.
Hal diatas menjadi dorongan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian
ini. Dengan demikian penelitian ini merupakan upaya untuk mengatasi kesulitan
dan ketidakberhasilan dalam pembelajaran membaca dan menulis huruf al Qur'an
yaitu dengan cara melalui metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), dengan cara
pengenalan dan pengamatan lebih jauh (analitik) sampai bagian-bagian kemudian
pengenalan dan pengamatan mendalam (sintetik) sehingga dapat memahami.6
B. Rumusan M asalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana guru dapat mengoptimalkan penggunaan metode S AS untuk
mempermudah siswa untuk membaca al Qur’an?
2. Apakah dengan melalui metode SAS mampu meningkatkan kemampuan
membaca al Qur'an siswa SD Negeri 2 Panimbo?
3. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
melalui metode SAS?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan metode SAS dalam pembelajaran membaca al
Qur'an siswa SD Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten
Grobogan tahun pelajaran 2009/2010.
2. Untuk mengatahui dampak penerapan metode SAS terhadap peningkatan
kemampuan siswa membaca al Qur’an siswa SD Negeri 2 Panimbo
Kecamata Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2009-2010.
3. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan melalui metode S AS.
D. Definisi Istilah
1. Peningkatan
Peningkatan berasal dari kata tingkat yang artinya lapis dari
sesuatu yang bersusun atau berlenggek-lenggek seperti lantai yang
berketinggian, lenggak rumah, tutupan pada tangga, jenjang, tingkatan:
tinggi rendah martabat, kadudukan, jabatan, kemajuan, peradaban dan
sebagainya7.
2. Kemampuan
Mampu adalah kuasa atau sanggup melakukan sesuatu, dapat,
berada, kaya8.
3. Membaca
Membaca yaitu memperhatikan, melihat, mendengarkan dan
mengucapkan secara terus menerus untuk memperbaharui pengetahuan
dan ketrampilan9.
4. al Qur’an
Qur’an menurut bahasa berarti bacaan. Menurut istilah: al Qur'an
adalah Kalam Allah yang bernilai mu’jizat yang diturunkan kepada
pungkasan (penutup) para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat
Jibril yang tertulis pada mashahif, diriwayatkan kepada kita dengan
7 Novianto HP, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surakarta, 1999, him 538 8 Ibid, him. 344
mutawatir, membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat al
fatikah dan ditutup dengan surat An Nas10.
5. Metode
Metode berasal dari kata metodos yang artinya jalan atau cara.
Metode berarti cara keija yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan11.
6. Pengertian SAS (Struktural Analitik Sintetik)
Metode SAS adalah cara mengajarkan membaca al Qur’an,
mula-mula dari susunan yang lengkap atau global, kemudian dipisah
kata demi kata, huruf demi huruf kemudian dipadukan kembali12.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
b. Untuk menambah wawasan, terutama dalam penerapan ilmu yang
diperoleh secara teoritis di bangku kuliah ke dalam praktek nyata di
lapangan.
c. Dapat memperoleh pengalaman secara langsung dan menggali
pengetahuan yang berkaitan dengan belajar membaca al Qur'an
2. Bagi Guru Agama Islam
a. Menambah pengetahuan yang berkaitan dengan teknik-teknik belajar
membaca al Qur'an.
10 Syekh Muhammad Ali Ash Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur 'an, Jakarta, Pustaka Amani, him. 3 11 Depag RI, opcit, him. 19
b. Memberikan masukan yang dapat digunakan untuk bahan pertimbangan
dalam mengembangkan kajian tindakan kelas.
3. Bagi masyarakat umum
b. Memberikan informasi yang benar tentang hambatan teknik dan metode
yang tepat untuk membaca al Qur'an.
c. Mengetahui pentingnya pelajaran membaca al Qur'an pada anak-anak SD.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam tindakan
penelitian ini dapat dirumuskan ’’bahwa dengan menerapkan metode SAS
dalam pembelajaran membaca al Qur’an maka akan meningkatan
kemampuan siswa dalam membaca al Qur'an pada siswa SD Negeri 2
A. Belajar, Proses Belajar Mengajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Belajar
1. Belajar
Pada hakekatnya belajar adalah hasil dari proses interaksi
antara individu dengan lingkungan sekitar. Belajar dilakukan melalui
berbagai kegiatan seperti mengalami, mengeijakan, memahami, dan
sebagainya. Sehingga berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa.
Maka pemahaman yang benar mengenai belajar mutlak diperlukan
oleh pendidik.
Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi dalam lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan
dan dan nilai sikap. Perubahan bersifat relatif konstan dan berbekas1.
Menurut Oemar Hamalik, ’’Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”2.
Menurut Slameto, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”3.
1 Budiningsih, Belajar dan Mengajar, Jakarta, Graha Ilmu, 2002, him. 7 2 Oemar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Bina Cipta, 2003, him. 14
3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, 1998, hlm.18
Sedangkan menurut A. Suhaenah Supamo, ’’Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya”4.
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan
mengadakan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Menurut Rogers dalam Dalyono
belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan
ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar tersebut5. Suradi
dalam Sardinian juga menyatakan bahwa salah satu ciri terjadinya
proses belajar adalah ditandai dengan adanya aktivitas siswa6. Jadi
suatu siswa dikatakan telah mengalami belajar jika siswa tersebut ikut
terlibat secara langsung atau mengalami sendiri proses pembelajaran
sehingga dalam diri siswa tersebut terjadi perubahan baik dalam hal
penambahan pengetahuan, keterampilan maupun terjadi perubahan
tingkah laku ataupun sikap.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungan yang relatif menetap.
Aktivitas siswa dalam belajar tidak cukup hanya mendengarkan
dan mencatat seperti yang lazim terjadi dalam pembelajaran pada
umumnya. Aktivitas tersebut hendaknya mencakup aktivitas yang
bersifat fisik atau jasmani maupun mental atau rohani. Diedrich dalam
4 Ibid, him. 2
menyatakan ada 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat
digolongkan sebagai berikut7:
a Vism l activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekeijaan orang
lain.
b Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi dan interupsi.
c Listening activities, sebagai contoh adalah mendengarkan uraian,
percakapan, diskusi dan interupsi.
d Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket
dan menyalin.
e Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta
dan diagram.
f Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan
percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun dan beternak.
g Mental activities, sebagai contoh misalnya mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil
keputusan.
h Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, gembira,
bersemangat, berani, tenang dan gugup.
Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar dengan berbagai
aktivitas seperti diuraikan di atas, akan menciptakan suasana belajar
yang tidak membosankan dan kegiatan belajar mengajar akan beijalan
maksimal.
2. Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang
menunjukkan bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar, yang
umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang
baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa8. Tujuan belajar sangat
penting dalam sistem pembelajaran, karena semua komponen yang
ada dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian
tujuan belajar. Jadi tujuan belajar adalah suatu komponen sistem
pembelajaran yang menunjukkan hasil belajar siswa tercipta setelah
melakukan kegiatan belajar.
Tujuan belajar secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu: 1) Tujuan instruksional (instructional effects),
biasanya berbentuk ketrampiian dan pengetahuan; 2) Tujuan pengiring
(nurturant effects), merupakan hasil sampingan belajar, misalnya
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka.
3. Proses belajar mengajar
Belajar merupakan suatu proses dimana siswa dengan
kemampuan awal yang dimilikinya, akan mengikuti kegiatan belajar
8 Oemar Hamalik, opcit, him. 73
mengajar sehingga didapatkan kemampuan akhir yang lebih baik atau
tercapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang optimal diperlukan komponen-komponen PBM yang berupa
sarana dan prasarana, guru, kurikulum dan lingkungan yang memadai
dan mendukung. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan sebuah
proses belajar mengajar diperlukan program evaluasi yang terstruktur
dan terencana.
Rianto (2004) menggambarkan bagan sistem pengajaran sebagai
berikut:9
Gambar 1. Bagan Sistem Pengajaran
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas
yaitu hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkat pencapaian siswa
terhadap tujuan yang telah ditetapkan disetiap mata pelajaran dalam
waktu tertentu10. Keberhasilan seseorang dalam mempelajari sesuatu
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Slameto faktor-faktor
tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di
luar individu11,
a. Faktor intern
1) Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu,
selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah
pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah
ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.
2) Intelegensi dan bakat
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui
atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Bakat merupakan
kemampuan untuk belajar. Seperti juga intelegensi, bakat juga
mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari
siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya juga akan
lebih baik.
3) Minat dan motivasi
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan
yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang
disertai dengan rasa senang. Bahan pelajaran yang menarik
minat belajar siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan
karena minat menambah kegiatan belajar.
Motivasi adalah penggerak atau dorongan untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Menurut Nasution motivasi dapat berasal dari dalam
diri (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi
ekstrinsik) . Motivasi bukan saja penting karena menjadi
faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan
hasil belajar. Oleh karena itu guru diharapkan mengetahui
kapan siswa perlu dimotivasi dan bentuk motivasi yang harus
diberikan agar proses pembelajaran beijalan lancar dan
berhasil optimal.
Sardinian menyebutkan ada sebelas bentuk dan cara
untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di
sekolah yaitu memberi angka, hadiah, saingan atau kompetisi,
ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian,
hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui13.
4) Kematangan dan kesiapan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap
untuk melaksanakan kecakapan baru. Kesiapan adalah
kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kematangan
dan kesiapan siswa untuk mempelajari sesuatu yang baru akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut,
b. Faktor ekstern
1). Keluarga
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya bagi
keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Keadaan ekonomi
keluarga, cara orang tua mendidik, hubungan anak dengan
orang tua, suasana rumah dan latar belakang budaya
(pendidikan orang tua) akan ikut menentukan keberhasilan
belajar siswa.
2) . Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut berpengaruh pada
tingkat keberhasilan belajar. Kondisi sekolah, metode
mengajar guru, kurikulum, tata tertib sekolah, serta hubungan
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa akan
mempengaruhi motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar
pun terpengaruh.
3) . Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu teijadi
karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang berupa
kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul
dan bentuk kehidupan masyarakat.
5. Belajar Tuntas
Salah satu orientasi penilaian tindakan kelas adalah ketuntasan
belajar. Ketuntasan belajar merupakan pencapaian hasil belajar yang
ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang
memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat
penguasaan kompetensi lebih lanjut14 Tujuan proses belajar mengajar
secara ideal adalah bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh
murid, yang biasa disebut “mastery learning’’ atau belajar tuntas yang
berarti penguasaan penuh.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana berpendapat bahwa ’’Belajar tuntas merupakan proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa”. Belajar tuntas merupakan pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan strategi kelompok (group based approach) 15.
Ciri-ciri belajar tuntas adalah a) Pengajaran didasarkan atas
tujuan-tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu; b) Memperhatikan
perbedaan individu, terutama dalam hal kemampuan dan kecepatan
belajarnya; c) Evaluasi dilakukan secara kontinu agar guru maupun
siswa dapat segera memperoleh balikan.16
Norman E. Gronlund dalam Sardinian mengemukakan bahwa
“Batas ketuntasan hasil belajar sebaiknya menggambarkan tingkat
pembelajaran yang obyektif dari hasil penilaian dan disesuaikan dengan
batas ketuntasan yang ditetapkan sekolah”. Berdasarkan batas
ketuntasan mutlak ada tiga tipe batas ketuntasan dengan sistem poin 100
yaitu:17
15 Nasution, opcit, him. 86 16 Ibid, him. 87
Tabel 2.1
Kriteria Nilai Ketuntasan Belajar
K riteria P oin Poin Poin
A 90-100 95-100 91-100
B 80-89 85-94 86-90
C 70-79 75-84 81-85
D 60-69 65-74 75-80
E < 60 < 6 5 < 7 5
Sesuai dengan ketentuan dalam KBK, siswa tuntas belajar, bila
telah 75% menguasai kompetensi atau sekurang-kurangnya harus
mencapai skor minimal 75. Namun demikian, batas ketuntasan yang
ditetapkan di sekolah-sekolah belum sesuai dengan harapan yang
ditetapkan pemerintah karena masih banyak masalah-masalah yang
harus dipertimbangkan dalam menetapkan batas ketuntasan 75%,
masalah-masalah tersebut seperti masalah belajar siswa di kelas, strategi
pembelajaran dikelas, alat bantu, media, sumber belajar, sistem
asessment dan evaluasi proses. Sehingga setiap sekolah menetapkan
batas ketuntasan belajar yang berbeda-beda, kurang dari 75% dari
Standar Ketuntasan Batas Minimum (SKBM) yang ditetapkan oleh
6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ketuntasan Belajar
Dalam belajar tuntas terdiri dari beberapa faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor
yang mempengaruhi ketuntasan belajar antara lain: a) Bakat siswa, hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara
bakat dengan hasil belajar; b) mutu pengajaran, pengajaran yang
bermutu dilaksanakan dengan menerapkan metode mengajar yang
disesuaikan dengan perbedaan individual; c) kesanggupan untuk
menguasai pengajaran; kemampuan ini berkaitan erat dengan
kemampuan menanggapi rangsang yang timbul dari lingkungan dan
dengan sistem keija fungsi kognitif yang mencakup taraf intelegensi,
daya kreativitas, bakat khusus, gaya belajar, dan daya fantasi d)
ketekunan, ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul
dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif
dan efisien serta pengembangan sikap dan minat yang diwujudkan
dalam setiap langkah instruksional e) waktu yang tersedia untuk belajar,
faktor waktu sangat esensial untuk menguasai bahan pelajaran tertentu
sepenuhnya.18
B. Prestasi Belajar
Semua bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu, pada akhirnya selalu ingin diketahui hasilnya. Hasil dari kegiatan
belajar dimaksud sebagai prestasi belajar.
Dalam lcamus bahasa Indonesia disebutkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi. Prestasi
dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari proses belajar mengajar di kelas
serta merupakan perwujudan dari kemampuan diri yang optimal setelah
menerima pelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Sudjana19
Prestasi belajar juga dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana
efektivitas proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Hasil belajar
memuat kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar. Pengalaman belajar adalah semua kegiatan fisik dan mental yang
dialami siswa selama proses belajar mengajar.
Prestasi belajar merupakan tingkat hasil belajar yang dicapai oleh
siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Prestasi belajar mempunyai berbagai
fungsi, diantaranya sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai atau diserap oleh anak didik dan sebagai bahan
informasi dalam inovasi pendidikan atau sebagai timbal balik bagi kemajuan
mutu pendidikan.
Arifin mengemukakan fungsi utama prestasi belajar adalah: 1)
prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai oleh peserta didik; 2) sebagai lambang pemuasan hasrat ingin
tahu; 3) sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan; 4) sebagai
indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan dan 5) prestasi
belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak
didik20.
C. Metode M engajar
Kegiatan belajar mengajar di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain siswa, guru, metode mengajar, sarana dan prasarana. Guru
sebagai salah satu faktor tersebut merupakan salah satu pihak yang
bertanggung jawab terhadap pembelajaran di kelas. Guru harus mampu
menciptakan lingkungan yang memungkinkan teijadinya proses belajar,
sehingga tujuan belajar dapat dicapai.
Setiap proses belajar mengajar menuntut suatu strategi tertentu
dimana di dalamnya terdapat perencanaan prosedur dan langkah-langkah
yang harus ditempuh guna mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Langkah-langkah yang harus ditempuh tersebut disebut sebagai metode.
Metode secara umum dapat diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan
atau cara melakukan pekeijaan dengan menggunakan fakta dan
konsep secara sistematis. Metode berlaku baik bagi guru sebagai metode
mengajar maupun bagi siswa sebagai metode belajar.
Metode mengajar terdiri dari dua kata, yaitu metode dan mengajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud, sedangkan mengajar adalah memberi pelajaran. Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikirkan baik-baik untuk memberikan pelajaran21.
Menurut Slameto dalam Hamalik strategi adalah suatu rencana
tentang cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi (pengajaran). Pengertian
strategi terkandung metode belajar mengajar, yaitu cara atau jalan untuk
mencapai tujuan pengajaran, dan juga teknik mengajar yaitu pemakaian alat-
alat bantu mengajar dan cara menggunakan metode mengajar yang relevan
atau sesuai dengan tujuan agar dapat mendorong siswa belajar optimal22.
Hamalik menyatakan bahwa secara teoritis metode pengajaran
dibagi menjadi dua yaitu metode dalam kelas dan metode luar kelas.
Metode dalam kelas terdiri dari metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
pemberian tugas, resitasi, demonstrasi, eksperimen, sosiodrama dan bermain
peran, bekeija dalam kelompok, proyek, problem solving dan psikodrama.
Metode luar kelas terdiri dari metode karya wisata, survey, pengabdian
masyarakat, berkemah, keija pengalaman dan proyek23.
Pemilihan metode mengajar perlu memperhatikan beberapa hal yang
dapat mempengaruhi cocok atau tidaknya suatu metode digunakan dalam
belajar mengajar. Slameto, menyatakan bahwa pemilihan metode mengajar
21 Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1999, him. 652 22 Oemar Hamalik, opcit, him. 89
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) tujuan pengajaran, yaitu
tingkah laku yang diharapkan dapat ditampakkan siswa setelah proses
belajar mengajar; 2) materi pengajaran, yaitu bahan yang disajikan dalam
pengajaran; 3) besar kelas (jumlah siswa), yaitu banyaknya siswa yang
mengikuti pelajaran dalam kelas yang bersangkutan; 4) kemampuan siswa
untuk menangkap dan mengembangkan bahan pelajaran yang yang
diajarkan; 5) kemampuan guru dalam menggunakan berbagai jenis metode
pengajaran; 6) fasilitas yang tersedia dan 7) waktu yang tersedia24.
Keberhasilan seorang guru menggunakan metode mengajar
ditentukan oleh beberapa hal diantaranya yaitu pokok bahasan yang akan
disampaikan, keadaan siswa, fasilitas sekolah dan kesiapan guru itu sendiri,
sehingga seorang guru harus berusaha keras untuk memilih dan
mengkombinasikan metode-metode mengajar tersebut agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Seperti diungkapkan oleh Surakhmad yang
dikutip dari Djamarah dan Zain pemilihan dan penentuan metode
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu anak didik, tujuan, situasi, fasilitas,
dan guru25.
D. Membaca Al Q u r’an
Secara etimologi merupakan mashdar (kata benda) dari kata keija
Qara- ’a ('j*) yang bermakna Talaa (^j) [keduanya berarti: membaca atau bermakna Jam a’a (mengumpulkan, mengoleksi)26. Atau dapat dikatakan
(Yakni: Talaa) maka ia adalah kata benda yang semakna dengan Ism M afuul,,
artinya M atluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jam a'a) maka ia adalah kata benda dan Ism F aa'il, artinya Ja a m i’ (Pengumpul,
Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-
hukum27.
Secara terminologi (syari’at) Al Qur’an adalah Kalam Allah ta’ala yang
diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad SAW, diawali
dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas28. Allah ta’ala
berfirman dalam QS Al Isra’ ayat 106
Artinya:
"Dan A l Quran itu Telah kam i turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada m anusia dan kam i menurunkannya
bagian dem i bagian. "29
Dan firman-Nya dalam Surat Y usuf ayat 2
Artinya:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Q ur ‘an dengan berbahasa Arab,
agar kamu memahaminya. “30
27 Ibid, him. 12 28 Ibid, him. 14
Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dan upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Allah telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya, “Sesungguhya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.”31
perkuat hatim u dengannya dan Kami membacanya secara tartil.
Setelah mampu membaca Al Qur’an hendaknya dibarengi dengan
kemampuan memahami ayat-ayat yang terkandung didalamnya. Upaya
yang dapat dilakukan dalam memahami ayat adalah sebagai berikut: (Q.S
Al Furqaan:32)
1. M em aham i ay at dengan ay at
Menafsirkan satu ayat Qur’an dengan ayat Qur’an yang lain,
adalah jenis penafsiran yang paling tinggi. Karena ada sebagian ayat
Qur’an itu yang menafsirkan (baca, menerangkan) makna ayat-ayat
yang lain.
2. M em aham i syat A l-Q u r’an dengan H ad its Shahlh
Menafsirkan ayat A l-Q ur’an dengan hadits shahih sangatlah
urgen, bahkan harus. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wasalam. Tidak lain supaya diterangkan
maksudnya kepada semua manusia. Firman-Nya : “...Dan Kami turunkan Qur an kepadamu (M uhammad) supaya kamu terangkan
kepada umat m anusia apa yang telah diturunkan kepada m ereka agar
m ereka pikirkan. ”34
3. M em aham i ay at dengan pem ah am an sah a b a t
Merujuk kepada penafsiran para sahabat terhadap ayat-ayat Qur’an seperti Ibnu Abbas dan Ibnu M as’ud sangatlah penting sekali untuk mengetahui maksud suatu ayat. Karena, di samping senantiasa
menyertai Rasulullah, mereka juga belajar langsung dari beliau.
4. H a ru s m engetahui g ra m a tik a B ahasa A rab
Tidak diragukan lagi, untuk bisa memahami dan menafsiri ayat-
ayat Q ur’an, mengetahui gramatika bahasa Arab sangatlah urgen.
Karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab.
Tanpa mengetahui bahasa Arab, tak mungkin bisa memahami
makna ayat-ayat Qur’an. Sebagai contoh ayat:
Makna istawaa ini banyak diperselisihkan. Kaum M u’tazilah
mengartikannya menguasai dengan paksa. Ini jelas penafsiran yang
salah. Tidak sesuai dengan bahasa Arab. Yang benar, menurut pendapat
ahli sunnah wal jam aah, istawaa artinya 'ala w a irtafa ’a (meninggi dan
naik). Karena Allah mensifati dirinya dengan A l- 'Ali (Maha Tinggi).
Anehnya, banyak orang penganut faham M u’tazilah yang
menafsiri lafadz istawa dengan istaula. Pemaknaan seperti ini banyak
tersebar di dalam kitab-kitab tafsir, tauhid, dan ucapan-ucapan orang.
M ereka jelas mengingkari ke-Maha Tinggian Allah yang jelas-jelas
tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits shahih, perkataan
para sahabat dan para tabi’in, M ereka mengingkari bahasa Arab di mana
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa itu. Ibnu Qayyim berkata, Allah
memerintahkan orang-orang Yahudi supaya mengucapkan “h itthotun”
(bebaskan kami dari dosa), tapi mereka pelesetkan atau rubah menjadi
“hinthotun” (biji gandum). Ini sama dengan kaum M u’tazilah yang
mengartikan istawa dengan arti istaula
5. Memahami Nash Al-Qur’an dengan Asbabun Nuzul
Mengetahui sababun nuzul (peristiwa yang melatari tumnnya ayat) sangat membantu sekali dalam memahami Al-Qur’an dengan benar.
E. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah- langkah berlandaskan operasional dengan urutan: Struktural menampilkan
keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan
penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula. Landasan
linguistiknya bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode
ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri.
Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi dan pengalaman
anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu masalah. Landasan
psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas) dan
bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu)35.
Prosedur penggunaan Metode SAS36:
1. Mula membaca permulaan dijadikan dua bagian
Bagian pertama membaca permulaan tanpa buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar
sebagai kontak permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar
diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.
4. Membaca kalimat secara struktural
5. Membaca permulaan dengan buku
6. Membaca lanjutan
7. Membaca dalam hati
Segi baiknya adalah:
a. Metode ini dapat menjadi landasan berpikir analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak
mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada
kesempatan berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak,
menguasai bacaan dengan lancar.
Segi lemahnya adalah:37
1. Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan
terampil serta sabar. Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar
untuk kondisi pengajar saat ini.
2. Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini
untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar.
3. Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak
di pedesaan
4. Oleh karena agak sukar menganjurkan para pengajar metode SAS maka
di sana-sini Metode ini tidak dilaksanakan.
37
Teknik pelaksanaan metode SAS ialah keterampian memilih kata
kartu kata dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata,
kata, pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-nempelkan kata
kata yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga
semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan
yang paling mengutipnya sebagai ketrampilan menulis. Media lain selain
papan tulis, papan panel, papan tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga
digunakan.
Pembelajaran menggunakan Metode SAS (Struktural-Analitik-
Sintetik), merupakan metode terbaru dalam bidang pengajaran, dilengkapi
dengan pendekatan GLOBAL (Gestald Psychologie), sehingga
menghasilkan kemampuan belajar yang sangat fantastis (quantum). Ini
merupakan penyempurnaan dari Edisi Internasional System 200 Menit yang
telah diujicobakan dan dibuktikan keberhasilannya di Asia maupun di dunia
internasional. Disusun oleh pakar bahasa Arab yang telah menerima banyak
penghargaan di antaranya dari Menteri Agama RI tahun 1995, predikat
Kategori Pembina Tilawatil Qur'an dan penghargaan Mitra Karya Bakti
Pertiwi dari Presiden RI tahun 1996.
Dalam pembelajaran membaca Al Qur’an di kelas IV penerapan
metode SAS dilaksanakan dengan menunjukkan siswa pada ayat yang utuh,
menguraikannya dan menyambungnya hingga menjadi ayat yang utuh
Diuraikan per kata
Diuraikan per huruf —
H
jll
?K jl'
*• f i / c
Disambungkan ?j?-jl' <>«*■ j l '
Utuh
Diuraikan per kata
Diuraikan per huruf
>
. j l d UJI Li j jl iuaJl
Disambungkan
,
jjul
UJl <
L
_
i
j
A i \ 'a\
l
l
Ayat 1 dan 2 surat Al Fatihah tersebut pertama ditunjukkan pada siswa
secara utuh, kemudian dipisah tiap huruf hijaiyah beserta harokatnya, dan
F. Hasil Belajar
Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang
diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Perwujudan
perilaku belajar biasanya dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan
kebiasaan, keterampilan dan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang
biasanya disebut sebagai hasil belajar.
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi
tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil
belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami
proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”38.
1. Penilaian Hasil Belajar
Tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar,
mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu
tertentu. Hasil belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka atau
tulisan39. Adapun waktu pengambilan nilai sebagai hasil belajar
dibedakan menjadi enam: 1) tes akhir pertemuan; 2) tes akhir pokok
bahasan; 3) tes mingguan; 4) tes tengah catur wulan atau tengah
semester; 5) tes akhir catur wulan atau akhir semester; 6) ujian akhir
pendidikan (satu jenjang pendidikan). Tes hasil belajar tersebut juga
dibedakan berdasarkan materi yang diukur sesuai dengan nama mata pelajaran, misalnya PAI.
Hasil belajar dapat diperoleh melalui suatu mekanisme tertentu
yang berupa penilaian hasil belajar. Dalam hal ini Nana Sudjana
menjelaskan bahwa40:
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku- tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. Oleh sebab itu dalam penulisan hasil belajar, peran tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, dan
psikomotoris. Ketiga ranah inilah yang digunakan dalam penilaian hasil
belajar pada kurikulum berbasis kompetensi.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya adalah kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni (a) gerak refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c) kemampuan perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.41
Penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2004 adalah
penilaian berbasis kompetensi yang berpijak pada konsep belajar tuntas
(Mastery Learning). Pencapaian hasil belajar mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotoris. Aspek kognitif dilakukan melalui ulangan
harian dan ujian. Aspek psikomotoris dilakukan melalui ujian praktikum
atau menggunakan penilaian unjuk keija pada pembelajaran berlangsung.
Aspek afektif dilakukan melalui pengamatan pada lembar pengamatan dan kuesioner.
Kualitas hasil belajar dari seorang siswa dapat diketahui setelah
siswa menerima suatu materi pelajaran dari pokok bahasan tertentu.
Sedangkan prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh seorang
siswa setelah mengikuti pendidikan atau latihan tertentu, hal ini bisa
ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu. Jadi
dengan kata lain hasil belajar seorang siswa merupakan bagian dari
prestasi belajarnya.
Sasaran evaluasi hasil belajar pada hakekatnya adalah sama
dengan tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena evaluasi hasil
belajar adalah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan belajar dapat
dicapai. Oleh karena itu maka sasaran evaluasi adalah meliputi semua
tujuan pembelajaran dibagi menjadi (1) Ranah kognitif, (2) Ranah
Afektif dan (3) Ranah psikomotor42.
Ranah kognitif ini terbagi menjadi dua bagian yaitu: (1)
Kemampuan mengingat informasi, dan (2) kemampuan intelektual.
Kemampuan mengingat informasi merupakan kategori tujuan belajar
yang paling rendah yaitu pengetahuan (knowledge), sedangkan
kemampuan intelektual, secara hirarkis sebagai berikut: (a) kemampuan;
(b) menerapkan; (c) menganganalisis; (d) mensintesis; dan (e)
kemampuan mengevaluasi. Secara rinci sasaran evaluasi ranah kognitif
dapat dijelaskan sebagai berikut43:
a. Kemampuan pengetahuan (knowledge = C l), untuk mengukur hasil
belajar ini guru dapat memulai pertanyaan dengan kata-kata:
operasional, definisikan, tuliskan, sebutkan dan sebagainya.
b. Kemampuan pemahaman (coprehension = C2), untuk mengevaluasi
sasaran ini guru dapat menggunakan kata-kata: bedakan, simpulkan,
berilah contoh, rangkumlah dan sebagainya.
c. Kemampuan menerapkan (application = C3), sasaran ini dapat
dievaluasi dengan menggunakan kata-kata: gunakan teori, konsep,
rumus, dan prinsip-prinsip.
d. Kemampuan menganalisa (analizing = C4), kata-kata yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ini antara lain: uraikan,
membedakan, memisahkan, menjabarkan, dan menurunkan.
e. Kemampuan mensintesis (synthesis = C5), tingkah laku yang
menggambarkan kemampuan mensintesis ini antara lain:
mengkatagorikan, mengkombinasikan, mengkomposisikan, merakit,
mengkonstruksi, menyunting, dan merevisi,
f. Kemampuan mengevaluasi (evaluation = C6), kata - kata atau
istilah yang menggambarkan kemampuan ini adalah menghargai,
mengkritik, memutuskan, dan menilai hasil karya.
Sasaran evaluasi hasil belajar yang lain adalah ranah afektif
yang berupa nilai dan sikap siswa setelah mengikuti suatu pelajaran.
Berbeda dengan hasil belajar ranah kognitif, maka evaluasi hasil belajar
afektif dapat diukur dengan tes sikap, dimana dalam hal ini tidak ada
jawaban benar maupun salah. Sebagaimana kemampuan kognitif maka
ranah afektif juga terbagi dari beberapa tingkatan yaitu44:
a. Penerimaan (receiving), kata-kata yang mengandung aspek ini
antara lain: memilih, mendeskripsikan, mengikuti, menunjuk,
merespon (responding), aspek atau tingkatan ini dapat diungkap
dengan kata-kata: menjawab, membantu, menghafal, menuliskan,
memilih.
b. Merespon (responding), aspek atau tingkatan ini dapat diungkap
dengan kata - kata: menjawab, membantu, menghafal, menuliskan,
memilih.
c. Menilai (valuting), kata-kata yang mengandung aspek ini antara
lain: melengkapi, menggambarkan, membedakan, memilih, dan
mempelajari.
d. Organisasi (organization), tingkatan ranah ini dapat diungkap
dengan kata-kata antara lain: mengatur, merubah, melengkapi,
menyimpulkan, menerangkan.
e. Karakterisasi (characterization), kata-kata yang releven dengan
aspek ini antara lain: menerapkan, mengusulkan, mempengaruhi,
mendemonstrasikan, dan menggunakan.
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif akan berdampak
positif pada perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor
ialah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik
kualita maupun kuantitasnya karena sifatnya yang terbuka. Ranah
psikomotik meliputi empat tingkatan yaitu: (1) Gerak tubuh (body
movement) merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan
pada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh; (2) Koordinasi gerak
(finally coordinatif movement) merupakan ketepatan yang
dikoordinasikan yang biasanya berhubungan dengan gerakan mata,
telinga, dan badan; (3) Komunikasi non verbal (non verbal
comunication) merupakan kemampuan komunikasi tanpa kata,
kemampuan menggunakan bahasa isyarat; (4) Perilaku berbicara (spech
behavior) merupakan kemampuan berbicara yang berhubungan dengan
komunikasi secara lisan45.
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Panimbo 2 Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan khususnya di kelas III, IV dan V pada
semester II Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian dilaksanakan pada tanggal
5 Juni 2009 untuk siklus I, 12 Juni 2009 untuk siklus II, dan pada tanggal 19
Juni 2009 untuk siklus III.
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas
III, IV dan V SD Negeri Panimbo 2 Kecamatan Kedungjati Kabupaten
Grobogan dengan jumlah siswa sebanyak 62 orang anak pada semester II
Tahun Pelajaran 2008/2009.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2009 untuk siklus I, 12
Juni 2009 untuk siklus II, dan pada tanggal 19 Juni 2009 untuk siklus III.
Karakteristik siswa memiliki tingkat keaktifan cukup rendah tetapi mereka
memiliki respon dan tanggung jawab yang baik terhadap tugas-tugas yang
diberikan oleh guru. Mereka selalu berusaha membuat tugas-tugasnya sebaik
mungkin dan mengumpulkannya tepat waktu.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang
dilaksanakan dalam 3 siklus. Penelitian ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah
suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek
pembelajaran tersebut dilakukan1. Sedangkan menurut Mukhlis, PTK adalah
suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan
untuk m,emperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan2.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkann praktek pembelajaran secara kesinambungan,
sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di
kalangan guru.3
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan, maka peneliti menggunakan model penelitian tindakan dari
Kemmis dan Taggart4, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus
yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah
pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
1 Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas, Jakarta, 2003, him 42 2 Mukhlis, Penelitian Tindakan Kelas, Unnes, Semarang, 2003, hlm.3
3 Ibid, him. 5
pengamatan, dan refleksi. Sabelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari
tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:
</ Putaran 1
Putaran 2
</ Putaran 3
Gambar alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
a. rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
b. kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode
pembelajaran, pengajaran terarah melalui kegiatan memahami
secara utuh, memahami lebih jauh dan memahami secara mendalam
sebagaimana tuntutan metode SAS.
c. refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat.
d. rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi menjadi tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3
dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur
kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang
diakhiri dengan tes formatif diakhiri masing-masing putaran. Dibuat
dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran
yang telah dilaksanakan.
D. Deskripsi Persiklus
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi : (1)
setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dapat dijabarkan
dalam uraian berikut:
1. Perencanaan
Kegiatan ini meliputi:
a Peneliti menentukan alternatif peningkatan kemampuan membaca
Al Qur’an melalui metode SAS.
b Peneliti membuat perencanaan yang mengacu kepada pembelajaran
membaca Al Qur’an dengan meminta masukan pada guru lain atau
sumber yang ada.
c Peneliti melakukan simulasi mengembangkan pembelajaran melalui
metode SAS.
d Membuat dan melengkapi alat media pembelajaran,
e Membuat lembar observasi,
f Mendesain alat evaluasi.
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.
3. Observasi
Dalam tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain
observasi oleh peneliti sendiri, peneliti juga meminta rekan guru yang
Hal ini selain karena peniliti tidak memungkinkan melakukan sendiri, juga untuk menjaga obyektifitas.
4. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis dalam tahap ini. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru
dapat merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
Penelitian ini akan dilaksanakan tiga siklus, sehingga pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini benar-benar akan memberikan hasil yang
baik pada peningkatan kemampuan membaca al Qur’an dengan melalui
metode SAS.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Rencana Pembelajaran (RP)
Rencana Pembelajaran Yaitu merupakan pembelajaran yang digunakan
sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.
Masing-masing rencana pembelajaran berisi kompetensi dasar, indikator
pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan
menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik dapat digambarkan
sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dalam kegiatan perencanaan guru melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1) . Mempersiapkan ruangan dengan baik
2) . Mempersiapkan alat peraga berupa huruf hijaiyah, rencana
pembalajaran dan tes formatif.
b. Pelaksanaan
1) . Apersepsi
Mengucapkan salam, Guru mengabsen siswa, kemudian dengan
menyuruh salah satu murid untuk membaca sebuah ayat
2) . Kegiatan Inti
- Guru menjelaskan materi, siswa menyimak penjelasan guru
- Guru memperkenalkan ayat secara utuh
- Guru menguraikan ayat setiap kata
- Guru menguraikan ayat setiap huruf dan harakat
- Guru memberi contoh menyambungkan kembali ayat tersebut
- Guru memberi tugas
3) . Kegiatan Akhir
- Memotivasi siswa untuk belajar
Dilakukan oleh guru dan teman sejawat untuk mengetahui
kekurangan dalam kegiatan pembelajaran
d. Refleksi
Kekurangan dalam setiap siklus dianalisis untuk diperbaiki pada
siklus selanjutnya sehingga tercapai ketuntasan klasikal.
2. Tes Fomatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang
disampaikan.
F. K riteria Penilaian
Untuk mempermudah evaluasi terhadap tingkat kemampuan siswa,
Berdasarkan batas ketuntasan mutlak ada tiga tipe batas ketuntasan dengan
sistem poin 100 yaitu:
Table 3.1
Kriteria Ketuntasan
K riteria Poin Poin Poin
A 90-100 95-100 91-100
B 80-89 85-94 86-90
C 70-79 75-84 81-85
D 60-69 65-74 75-80
Prosentase dan jumlah kategori menunjukkan tingkat keberhasilan
pembelajaran. Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar
yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk
pelaksanaaan belajar mengajar kurikulum 1994 yaitu seorang siswa telah
tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut
tuntas belajar bila kelas tersebut terdapat 75% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
P = Siswa yang tuntas belajar
A. Hasil Penelitian
1. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari pembelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi.
Sebelum perbaikan siklus I peran guru sangat dominan dengan metode
ceramah menerangkan materi pelajaran, dengan menggunakan metode
pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SASJ dominasi guru menjadi
berkurang, sebab siswa terlibat dalam proses pembelajaian.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 1
dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2009 di kelas III, IV dan V dengan
jumlah siswa 62 orang siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan.
Dalam siklus I pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
direncanakan difokuskan pada penerapan metode pembelajaran
Struktural Analitik Sintetik (SAS), sebagai upaya meningkatkan
pemahaman materi membaca Al Qur’an oleh siswa. Maka fokus
penelitian adalah hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan metode
pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS) serta dampaknya terhadap hasil pembelajaran.
Suasana dalam kegiatan belajar mengajar tampak kondusif,
siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru tentang
bagaimana ayat secara utuh, kemudian diurai setiap huruf kemudian
cara menyambung huruf dengan benar.
Selain itu pemberian tugas yang dipadukan menciptakan
keikutsertaan siswa pada proses kegiatan pembelajaran. Siswa tidak
hanya terpaku di bangku sebagai pendengar, tetapi berubah dengan
kegiatan memahami materi dan menyimpulkan materi berdasarkan
soal-soal yang diberikan oleh guru. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Sebagai pengamat adalah guru kelas.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 1
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun hasil siklus I