• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAS (STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAS (STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAS

(STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK) Yuspia, Siti Halidjah, Nursyamsiar PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak

email: slovenshina@yahoo.co.id

Abstrak: Peningkatan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada siswa kelas I B Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis Penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dan sifat penelitiannya adalah kolaboratif. Sebelum diterapkan metode SAS, untuk aspek membaca gambar skor rata-rata siswa sebesar 2,97, membaca kalimat sederhana 5,52, membaca kata 11,27, membaca suku kata 14,36, dan membaca huruf sebesar 27,42. Hingga siklus II skor rata-rata siswa pada aspek membaca gambar adalah 4,70, membaca kalimat sederhana 8,30, membaca kata 16,39, membaca suku kata 19, dan membaca huruf 28,88. Dapat disimpulkan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) yang digunakan berhasil meningkatkan pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai raya.

Kata kunci: peningkatan, membaca permulaan, metode SAS

Abstract: The enhancement of the outset reading study by using SAS (Structural Analytic Syntetic) method. This research is meant to enchance the study of outset reading with SAS method, on the first grade students of Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya. The research methodology which is used is a descriptive method, where the type is Classroom Action Research and the characteristic is colaborative. Before SAS method is implemented, the picture reading aspect that is gained by students is 2,97. In reading simple sentence the result is 5,52, word reading 11,27, syllable reading 14,36, and letter reading 27,42. Until the second cycle, the average score that the students have on picture reading 4,70, the simple sentence 8,30, words reading 16,39, syllable reading 19, letter reading 28,88. From the information above, we can conclude that SAS (Structural Analytic Syntetic) which is used is succed in developing the outset reading study on the first grade students of Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya.

(2)

ada saat menempuh pendidikan formal terutama di sekolah dasar, siswa diberikan keterampilan membaca. Dengan membaca siswa banyak memperoleh ilmu pengetahuan, pengalaman, serta pengembangan berpikir untuk memahami apa yang sedang dipelajarinya. Bahkan dengan membaca, siswa akan menjadi seseorang yang kreatif, kritis, dan bijak. Namun, untuk mewujudkan itu, peran seorang guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran membaca. Guru harus merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan. Pada awal persekolahan, siswa kelas 1 sekolah dasar mendapatkan materi pembelajaran utama yang satu di antaranya adalah membaca permulaan. Disebut permulaan, karena pembelajaran lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan mengenal bentuk dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna.

Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 “Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan akan tercipta apabila guru mampu menggunakan metode yang tepat. Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil, apabila guru dapat menarik perhatian siswa, membangun kesadaran belajar siswa, dapat meningkatkan pengetahuan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga peningkatan belajar dapat tercapai.

Berdasarkan wawancara bersama Ibu Dahlia AR dan Ibu Hj. Tusinah yaitu guru kelas I di Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya, diperoleh informasi bahwa membaca merupakan satu di antara aspek keterampilan yang sulit diajarkan pada siswa di kelas rendah. Guru merasa kesulitan untuk mengajak siswa belajar membaca, hanya beberapa siswa yang termotivasi untuk membaca. Kurangnya kemampuan siswa dalam mengenal huruf, suku kata, kata, dan kalimat juga menjadi permasalahan di kelas. Guru juga belum menguasai metode yang cocok untuk digunakan pada pembelajaran membaca. Kesulitan lain yang dialami guru adalah menarik perhatian siswa pada saat pembelajaran membaca di kelas. Oleh sebab itu, siswa-siswa di kelas beliau masih banyak yang belum bisa membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Dengan demikian permasalahan tersebut adalah pada kemampuan membaca permulaan di Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa, diperlukan tindakan yang diperkirakan mampu meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa yaitu dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada pembelajaran Bahasa Indonesia agar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas rendah. Supriyadi (dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997:65) menyatakan, Metode SAS dianggap cocok digunakan pada pembelajaran membaca permulaan karena metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, memperhitungkan pengalaman bahasa anak, dan menganut prinsip menemukan sendiri. Dalam pembelajaran, siswa diperkenalkan kalimat dengan makna lengkap lalu

P

(3)

menguraikannya menjadi kata, kata menjadi suku kata, dan suku kata menjadi huruf. Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang diuraikan, siswa kembali merangkai huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat seperti semula.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada siswa kelas I B Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya. Rumusan tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan khusus yang disajikan sebagai berikut; (1) Untuk meningkatkan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada siswa kelas I B Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya pada tahap perencanaan, (2) Untuk meningkatkan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada siswa kelas I B Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya pada tahap pelaksanaan, (3) Untuk mendeskripsikan bentuk evaluasi pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada siswa kelas I B Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya.

Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Membaca berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang dan menambah informasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:109) “Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati)”. Pada waktu membaca, mata mengenali kata, sementara pikiran menghubungkannya dengan maknanya.

Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan orang mampu mempertinggi daya fikir serta memperluas wawasannya. Sabarti Akhadiah (dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997:49) mengungkapkan “Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan kreativitas anak didik”. Oleh sebab itu, pembelajaran membaca di sekolah memiliki peranan yang sangat penting.

Membaca permulaan adalah tahapan proses belajar membaca bagi siswa Sekolah Dasar kelas awal (Sabarti Akhadiah, dkk, 1992/1993:31). Selanjutnya Solchan T.W.,dkk (2008:6.6) mengungkapkan kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Sejalan dengan itu, Yeti Mulyati, dkk (2007:5.3) menyatakan “Membaca permulaan merupakan suatu pemindahan lambang visual menjadi lambang auditoris (bunyi)”. Jadi, dapat disimpulkan membaca permulaan adalah proses pembelajaran membaca yang diberikan kepada siswa kelas rendah dengan menekankan pada pelafalan yang tepat.

Pembelajaran membaca permulaan ini diberikan di kelas I dan II. Membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dimaksudkan untuk melatih siswa menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Kemampuan membaca yang diperoleh siswa kelas rendah tersebut akan menjadi dasar pembelajaran di kelas berikutnya. Oleh karena itu, guru perlu merancang

(4)

pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan.

Tujuannya ialah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut” (Sabarti Akhadiah, dkk, 1992/1993:31). Sejalan dengan itu, menurut Depdikbud (dalam http://Iyandri tiluk wahyono.blogspot.com) tujuan membaca permulaan yaitu siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Selanjutnya, Romiariyanto (dalam http://romiariyanto.blogspot.com) menyatakan tujuan membaca permulaan adalah sebagai berikut: (1) Membedakan huruf, (2) Mengucapkan tulisan yang sedang di baca dengan benar, menggerakan mata dengan cepat dari kiri ke kanan sesuai dengan urutan tulisan yang di baca, (3) Menyuarakan tulisan yang di baca dengan benar, (4) Mengenal arti tanda-tanda baca, (5) Mengatur tinggi rendah suara sesuai dengan bunyi, makna kata yang di ucapakan, serta tanda baca. Jadi, tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah mengenalkan pada para siswa huruf-huruf dalam abjad sebagai tanda suara atau tanda bunyi dan melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata menjadi suara.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992/1993:25-26) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan antara lain, (a) motivasi, (b) lingkungan keluarga, dan (c) bahan bacaan.

Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) merupakan metode yang dikembangkan oleh PKMM (Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang diprogramkan pada tahun 1974. Metode SAS merupakan singkatan dari Struktural Analitik Sintetik. SAS merupakan metode yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa kelas rendah.

Menurut Henry Guntur Tarigan, Aceng Ruhendi Saifulah, dan Kholid A. Harnas (2011:49) metode SAS merupakan suatu cara yang dapat menentukan keberhasilan dalam membaca yakni dengan pengenalan kalimat secara keseluruhan kemudian dipecah/dipisahkan menjadi kata lalu dipisahkan lagi menurut suku katanya, dan dipecah lagi menjadi huruf-huruf lalu semuanya disatukan kembali menjadi kalimat yang utuh. Selanjutnya M. Subana dan Sunarti (2011:176) menyatakan di dalam proses operasionalnya, metode SAS mempunyai langkah-langkah yang terdiri dari, (1) struktur (menampilkan keseluruhan); (2) analisis (melakukan proses penguraian); (3) sintesis (melakukan penggabungan kembali pada struktur semula).

Sejalan dengan itu, Sabarti Akhadiah, dkk, (1992/1993:23) menyatakan “Pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh”. Mula-mula anak diperkenalkan dengan sebuah kalimat yang memberi makna lengkap. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak. Akan lebih baik jika kalimat yang diberikan sebagai bahan pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini adalah kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa siswa itu sendiri. Untuk itu, sebelum pembelajaran membaca permulaan dimulai, guru dapat memulai prapembelajaran melalui

(5)

berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan gambar maupun benda-benda yang ada di sekitar untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap cocok untuk materi menulis permulaan, barulah kegiatan belajar membaca permulaan yang sesungguhnya dimulai.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (2007:67). “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya”. Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti akan mengungkapkan semua gejala-gejala yang dihadapi pada saat penelitian ini dilakukan.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya yang beralamat di Jalan Ahmad Yani II dengan pelaksanaan kegiatan di dalam kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2012/2013. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan 2 siklus (1 siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan) untuk melihat dan memperbaiki pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I B Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya yang berjumlah 33 orang, dengan siswa laki-laki yang berjumlah 19 orang dan siswa perempuan yang berjumlah 14 orang.

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Kunandar (dalam Iskandar, 2011:21) Penelitian Tindakan Kelas (Action Research) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki/meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya. Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit (2008:1.4) menyatakan “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu proses pembelajaran.

Sifat penelitian pada penelitian ini adalah bersifat kolaboratif. Iskandar (2011:26) mengemukakan bahwa, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bersifat kolaboratif, dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota pada setiap kegiatan penelitian yang dilakukan, yaitu : pada saat mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian (melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir. Kolaboratif dalam penelitian ini dilaksanakan secara berkolaborasi dengan guru kelas I B, yaitu Ibu Dahlia, sebagai pelaksana pembelajaran dan teman sejawat yaitu Ria Ervina yang akan membantu dalam pengamatan.

(6)

Menurut Iskandar (2011:48), “Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)”. Empat langkah tersebut dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas disebut dengan istilah satu siklus. (a) Pada perencanaan tindakan ada beberapa macam kegiatan yang perlu dipersiapkan antara lain : (1) menetapkan pokok bahasan, (2) membuat silabus dan RPP, (3) menyiapkan materi pembelajaran, (4) menyiapkan media pembelajaran, (5) menyiapkan model pembelajaran yang akan diterapkan, serta (6) membuat alat observasi dan alat evaluasi. (b) Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2012/2013 yaitu pada tanggal 3, 11, dan 12 Januari 2013 dengan kolaborasi bersama Ibu Dahlia sebagai guru kelas I B serta bantuan dari teman sejawat yaitu Ria Ervina. Pertemuan dan sharing bersama kolaborator dilaksanakan sebanyak 1x pertemuan untuk menjelaskan sistematika pelaksanaan penelitian. (c) Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan penunjang data kualitatif yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk pemerolehan data yang akurat maka diperlukan teman sejawat dalam mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian yaitu Ria Ervina. Dari hasil observasi maka dapat dilihat tingkat keberhasilan atau tidaknya penggunaan metode SAS dalam pembelajaran. (d) Berdasarkan hasil observasi dilakukan refleksi yaitu dengan melihat kelemahan dan kekurangan pada pembelajaran di siklus I. Kekurangan yang muncul akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.

Analisis data yang berhubungan dengan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dilakukan dengan menentukan rata-rata skor dari lembar observasi guru, sedangkan analisis data yang berhubungan dengan kemampuan membaca permulaan siswa pada tahap evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan nilai-nilai tes membaca siswa, dari nilai tersebut ditentukan rata-rata kelas. Untuk menentukan rata-rata nilai/skor digunakan rumus menurut Sudijono (2008:81) sebagai berikut.

Keterangan:

Mx = Mean/rata-rata yang dicari

∑x = Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang ada N = Number of case (banyaknya skor-skor itu sendiri)

Dari data-data tersebut kemudian ditarik kesimpulan apakah tindakan yang dilaksanakan berhasil atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian ini dilakukan di kelas 1B Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan guru kolaborator Dahlia. Penelitian ini dilaksanakan berangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di kelas tersebut. Permasalahan khusus dalam penelitian ini ialah: (1) bagaimanakah pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada siswa kelas I B Sekolah Dasar Negeri 15

(7)

Sungai Raya pada tahap perencanaan , (2) bagaimanakah pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada siswa kelas I B Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya pada tahap pelaksanaan , (3) bagaimanakah bentuk evaluasi pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada siswa kelas I B Sekolah Dasar Negeri 15 Sungai Raya. Penelitian ini merupakan kolaborasi antara peneliti dengan guru kolaborator dalam menggunakan motode SAS (Struktural Analitik Sintetik). Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu tanggal 3 Januari 2013 dan tanggal 10 Januari 2013. Setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan dengan materi menyesuaikan pada kondisi pembelajaran, dan setiap kali pertemuan dilaksankan selama 4 x 35 menit.

Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu data tentang perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik), pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik), bentuk evaluasi pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik). Semua aspek tersebut terdapat dalam indikator membaca yang diperoleh dari pbservasi awal, siklus I dan siklus II. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan perhitungan arta-rata.

Pembahasan

Setelah melaksanakan 2 siklus penelitian pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 1B dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) yang diperoleh rekapitulasi, yaitu pertama, perencanaan pembelajaran menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dapat dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat peningkatan dari observasi awal sampai siklus II. Pada observasi awal atau base line guru tidak membuat perencanaan, pada siklus I dengan skor rata-rata 3,57, pada siklus II meningkat dengan skor rata-rata 4. Kedua, perencanaan pembelajaran menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dapat dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat peningkatan dari observasi awal sampai siklus II. Pada observasi awal atau base line yaitu jumlah pencapaian keseluruhan indikator dengan jumlah rata-rata 2,25, siklus I dengan jumlah rata-rata 3,13, siklus II dengan jumlah rata-rata adalah 3,66. Ketiga, bentuk evaluasi yang digunakan berbentuk lisan yaitu tes membaca. Tes terdiri atas lima bagian tingkat kesulitan, yaitu tes membaca gambar, kalimat sederhana, kata, suku kata, dan huruf. (a) berdasarkan dari hasil pada indikator membaca gambar pengamatan yang telah dilakukan terdapat peningkatan dari siklus I dengan 2,97 menjadi 4, (b) berdasarkan dari hasil pada indikator membaca kalimat sederhana pengamatan yang telah dilakukan terdapat peningkatan dari siklus I dengan 5,52 menjadi 7,52, (c) berdasarkan dari hasil pada indikator membaca kata pengamatan yang telah dilakukan terdapat peningkatan dari siklus I dengan 11,27 menjadi 13,70, (d) berdasarkan dari hasil pada indikator membaca suku kata pengamatan yang telah dilakukan terdapat peningkatan dari siklus I dengan 14,36 menjadi 15,79, (e) berdasarkan dari hasil pada indikator membaca huruf pengamatan yang telah dilakukan terdapat peningkatan dari siklus I dengan 27, 42 menjadi 27,94.

(8)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan hal-hal sebagai berikut. (1) Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada pembelajaran membaca permulaan, telah terencana dengan baik dan terjadi peningkatan. Hal tersebut juga berdampak pada pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan mulai dari observasi awal atau base line guru tidak membuat perencanaan. Pada siklus I guru dapat membuat perencanaan pembelajaran dengan baik dengan skor rata-rata 3,57 kemudian pada siklus II mengalami peningkatan semakin baik dengan jumlah skor rata-rata 4. (2) Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada pembelajaran membaca permulaan, telah terlaksana dengan baik dan terjadi peningkatan. Hal tersebut juga berdampak pada hasil membaca permulaan siswa yang meningkat. Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan mulai dari observasi awal atau base line yaitu jumlah pencapaian keseluruhan indikator dengan jumlah rata-rata 2,25. Pada siklus I mengalami peningkatan dengan jumlah rata-rata 3,13 berarti terdapat selisih peningkatan sebesar 0,88. Pada siklus II mengalami peningkatan lebih baik lagi dengan jumlah rata-rata adalah 3,66 berarti terdapat selisih peningkatan sebesar 0,53. (3) Bentuk evaluasi yang digunakan berbentuk lisan yaitu tes membaca. sebelum tes dilaksanakan, siswa diberi pengarahan kemudian dipanggil secara bergiliran. Bahan tes diambil dari materi yang telah disampaikan selama pelaksanaan pembelajaran. Tes terdiri atas lima bagian tingkat kesulitan, yaitu tes membaca gambar, kalimat sederhana, kata, suku kata, dan huruf. Kemampuan membaca siswa dikoreksi langsung oleh pengetes dan hasilnya dicatat pada lembar penilaian yang telah disediakan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan dalam penelitian ini dapat disarankan hal-hal sebagai berikut. (1) Guru kelas rendah khususnya kelas I hendaknya dapat menerapkan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dalam pembelajaran membaca permulaan. (2) Dalam proses pembelajaran, guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga pembelajaran berlangsung efektif. Guru harus berperan sebagai motivator dan fasilitator bagi setiap siswa. (3) Dalam membaca permulaan, guru harus lebih giat dalam membimbing dan melatih siswa agar dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat.

DAFTAR RUJUKAN

Anas Sudijono. (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Darmiyati Zuchdi & Budiasih. (1996/1997). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

(9)

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Hadari Nawawi. (2007). Metode penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Henry Guntur Tarigan, Aceng Ruhendi Saifulah, & Kholid A. Harnas. (2011). Membaca Dalam Kehidupan. Bandung:Angkasa.

Igak Wardhani & Kuswaya Wihardit. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Iskandar. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada.

M. Subana & Sunarti. (2011). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Romiariyanto. Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Kesulitan Belajar Melalui Metode Suku Kata di SD 09 Kecamatan Pauh, (Online), (http://romiariyanto.blogspot.com/2011/05/meningkatkan-kemampuan-membaca.html diakses 11 Oktober 2012).

Sabarti Akhadiah M.K, dkk. (1992/1993). Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Solchan T.W. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Yeti Mulyati. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, pada kelas awal di SD guru harus mematangkan kemampuan membaca siswa dengan menerapkan metode membaca permulaan dalam proses pembelajaran.. Dengan

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Singopuran 2 untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mengadakan

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Singopuran 2 untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mengadakan

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai “Penerapan Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) pada Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 MI

Berdasarkan dari hasil perolehan analisis data serta pembahasan dalam penelitian ini, maka bisa disimpulkan hasil penelitian kemampuan membaca permulaan terhadap siswa

Berdasarkan rumusan masalah pertama tentang perencanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan pada mata pelajaran Tematik kelas I di SD Negeri 29 Kaur pada tahap

Analisis peningkatan dilakukan untuk memberikan gambaran kepada keterampilan membaca permulaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan mengambil data

PENERAPAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK SAS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA KELAS I A SDN MANNURUKI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR SKRIPSI