• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

51. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi 52. Memeriksa nadi ibu

53. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % 54. Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

di sediakan

55. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih/kering

56. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum

57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

58. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

60. Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah (Depkes, 2012, hal.

37-13

2) Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan.

3) Semua peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah disterilkan. Khusus untuk bola karet penghisap lender angan dipakai untuk lebih dari satu bayi.

4) Handuk, pakaian atau kain yang akan digunaka dalam keadaan bersih (demikian juga dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop).

5) Dekontaminasi dan cuci alat setelah digunakan.

2. Penilaian bayi baru lahir

Segera setelah lahir lakukan penilaian awal secara cepat dan tepat (0-30 detik) untuk membuat diagnosa dan dilakukan asuhan berikutnya, yang dinilai (Sarwono, 2011) yaitu bayi cukup bulan atau tidak, usaha nafas terlihat dari bayi menangis keras, warna kulit sianosis atau tidak, dan gerakan aktif atau tidak. Jika bayi tidak bernafas, mengap-mengap atau lemah maka segera lakukan resistansi bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008)

Tabel 2.8 Apgar Score

Skor 0 1 2

Appearance color(warna kulit)

Biru pucat Badan merah muda, ekstremitas

biru

Seluruh tubuh merah muda Pulse (heart rate)

atau frekuensi jantung

Tidak ada Lambat

<100x/menit

>100x/menit Grimace (reaksi

terhadap

Tidak ada Merintih Menangis

dengan kuat,

rangsangan) batuk/ bersin Activity (tonus

otot)

Lumpuh Ekstremitas dalam fleksi sedikit

Gerakan aktif Respiration

(usaha nafas)

Tidak ada Lemah, tidak teratur

Menangis kuat Sumber : Saifuddin (2011)

Klasifikasi afsiksia menurut Saifuddin (2011) yaitu asfiksia ringan (apgar skor 7-10), asfiksia sedang (apgar skor 4-6), asfiksia berat (apgar skor 0-3).

3. Mempertahankan suhu bayi (Sarwono, 2011) a. Mekanisme kehilangan panas

1) Konduksi : melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan di atas meja, tempat tidur atau timbangan yang dingin.

2) Konveksi : terajadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditemptkan dalam ruangan yang dingin, suhu udara di kamar bersalin minimal 20℃ dan tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka.

3) Evaporasi : terjadi karena menguapnya cairan pada permukaan tubuh bayi lahir karena tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi setelah bayi dimandikan. Karena itu bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan menggunakan handuk hangat.

4) Radiasi : terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda dengan temperature lebih dingin meskipun benda tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.

b. Mencegah Kehilangan Panas

Keringkan bayi segera setelah lahir untuk mencegah terjadinya evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain (menyeka tubuh bayi juga termasuk rangsangan taktil untuk membantu memulai pernafasan), dan tidak memandikan bayi selama 6 jam setelah lahir untuk mencegah hipotermi (Depkes RI, 2012).

Inisiasi menyusui dini, berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin, kontak dini diantara ibu dan bayi penting untuk kehangatan mempertahankan panas yang besar pada bayi baru lahir dan ikatan batin dengan pemberian ASI (Saifuddin, 2011).

4. Pemeriksaan bayi baru lahir (Muslihatun, 2011)

Dalam waktu 24 jam, apabila bayi tidak mengalami masalah apapun, segeralah melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Hal penting yang harus dilakukan yaitu:

a. Periksa bayi di bawah pemancar panas dengan penerangan yang cukup, kecuali ada tanda-tanda jelas bahwa bayi sudah kepanasan.

b. Untuk kasus bayi baru lahir rujukan, minta orang tua/keluarga bayi hadir selama pemeriksaan dan sambal berbicara dengan keluarga bayi serta sebelum melepaskan pakaian bayi, perhatikan warna kulit, frekuensi nafas, postur tubuh, reaksi terhadap rangsangan dan abnomalitas yang nyata.

c. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan.

d. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan.

e. Bersikap lembut pada waktu memeriksa.

f. Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap detail pemeriksaan head to toe secara sistematis.

g. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut dan dokumentasikan setiap hasil pengamatan.

5. Pemeriksaan umum pada bayi (Saifuddin, 2010)

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi denyut jantung bayi (120- 180 kali per menit), suhu tubuh (36,50-370), dan pernafasan (40-60 kali per menit).

b. Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan (2500-4000 gram), Panjang badan (44-53 cm), lingkar kepala (31-36 cm) terbagi atas fronto-oksipito (34 cm), bregma-oksipito (32 cm), subment-oksipito (35 cm), lingkar dada (30-33 cm), lingkar lengan (>9,5 cm).

c. Berikan vitamin K 1 mg IM di paha kiri anterolateral dan setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral.

6. Pemantauan bayi baru lahir

Menurut Saifuddin (2011), tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan

perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

a. Pemantauan bayi pada 2 jam pertama sesudah kelahiran meliputi kemampuan menghisap bayi kuat atau lemah, bayi tampak aktif atau lunglai, dan bayi kemerahan atau biru.

b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi, penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan, gangguan pernafasan, hipotensi, infeksi, dan cacat bawaan atau trauma lahir.

E. Konsep Dasar Masa Nifas

Dokumen terkait