BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2 Kalibrasi Spektrometer Gamma
4.2.2 Kalibrasi Efisiensi
Tujuan dari kalibrasi efisiensi adalah untuk menganalisis secara kuantitatif (S. Kurniawati et al., 2011).Tujuan dari analisis kuantitatif spektrometer gamma yakni mengetahui respon detektor yang ditunjukan dengan nilai efisiensi. Analisis
y = 0.1312x + 0.1047 R² = 1 0
200 400 600 800 1000 1200 1400
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
Energi Gamma (KeV)
Nomor Salur
39 ini dilakukan dengan cara kalibrasi efisiensi (Candra et al., 2019). Menentukan aktivitas dari radionuklida pada sumber standar digunakan spektrometer gamma detektor HPGe dapat dapat ditentukan secara akurat setelah dilakukannya kalibrasi efisiensi. Keakuratan dan ketelitian kalibrasi efisiensi detektor sangat penting untuk akurasi dalam menentukan aktivitas relatif zat radioaktif menggunakan sistem spektrometer gamma (S. Kurniawati et al., 2011).
Pada penelitian kali ini sumber standard yang digunakan untuk kalibrasi efisiensi yaitu Mix Gamma dengan kode EW 679 yang telah diketahui aktivitas awalnya pada sertifikat dan digunakan detektor GEM FX8530 seperti yang terlampir pada Lampiran 14. Aktivitas awal itu Cs-137 dan Co-60 masing-masing adalah 1806,06 Bq dan 142,9 Bq dengan pencacahan standar pertama kali yaitu 10 Juni 2020 dan dicacah lagi pada 17 Desember 2021. Hasil kalibrasi efisiensi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pencacahan sumber standar Nuklida Energi
(keV)
Aktivitas Awal (Ao)
(Bq)
Waktu Tunda (Hari)
Waktu Paruh (Hari)
Aktivitas Saat Pencacahan (At)
(Bq)
Cs-137 661,66 1806.06 555 10958 1744.29
Co-60 1173,24 142.9 555 1925 117.02
Co-60 1332,50 142.9 555 1925 117.02
Untuk menentukan kalibrasi efisiensi dilakukan menggunakan nilai laju cacah sumber standar yang diperoleh dari puncak hasil pencacahan. Menentukan kurva efisiensi memerlukan nilai laju cacah atau counting per second (cps), dan yield serta aktivitas sumber standar (hasil peluruhannya saat pencacahan) ke dalam persamaan (Wijono & Rosdiani, 2006), diperoleh nilai efisiensinya untuk masing- masing tingkat energi (Lampiran 4). Nilai efisiensi ini digunakan dalam analisis
40 kuantitatif radionuklida (Syarip, 2002). Hubungan antara energi gamma dengan efisiensi dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Kurva kalibrasi efisiensi
Nilai efisiensi pada radionuklida I-131 dapat ditentukan melalui perhitungan persamaan regresi linier y = ax + b yang diperoleh dari kurva kalibrasi efisiensi. Persamaan regresi linier pada kurva kalibrasi efisiensi terhadap efisiensi gamma dan energi gamma yakni y = -0.000004x + 0.009. Penentuan nilai efisiensi I-131 yaitu dengan mensubstitusikan x dengan energi sinar gamma I-131 yang diperoleh nilai efisiensinya sebesar 0,007542 seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Kurva kalibrasi efisiensi memiliki nilai negatif karena grafik menurun.
Selain perolehan persamaan regresi linier, diperoleh pula nilai koefisien korelasi dari kurva kalibrasi efisiensi (R2) sebesar 0,9989.
Linearitas yang baik menurut Setiawan & Widiyawati (2015) yaitu mendekati 1. Jika dilihat dari kurva yang dihasilkan nilai efisiensi mengalami penurunan seiring meningkatnya energi gamma yaitu efisiensi Cs-137 (661,62 keV) sebesar 0,00610% sedangkan nilai efisiensi Co-60 yang memiliki dua energi tinggi
y = -0.000004x + 0.009 R² = 0.9989 0
0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Efisiensi
Energi Gamma
41 yaitu pada energi 1173,228 keV sebesar 0,00397% dan energi 1332,492 keV sebesar 0,00319%. Hal ini dikarenakan semakin tinggi energi gamma maka daya tembus sinar gamma semakin tinggi sehingga peluang sinar gamma untuk berinteraksi dengan detektor semakin kecil hal inilah yang dapat menurunkan nilai efisiensi (Sukmabuana & Tursinah, 2016).
4.3 Kualitas Air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang Berdasarkan Konsentrasi Radionuklida
4.3.1 Konsentrasi Radionuklida Cs-137
Pengukuran kandungan radionuklida Cs-137 pada sampel air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang dengan menggunakan spektrometer gamma didapatkan hasil secara kualitatif maupun kuantitatif (Kusuma et al., 2016). Hasil pengukuran secara kualitatif didasarkan pada keberadaan puncak energi spesifik Cs-137 pada masing-masing sampel yaitu 661,64 keV (Luhur et al., 2013). Hasil pengukuran secara kuantitatif yaitu konsentrasi aktivitas radionuklida Cs-137 setiap titik sampling dilakukan pencacahan setiap sampel dengan waktu masing-masing selama 3600 detik tiap pencacahan dan nilai efisiensi yang sama yaitu 0,0061%
yang terlampir pada Lampiran 4. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pencacahan menunjukan net area dari masing-masing sampel (Lampiran 2) pada energi radionuklida Cs-137 yaitu 661,62 KeV maka diperoleh konsentrasi aktivitas radionuklida Cs-137 dalam sampel air sebagai berikut.
42 Tabel 4. Konsentrasi radionuklida Cs-137
Lokasi Sampling
Konsentrasi (Bq/L) Ketidakpastian Simplo Duplo Simplo Duplo MDC Titik 1 0,0048 0,0005 0,00018 0,00015
0.0124 Titik 2 -0,0096 -0,0085 -0,00025 -0,00022
Titik 3 -0,0090 -0,0080 -0,00025 -0,00022 Titik 4 -0,0053 -0,0080 -0,00020 -0,00021
Data hasil pengukuran secara kuantitatif pada Tabel 4 menunjukkan kandungan Cs-137 yang berbeda pada setiap titik sampling berkisar antara 0,0048 Bq/L sampai dengan -0,0053 Bq/L. Titik 1 pada air simplo maupun duplo menunjukkan nilai konsentrasi tertinggi dikarenakan lokasi sampling berdekatan dengan Kawasan Nuklir Serpong, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budianti et al (2019) bahwa Cs-137 termasuk lepasan udara buang dari PTLR.
Rendahnya nilai konsentrasi radionuklida Cs-137 berkaitan dengan deposisi radionukllida Cs-137 di atmosfer yang secara pola global diketahui apabila semakin jauh jarak antara sumber pencemaran Cs-137 dengan titik lokasi pengambilan sampel sehingga semakin rendah pula konsentrasi radionuklida Cs-137 yang didapatkan oleh (M. Kurniawati et al., 2013). Radioaktivitas memiliki sifat acak atau sinar radiasi yang dapat memancar ke segala arah, pada saat sinar tersebut sampai pada detektor diketahui jumlah intensitasnya berubah-ubah dalam waktu yang berbeda (Sudarti et al. 2010). Konsentrasi radionuklida Cs-137 pada setiap titik terpantau sangat kecil jika di bandingkan dengan baku mutu tingkat radioaktivitas di lingkungan berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 Tahun 2013 tentang nilai batas radioaktivitas lingkungan yaitu 5,1×103 Bq/L maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi radionuklida Cs-137 pada air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang masih tergolong aman dan di bawah ambang batas
43 (BAPETEN, 2013). Grafik analisis data konsentrasi hasil pencacahan dan perhitungan (Lampiran 5) Radionuklida Cs-137 pada sampel Air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang ditunjukkan pada Gambar 13.
Gambar 13. Grafik hubungan antara konsentrasi radionuklida Cs-137 dengan sampel air Sungai Cisadane di daerah Tangerang
Gambar 13 merupakan grafik hasil analisis kuantitatif yang menunjukkan besaran konsentrasi radionuklida Cs-137 pada sampel Air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang, dengan batas garis yang menunjukkan nilai MDC atau angka minimum konsentrasi yang terdeteksi oleh alat terhadap sampel yang mengandung radionuklida Cs-137 sebesar 0,0124 Bq/L. Berdasarkan hasil konsentrasi aktivasi radionuklida Cs-137, dapat ditentukan nilai ketidakpastian untuk mengetahui besarnya kemungkinan kekeliruan yang terjadi dari hasil perhitungan dengan hasil yang sebenarnya.
Ketidakpastian pengukuran diperoleh dengan Persamaan (7), hasil nilai ketidakpastian pengukuran radionuklida Cs-137, nilai terendah -0,00020 yaitu pada titik 4 sedangkan nilai tertinggi 0,00018 yaitu pada titik 1, terdapat nilai ketidakpastian dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan alat Spektrometer
-0.015 -0.01 -0.005 0 0.005 0.01 0.015
1 2 3 4
Konsentrasi Cs-137
Titik Sampling
MDC 0.0124
Air Simplo Air Duplo
44 Gamma dalam melakukan pencacahan, semakin kecil nilai ketidakpastian maka semakin teruji hasil pengukurannya (Ratnawati & Imam, 2015). Secara konsep pengukuran, setiap pengukuran selalu menghasilkan hasil ukur yang tidak sebenarnya dikarenakan keterbatasan alat ukur maupun kondisi lingkungan. Suatu alat ukur dikatakan tepat jika mempunyai ketelitian yang baik, yaitu hasil pengukuran menunjukkan ketidakpastian yang kecil. Maka sebelum alat ukur digunakan, harus dipastikan kondisi alat tersebut benar-benar baik dan layak pakai, yaitu alat dalam keadaan terkalibrasi dengan baik. Kalibrasi yang buruk akan menyebabkan ketidakpastian hasil pengukuran menjadi besar (Pandiangan &
Arkundato, 2007).
Air hujan tersebut dapat mengikis permukaan mineral tanah yang nantinya akan terdistribusi ke dalam aliran sungai dan berakhir di lautan (Yamasaki et al., 2016). Masuknya radionuklida ke dalam perairan laut akan mengalami penyebaran.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu arus sungai (Rafsani et al., 2014). Pola penyebaran radionuklida Cs-137 pada setiap titik sampling dinyatakan pada Gambar 14.
45 Gambar 14. Peta penyebaran radionuklida Cs-137 pada sampel air Sungai
Cisadane di daerah Tangerang
Berdasarkan Gambar 14 pola penyebaran radionuklida Cs-137 pada air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang menunjukkan adanya variasi konsentrasi pada masing-masing titik sampling. Titik yang memiliki konsentrasi terendah diberi warna biru muda, kemudian warna biru tua menunjukkan semakin besarnya konsentrasi radionuklida Cs-137. Warna hijau menunjukan perbedaan konsentrasi air simplo maupun duplo dengan warna hijau tua menandakan konsentrasi radionuklida yang semakin besar bersamaan semakin pekat warna yang terdapat pada peta sedangkan bentuk lingkaran menyatakan air simplo, dan segitiga air duplo. Warna biru semakin memudar dikarenakan konsentrasi radionuklida Cs-137 dari lokasi sampling titik 2 sampai titik 4 mengalami penurunan sehingga penyebaran radionuklida Cs-137 menjadi lambat terdistribusi ke perairan sungai
46 (Sinaga et al., 2015). Berdasarkan nilai konsentrasi radionuklida Cs-137 yang terdapat pada sampel air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang pada setiap titik sampling dibawah batas deteksi minimum (MDC). Hal tersebut dikarenakan arus yang terjadi tidak banyak berperan dalam penyebaran radionuklida Cs-137 tetapi diperoleh dari pengaruh proses global fall out yang berasal dari radioaktif yang sudah lama masuk ke dalam perairan atau radioaktif yang baru dan sudah menyebar secara merata oleh arus sungai (Silalahi & Suseno, 2014).
4.3.2 Konsentrasi Radionuklida Co-60
Konsentrasi aktivitas radionuklida Co-60 pada setiap titik sampling dilakukan pencacahan setiap sampel air dengan waktu masing-masing 3600 detik tiap pencacahan dan nilai efisiensi yang sama yaitu 0,003% yang terlampir pada Lampiran 4. Setelah dilakukan pencacahan selama 1 jam maka dapat diperoleh nilai net area radionuklida Co-60 pada sampel yang digunakan untuk mendapatkan nilai konsentrasi, ketidakpastian pengukuran, dan MDC radionuklida Co-60.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pencacahan menunjukan net area dari masing-masing sampel pada energi radionuklida Co-60 yaitu 1173,228 keV dan 1332,492 keV maka diperoleh konsentrasi aktivitas radionuklida Co-60 dalam sampel air sebagai berikut.
Tabel 5. Konsentrasi radionuklida Co-60 Lokasi
Sampling
Konsentrasi (Bq/L) Ketidakpastian Simplo Duplo Simplo Duplo MDC Titik 1 0.0208 0.0161 0,00044 0,00036
0,02257 Titik 2 0.0065 0.0014 0,0002 0,00009
Titik 3 0.0096 0.003 0,00023 0,00019 Titik 4 0.0145 0.0046 0,00034 0,00019
47 Data hasil konsentrasi radionuklida Co-60 total yang telah dirangkum pada Tabel 5 dimana konsentrasi total radionuklida Co-60 pada sampel air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang memiliki kisaran antara 0,0208 Bq/L sampai dengan 0,0014 Bq/L. Konsentrasi total radionuklida Co-60 tertinggi pada air simplo terdapat pada titik 1 yaitu sebesar 0,0208 Bq/L sedangkan pada air duplo sebesar 0,0161 Bq/L. Konsentrasi total radionuklida Co-60 terendah pada air simplo terdapat pada lokasi sampling titik 2 yaitu sebesar 0.0065 Bq/L sedangkan pada air duplo sebesar 0,0014 Bq/L. Nilai-nilai konsentrasi radionuklida Co-60 berdasarkan hasil pengukuran (Lampiran 8) menunjukkan nilai konsentrasi yang berada di bawah batas konsentrasi minimum yang dapat terdeteksi oleh detektor seperti pada Gambar 15 berikut.
Gambar 15. Grafik hubungan antara konsentrasi radionuklida Co-60 dengan sampel air Sungai Cisadane di daerah Tangerang
Berdasarkan Gambar 15 hasil konsentrasi total radionuklida Co-60 pada sampel di setiap titik sampling berada di bawah batas nilai MDC, hal ini menunjukkan dengan tidak ditemukannya atau hanya sedikit saja cemaran radionuklida Co-60 yang terdeteksi oleh detektor. Konsentrasi total radionuklida
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
1 2 3 4
Konsentrasi Co-60
Titik Sampling
MDC 0.0225
Air Simplo Air Duplo
48 Co-60 jika dibandingkan dengan baku mutu tingkat radioaktivitas di lingkungan perairan berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 Tahun 2013 tentang nilai batas radioaktivitas lingkungan yaitu 6,0 ×104 Bq/L maka konsentrasi total radionuklida Co-60 pada sampel air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang masih tergolong aman dan berada di bawah ambang batas.
Penyebaran radionuklida Co-60 pada air Sungai Cisadane daerah Tangerang ditinjau berdasarkan konsentrasi total radionuklida Co-60 yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan spektrometer gamma. Peta penyebaran konsentrasi total radionuklida Co-60 pada air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Peta pola penyebaran radionuklida Co-60 pada sampel air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang
49 Jika dilihat dari Gambar 16 menjelaskan bahwa penyebaran konsentrasi total radionuklida Co-60 pada air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang sama halnya dengan penyebaran Cs-137, dimana semakin kecil nilai konsentrasi total radionuklida Co-60 maka warna biru pada peta semakin pudar sedangkan jika nilai konsentrasi total radionuklida Co-60 semakin tinggi maka warna biru pada peta seamkin tua. Penyebaran konsentrasi total radionuklida Co-60 mengalami penurunan dari titik 1 hingga titik 3 dan mengalami peningkatan di lokasi sampling titik ke 4. Perolehan nilai konsentrasi radionuklida Co-60 yang rendah dan berbeda- beda, hal ini dapat disebabkan pencemaran radioaktif oleh sumber radionuklida yang berasal dari jatuhan radioaktif atau hasil suatu reaktor nuklir (global fall out) yang menyebar tidak merata dan tidak terprediksi pada setiap daerah tertentu karena terbawa oleh arus angin (Setyahandani et al. 2016).
4.3.3 Konsentrasi Radionuklida I-131
Penyebaran konsentrasi radionuklida I-131 pada sampel air Sungai Cisadane di daerah Tangerang ditinjau dari hasil perhitungan konsentrasi yang diperoleh setelah diukur dengan spektrometer gamma. Data perhitungan radionuklida I-131 pada sampel air Sungai Cisadane di daerah Tangerang dapat dilihat pada Tabel 6 sedangkan pola penyebaran konsentrasi radionuklida I-131 ditunjukkan pada Gambar 18.
Tabel 6. Konsentrasi radionuklida I-131
Lokasi Sampling Konsentrasi (Bq/L) Ketidakpastian
MDC Simplo Duplo Simplo Duplo
Titik 1 0.0095 0,0081 0,00023 0,00021
0,0095 Titik 2 0.0095 0.0072 0,00023 0,00020
Titik 3 0.0090 0.0072 0,00022 0,00021 Titik 4 -0.0022 -0.0045 -0,00019 -0,00014
50 Berdasarkan hasil pengukuran sampel air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang diperoleh nilai MDC sebesar 0,0095 Bq/L yang terlampir pada Lampiran 13. Secara keseluruhan dari perhitungan konsentrasi I-131 yang diukur berkisar 0,0095 Bq/L sampai dengan -0,0022 Bq/L. Konsentrasi radionuklida I-131 terendah terdapat pada lokasi sampling titik ke 4, air simplo sebesar -0,0022 Bq/L sedangkan air duplo sebesar -0,0045 Bq/L.
Gambar 17. Grafik hubungan antara konsentrasi radionuklida I-131 dengan sampel air Sungai Cisadane di daerah Tangerang
Dilihat dari Gambar 17 bahwa konsentrasi radionuklida I-131 dari semua titik lokasi sampling air Sungai Cisadane di daerah Tangerang berada di bawah nilai MDC. Hal ini menunjukkan bahwa semua titik lokasi sampling tidak ada atau sedikit cemaran radionuklida I-131 yang dapat terdeteksi oleh detektor. Konsentrasi radionuklida I-131 pada setiap lokasi sampling jika dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 Tahun 2013 tentang nilai
0.0095 0.0095
0.009
-0.0022 0.0081
0.0072 0.0072
-0.0045 -0.006
-0.004 -0.002 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012
1 2 3 4
Konsentrasi I-131
Titik Sampling
MDC 0.0095
Air Simplo Air Duplo
51 batas radioaktivitas lingkungan yaitu 1,3 ×105 Bq/L maka masih tergolong aman dan tidak melebihi ambang batas baku mutu.
Gambar 18. Peta pola penyebaran radionuklida I-131 pada sampel air Sungai Cisadane di daerah Tangerang
Gambar 18 menjelaskan bahwa penyebaran radionuklida I-131 pada air Sungai Cisadane di daerah Tangerang ditinjau berdasarkan nilai konsentrasi radionuklida dalam sampel yang diperoleh. Penyebaran radionuklida I-131 mengalami penurunan dari lokasi sampling titik 1 hingga titik 4 yang ditandai dengan warna biru pada peta yang semakin memudar. Cemaran radionuklida I-131 diduga merupakan hasil dari suatu kecelakaan instalasi nuklir yang jatuh melalui perantara air hujan (Bunawas et al., 2000).
52 BAB IV
KESIMPULAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan hasil sebagai berikut:
1. Kualitas air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang berdasarkan parameter pH berkisar 7,28 – 7,83, suhu 27 – 28⁰C, dan nilai TDS 0,8 – 598 ppm, masih dibawah ambang batas berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
2. Konsentrasi radionuklida Cs-137 dalam air Sungai Cisadane di Daerah Tangerang berkisar antara -0,0053 Bq/L sampai dengan 0,0048 Bq/L sedangkan konsentrasi total radionuklida Co-60 berkisar antara 0,0014 Bq/L sampai dengan 0,0208 Bq/L dan konsentrasi radionuklida I-131 berkisar -0,0022 Bq/L sampai dengan 0,0095 Bq/L. Hasil konsentrasi radionuklida masih berada diambang batas baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 Tahun 2013 yaitu untuk radionuklida Cs-137 sebesar 5,1×103 Bq/L, radionuklida Co-60 sebesar 6,0 ×104 Bq/L dan radionuklida I-131 sebesar 1,3
×105 Bq/L.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu sebaiknya penelitian analisis radionuklida Cs-137, Co-60, dan I-131 pada sampel air Sungai Cisadane lebih diperbanyak titik lokasi sampling dengan waktu penelitian yang dilakukan sama setiap titiknya agar terlihat apakah ada pengaruh waktu atau tidak.
46 DAFTAR PUSTAKA
Adi Setia Rahman, R., & Fajriati, I. (2021). Penentuan Kualitas Air Saluran Pembuangan Limbah Tahu Di Sungai Pengging Boyolali. Analit:Analytical and Environmental Chemistry, 6(01), 1–11.
Aditya, S., & Irawan, D. E. (2018). Pola Distribusi TDS di Tiga Lokasi Sungai Segmen Cimahi-Bandung Utara dan Perkiraan Sumbernya [Institut Teknologi Bandung].
Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). (2004).
Toxicological profile for Ammonia. Atlanta : Department of Health and Human Services, Public Health Service.
Agustin, S. (2022). Analisis Kualitas Air Sungai Angke di Kota Jakarta Barat Menggunakan Metode Indeks Pencemar. Universitas Islam Negri Sunan Ampel.
Agustiningsih, D., Sasongko, S. B., & Sudarno. (2012). Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal.
Jurnal Presipitasi, 9(2), 64–71.
Akhadi, M. (2000). Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Akhadi, M. (2009). Mengenali dampak lingkungan dalam pemanfaatan sumber- sumber energi. Jakarta : Graha Ilmu.
Alfathia, D. A., Hastiawan, I., & Setiawan, D. (2017). Pembuatan Radioiodida-131 (131I) Bebas Pengemban Berdasarkan Kolom Resin Amberlit. Jurnal Sains Dan Teknologi Nuklir Indonesia, 18(2), 61–72.
Alzahrani, A. S., Bakheet, S., Al Mandil, M., Al-Hajjaj, A., Almahfouz, A., & Al Haj, A. (2001). 123I Isotope as a diagnostic agent in the follow-up of patiens with differentiated thyroid cancer: comparison with post 131I therapy whole body scanning. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 86(11), 5294–5300.
Amiruddin, A. (2005). Kimia Inti dan Radiokimia. Jakarta : BATAN Press.
Anggeraeni, R. W., Rachma, A. J., Ustati, R. T., & Astuti, I. A. D. (2020). Analisis Kualitas Air Sungai Ciliwung ditinjau dari Parameter pH dan Kekeruhan Air Berbasis Logger Pro. Prosiding Seminar Nasional Sains, 2(1), 29–38.
Asmadi, & Suharno. (2012). Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
47 Astuti, A. D. (2014). Kualitas Air Irigrasi Ditinjau dari Parameter DHL, TDS, pH pada Lahan Sawah Desa Bulumanis Kidul Kecamatan Margoyoso. Jurnal Litbang, X(1), 35–42.
Aziz, M., Hidayanto, E., & Lestari, D. D. (2015). Penentuan Aktivitas 60Co Dan 137Cs Pada Sampel Unknown Dengan Menggunakan Detektor Hpge.
Youngster Physics Journal, 4(2), 189–196.
Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 6989.59:2008 Air dan air limbah – Bagian 57: Metoda pengambilan contoh air permukaan. SNI 6989.59:2008, 59(2), 19-23.
BAPETEN. (2013). Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 07 Tahun 2013 Tentang Nilai Batas Radioaktivitas Lingkungan.
BATAN. (2013). Analisis Sampel Radioaktivitas Lingkungan Bagian 2 : Analisis Radionuklida Pemancar Gamma. Jakarta : BATAN Press.
BATAN. (2017). Standar Operasional Prosedur Analisis Radionuklida 137Cs, 134Cs, 131I dan 60Co pada Sampel Air. Jakarta : BATAN Press.
Bestari, M., Irawan, D., Erni, T., Andraeni, R., Muslich, A., & Fidiarini, N. (2001).
Buku Pintar Nuklir. Jakarta : BATAN Press.
Bois. (2011). Estimation of Marine Source-Term Following Fukushima Dai-Ichi Accident. Journal Environ Radioact, 30(1), 1–8.
Budianti, A., P, J. E., & Permana, T. (2019). Evaluasi Tingkat Lepasan Zat Radioaktivitas dari Operasi Fasilitas PTLR Tahun 2019. Prosiding Hasil Penelitian Dan Kegiatan PTLR Tahun 2019, 3(1), 1–8.
Bunawas, Iskandar, D., Wahyudi, & U, W. (2000). Pengukuran I-131 di Udara Menggunakan Spektrometer Gamma Portabel. Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi Dan Lingkungan VIII, 3(1), 242–246.
Cahyati, I. D., Amri, G. F., & Hendrawati. (2021). Analysis of Co-60 and I-131 Radionuclide on The Water Samples of East Jakarta Flood Canal by Using Gamma Spectrometer. International Journal of Scientific and Research Publications (IJSRP), 11(9), 1–9.
Candra, H., Wurdiyanto, G., & Holnisar. (2019). Analisis Kurva Kalibrasi Efisiensi Spektrometer Gamma Menggunakan Sumber Standar Eu-152 pada Rentang Energi 121-1408 keV. Prosiding Seminar Nasional Infrastruktur Energi Nuklir, 3(1), 503–507.
Chang, R. (2010). Chemistry 10th edition. New York: McGraw-Hill.
48 Christiana, R., Anggraini, I. M., & Syahwanti, H. (2020). Analisis Kualitas Air dan Status Mutu Serta Beban Pencemaran Sungai Mahap di Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat. Jurnal Serambi Engineering, 5(2), 941–950.
Dawud, M., Namara, I., Chayati, N., & Taqwa, F. M. L. (2016). Analisis Sistem Pengendalian Pencemaran Air Sungai Cisadane Kota Tangerang Berbasis Masyarakat. Seminar Nasional Sains Dan Teknologi, 6(1), 1–8.
Didi, A., Dadouch, A., & El Bekkouri, H. (2016). Feasibility study for production of iodine-131 using dioxide of tellurium-130. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 8(11), 327–331.
Djoharam, V., Etty, R., & Yani, M. (2018). Analisis kualitas air dan daya tampung beban pencemaran Sungai Pesanggrahan di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 8(1), 1–9.
Dotzel, M. (2003). Guidance For Industry On Prussian Blue For Treatment Of Internal Contamination With Thalium or Radioactive Cesium Avaibility Food and Drug Administration. Journal of Departement of Health and Human Service, 3(1), 1–19.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : kanisius.
Fesenko. (2009). Site Characterisation and Measurement Strategies For Remediation Purposes. Remediation of Contaminated Environments Elsevier, 4(1), 1–10.
Harbert, J., & Rocha, A. F. (1984). Textbook of Nuclear Medicine Vol. 1.
Philadelphia : Lea & Febiger.
Haris, A. (2021). Otomasi Penentuan Nilai Radioaktivitas Radioisotop 241Am, 60Co, 137Cs, dan 22Na Menggunakan Multi-Output Machine Learning [Skrpsi]. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Hidayanti, H., & Safitri, K. W. (2016). Sintesis dan Karakterisasi Molibdenum- Ftalosianin untuk Bahan Sasaran Radioisotop Molibdenum99 (99Mo) Aktivitas Tinggi [Skripsi]. Bandung : Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
Hindarko, S. (2003). Mengolah Air Limbah : Supaya Tidak Mencemari Orang Lain.
Jakarta : Penerbit ESHA.
Ibisch, R., & Borchardt, D. (2009). Integrated Water Resouces Management (IWRM). Reasearch to Implementation.
49 Imroatushshoolikhah, Purnama, I., & Suprayogi, S. (2014). Kajian Kualitas Air Sungai Code Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia, 28(1), 23–32.
International Atomic Energy Agency (IAEA). (2005). Worldwide Marine Radioactivity Studies (WOMARS) Radionuclide Levels in Oceans and Seas.
Coordinated Research Project. IAEA-TECDOC, 4(1), 1–7.
Islamiaty, R. R., & Halimah, E. (2008). Review: Tinjauan Pustaka Mengenai Karakteristik Radioisotop Yang Digunakan Pada Pembuatan Radiofarmaka.
Farmaka Suplemen.
Junaidi, F. F. (2014). Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera Sampai Dengan Pulau Kemaro). Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 2(3), 542–552.
Karo, R. M. (2018). Penentuan Aktivitas Radionuklida Alam (Ra-226, Th-232, &
K-40) Dalam Debu Vulkanik Gunung Sinabung, Pupuk Fosfat Dan Tanah Pertanian Dengan Metode Spektrometri Gamma Serta Perkiraan Dampaknya Pada Lingkungan [Skripsi]. Sumatera : Universitas Sumatera Utara.
Kementerian Agama Republik Indonesia. (2021). Al-Quran dan Terjemahan.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes). (2014). Profil Kesehatan Indonesia. In Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Kholili. (2015). Kondisi Radioekologi Kelautan Di Perairan Pesisir Sumenep Pulau Madura : Status Konsentrasi 137Cs Dan 239/240Pu [Skripsi]. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Krane, K. (1992). Fisika Modern. Jakarta : UI Press.
Kurniawati, M., Muslim, & Susento, H. (2013). Aktivitas Radionuklida Antropogenik 137Cs Di Perairan Semarang Berdasarkan Sirkulasi Arus Global. Journal of Oceanography, 2(1), 73–78.
Kurniawati, S., Lestiani, D. D., & Kusmartini, I. (2011). Penentuan aktivitas I-131 dan Co-60 di laboratorium PTNBR. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Nuklir, 6(2), 205–212.
Kusmartini, I., Prakoso, D., Atmodjo, D., Kurniawati, S., Dwiana, D., Aktivitas, P., Radioaktif, S., & Gamma, P. (2013). Penentuan Aktivitas Sumber Radioaktif Pemancar Gamma Eu-152 di laboratorium PTNBR. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Nuklir, 3(1), 121–127.
Kusuma, H., Yahya, M. N., & Wulandari, S. Y. (2016). Distribusi Radionuklida 137Cs di Air dan Sedimen Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta. Jurnal Keselamatan Radiasi Dan Lingkungan, 1(2), 17–21.