• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Proses Pembuatan Ammonia

BAB IV DESKRIPSI PROSES PRODUKSI I

4.1. Unit Ammonia

4.1.4. Konsep Proses Pembuatan Ammonia

Katalis Methanator

Pada methanator berisi katalis dengan jenis NiO.

Katalis Ammonia Converter 

Konverter amoniak berisi katalis dengan jenis promoted iron  synthesis catalyst .

reforming . Proses pembuatan ammonia dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Penyediaan Gas Sintesa 2. Pemurnian Gas Sintesis 3. Sintesis Ammonia 4. Refrigerasi

5.  Recovery Purge Gas

Secara garis besar, blok diagram pembuatan amoniak dapat dilihat pada Gambar 4.1 :

Gambar 4.1 Blok Diagram Proses Pembuatan Ammonia 1. Penyediaan Gas Sintesa

Gas sintesa diperoleh dengan mereaksikan gas alam (kandungan CH4  tinggi) dan steam. Gas alam yang digunakan sebagai inlet masih mengandung sulfur sebesar 0,11% yang mampu merusak katalis. Oleh karena itu ada beberapa tahap dalam penyediaan gas sintesa yaitu sebagai berikut :

a) Desulfurisasi

Desulfurasi merupakan langkah untuk menghilang kan senyawa belerang (S) yang terkandung dalam gas alam

(feed gas). Pada desulfurisasi terdapat katalis yang berfungsi

untuk menangkap sulfur gas alam, karena sulfur (S) mampu meracuni katalis dalam reformer. Ada dua macam unsur sulfur dalam gas alam yaitu senyawa sulfur reaktif (sulfur anorganik) dan non reaktif (sulfur organik). Terdapat dua katalis yang digunakan dalam proses desulfurisasi yaitu katalis Co-Mo dan ZnO, dengan reaksi sebagai berikut.

Reaksi yang terjadi pada katalis Co-Mo : CH3HS(g) + H2(g)→ CH4(g) + H2S(g) + Panas

( T = 350-400°C,P = 24,7 kg/cm2) C4H4S(g) + 4 H2(g)→ n –  CH4H2O(g) + H2S(g)+ Panas

( T = 350-400°C,P = 24,7 kg/cm2) Reaksi yang terjadi pada katalis ZnO :

H2S(g) + ZnO(s) → ZnS(s) + H2O(g) + Panas

( T = 350-400°C,P = 24,7 kg/cm2) Senyawa sulfur reaktif (H2S) dapat dengan mudah ditangkap oleh katalis ZnO. Sedangkan senyawa sulfur non reaktif (CH3HS dan C4H4S) sulit ditangkap oleh katalis ZnO sehingga dapat dihilangkan dengan mengubahnya menjadi senyawa sulfur reaktif (H2S) dengan katalis Co-Mo (Cobalt Molybdate). Senyawa non reaktif yang telah diubah menjadi H2S selanjutnya akan ditangkap oleh katalis ZnO. Pada reaksi katalis Co-Mo, H2  digunakan untuk menghidrogenasi senyawa sulfur. Gas H2 diperoleh dari aliran recycle syngas yang kaya akan hidrogen pada discharge kompresor tahap  pertama syngas.

Proses desulfurisasi terjadi dalam bejana Co- Mo/ZnO  Desulfurizer Vessels 108-DA/B yang masing- masing mengandung 4,25 m3  katalis Co-Mo dan 35,4 m3 katalisZnO. Temperature proses dijaga 350-400°C untuk meminimalkan terjadinya cracking   pada produk umpan.

Dalam proses ini, kandungansulfur pada gas alam dapat

 berkurang hingga menjadi 0,1 ppm. Konsentrasi sulfur pada keluaran bejana yang melebihi 0,5 ppm menandakan telah terjadinya breakthrough yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti bed  yang telah jenuh, katalis yang sudah rusak, temperatur terlalu rendah, dan laju alir yang terlalubesar sehingga beda tekanan meningkat.

b) Steam Reforming (Primary Reformer)

Primary reformer bertujuan untuk membentuk syngas dengan mereaksikan gas alam dengan steam. Pada  steam reforming   digunakan katalis nikel-alumina yang ada dalam tube-tube untuk mempercepat reaksi gas alam dan steam. Reaksi yang terjadi dalam primary reforming   adalah sebagai berikut :

CH4(g) + H2O(g) + panas ↔ CO(g) + H2(g) ΔH = 49,3 kkal/mol ( T = 800C,P = 38 kg/cm2) CO(g) + H2O(g) ↔ CO2(g) + H2(g)+ panas ΔH = -9,8 kkal/mol

( T = 800C,P = 38 kg/cm2) Reaksi keseluruhan berlangsung secara endoterm dengan temperatur sebesar 800C dan tekanan 38 kg/cm2. Jumlah steam yang diperlukan untuk reaksi di primary reformer ditentukan dari perbandingan antara mol steam dengan mol carbon dalam gas alam (Steam to Carbon Ratio S/ C Ratio). Rasio S/C yang baik adalah 3,0 –  3,5. Rasio S/C yang rendah dapat menyebabkan terbentuknya deposit carbon  pada permukaan katalis. Gas yang dihasilkan pada primary reformer mengandung methane 10 –  12%. Komposisi gas out  primary reformer   yang terdiri dari CH4  12,17%, N2 0,58%, H2  65,76%, CO2  11,26%, CO 10,23% dan Argon 0%.

Adapun PFD dari primary dan secodary reformer disajikan  pada Gambar 4.2 :

Gambar 4.2 Proces Flow Diagram Primary & Secondary Reformer c) AutoThermal Reforming (Secondary Reformer)

Gas dari primary reformer direaksikan lebih lanjut hingga methane 0,3%, dalam bejana bertekanan yang dilapisi  batu tahan api. Panas yang diperlukan diperoleh dari  pembakaran gas dengan udara luar menghasilkan N2  untuk sintesa NH3. Pada  secondary reformer   terjadi proses autokatalitik yang tidak melibatkan pembakaran bahan bakar maupun menggunakan steam murni. Udara proses akan  bereaksi dengan gas H2  dari hasil primary reformer . Reaksi yang terjadi dalam  secondary reformer adalah sebagai  berikut:

2 H2(g) + O2(g)↔ 2 H2O(g) ΔH =-57,58 kkal/mol

( T = 800C,P = 38 kg/cm2) CH4(g) + H2O(g) + Panas ↔ CO(g) + H2(g) + Panas

( T = 800C,P = 38 kg/cm2) CO(g) + H2O(g) ↔ CO2(g) + H2(g) + Panas

( T = 800C,P = 38 kg/cm2) Reaksi pembakaran gas H2  merupakan reaksi eksotermis.adanya panas reaksi, temperatur keluaran

 secondary reformer mencapai 1000°C. Syngas  panas keluaran secondary reformer  digunakan sebagai pembangkit steam dalam Waste  Heat Boiler . Sebelum memasuki  High Temperature Shift Converter, temperatur  gas panas turun menjadi 371°C. Komposisi gas outlet  secondary reformer  terdiri dari N2 23,31%, H2 54,31%, CH4 0,33%, Ar 0,33%, CO27,93%, CO 13,83%.

d) Shift Converter

Shift Converter berfungsi untuk mengkonversi CO menjadi CO2. CO merupakan gas yang beracun bagi katalis sehingga mampu mengoksidasi Fe pada sintesis ammonia.

Ada dua tahap dalam mengkonversi CO menjadi CO2 yaitu  High Temperature Shift Converter (HTS) dan  Low

Temperature Shift Comverter (LTS). Reaksi yang terjadi  pada reaktor HTS dan LTS adalah sebagai berikut :

Reaksi HTS :

CO(g) + H2O(g) CO2(g) + H2(g)ΔH = -98 kkal/mol ( T = 425°C,P = 35,88 kg/cm2 ) Reaksi LTS :

CO(g) + H2O(g) CO2(g) + H2(g)ΔH = -98 kkal/mol ( T = 200°C - 260°C,P = 35,88 kg/cm2 ) Kinetika reaksi akan maksimal pada temperatur tinggi sedangkan konversi tinggi akan tercapai dalam kondisi operasi bertemperatur rendah. Oleh karena itu, HTS untuk mereaksikan sebagian besar CO pada suhu tinggi (425C)  bertekanan 35,88 kg/cm2  dengan katalis besi (Fe2O3), sedangkan LTS untuk mereaksikan sisa CO sehingga menghasilkan kadar CO yang rendah yang bisa diterima di  proses methanasi. Reaksi LTS terjadi pada suhu 200C -260C

dengan katalis Cu-ZnO. Gas outlet HTS akan masuk ke waste heat boiler   (WHB) 103-C1/C2 dengan kadar CO 3,65%

sedangkan gas keluarkan LTS dengan kadar CO 0,3% panas

reaksinya digunakan untuk menyediakan energy yang diperlukan untuk CO2 removal dan pemanasan BFW. Adapun PFD dari Shift Converter dapat dilihat pada Gambar 4.3 :

Gambar 4.3 Proces Flow Diagram HTS dan LTS Converter 2. Pemurnian Gas Sintesa

Gas sintesa yang dihasilkan dari tahap penyediaan masih mengandung CO2 dalam jumlah cukup besar. Gas CO2

merupakan racun bagi katalis Fe2O5dalam sintesa ammonia sehingga perlu dipisahkan dari gas N2 dan H2. Terdapat dua cara  pemurnian gas sintesa yaitumelalui CO2 removal dan methanator.

a) CO2 Removal

Menghilangkan CO2  dari gas sintesis menggunakan  Benfield Low Heat Process. Larutan befield  berfungsi sebagai penyerap CO2 dengan komponen-

komponen sebagai berikut:

2CO3 dengan konsentrasi 25 –  30%

2CO3 (liq) + H2O (liq) + CO2 (g) <=> 2KHCO3 (liq)

DEA (Diethanol Amine) sebagai activator 

KNO2  (Potasium Nitrit) : mengontrol keadaan oksidasi dari vanadium. Reaksi sebagai berikut :

V+4 + KNO2(liq)→ V+5 + N2(g) + NO(g)

V2O5 sebagai corrosion inhibitor 

Membentuk lapisan pelindung pada dinding dalam absorber dan menurunkan atau meminimalisir korosi pada  pipa, vessel, dan pompa.

Absober

Penghilangan gas CO2  dilakukan dengan cara absorbs gas CO2  oleh media K 2CO3 aliran counter current  pada tekanan tinggi 28  –   32 kg/cm2  dengan temperatur 70C. Reaksi Absorbsi:

2CO3(aq) + H2O(g) + CO2(g)→2KHCO3(aq)

( T = 70°C,P = 28 –  32 kg/cm2g )

Stripper

CO2 yang telah terserap dalam larutan Benfield akan masuk ke dalam stripper. Di dalam stripper terjadi  pelepasan CO2  dari larutan Benfield dengan bantuan steam dengan kondisi operasi yang berkebalikan dengan tekanan rendah 0,5-1 kg/cm2g dan temperature 100- 130C (pada temperature jenuh). Reaksi pelepasan CO2 yaitu:

2KHCO3(aq) 2CO3(aq) + H2O(g) + CO2(g)

( T = 100°C - 130°C,P = 0,5-1 kg/cm2g ) Larutan Benfield yang sudah tidak mengandung CO2

kemudian direcycle kembali ke dalam absorber   dengan laju alir recycle sebesar 1350 ton/jam sebagai semi lean  solution. Komposisi gas keluaran dari absorber ini yaitu 25.3% N2, 73.59% H2, 0.36% CH4, 0.32% Ar, 0.06%

CO2  dan 0.3% CO. Adapun gambar Proces Flow Diagram dari CO2  Removal dapat dilihat pada Gambar 4.3 :

Gambar 4.4 Proces Flow Diagram CO2 Removal b) Methanator

Sisa gas CO dan CO2  yang masih terkandung dalam gas hasil proses sebelumnya diubah kembali menjadi CH4  (gas metana) dengan direaksikan bersama H2, CH4

 bersifat inert bagi katalis dalam sintesis amoniak. Reaksi yang terjadi dalam methanator yaitu :

CO(g) + 3H2(g)→ CH4(g) + H2O(g)+ panas ΔH = -49,3kkal/mol ( T = 340°C,P = 30 kg/cm2 ) CO2(g) + 4H2(g) CH4(g) + 2H2O(g) + panasΔH = - 639,4kkal/mol

( T = 340°C,P = 30 kg/cm2 ) Persamaan reaksi dalam unit metanator bersifat eksotermis. Kondisi operasi yangdigunakan dalam metanator adalah 340°C dan 30 kg/cm2.Kadar CO dan CO2 yang keluar kurang dari 10 ppm. Reaksinya sangat eksotermis sehingga kenaikan CO dan CO2 sedikit saja akan menaikan suhu dengan cepat. Adapun gambar Proces Flow Diagram Methanator dapat dilihat pada Gambar 4.5 :

Gambar 4.5 Proces Flow Diagram Methanator 3. Sintesis Ammonia

Pembentukan ammonia berlangsung pada unit ammonia converter . Proses sintesis ammonia dihasilkan dari reaksi antara H2 yang berasal dari reaksi gas alam dengan steam dan N2  yang diperoleh dari udara bebas yang dimasukkan ke dalam sistem. Syngas didinginkan hingga mencapai 37C dan tekanan dinaikkan secara bertahap sebelum masuk ke dalam konverter ammonia ( syngas compressor ).

Disamping CO dan CO2, H2O juga bersifat racun terhadap katalis konverter ammonia yaitu besi (Fe2O5).Oleh karena itu molecular sieve dryer   dipasang untuk memisahkan H2O sebelum masuk konverter ammonia.Selain itu, molecular  sieve dryer  juga berfungsi untuk menyerap sisa CO2 yang masih ada. Ada dua alat penting yang digunakan dalam proses sintesa ammonia yaitu:

a)  Syngas Compressor 

Bertujuan untuk mengkompresi sisntesis gas pada tekanan operasi Suhu input  37oC dan suhu output  42oC Tekanan input 30 kg/cm2dan tekananoutput  180 kg/cm2.

b) Ammonia Converter

Reaksi yang terjadi pada unit ini adalah:

 N2(g) + 3H2(g)↔ 2NH3(g) + panas

( T = 500°C - 550°C,P = 179 kg/cm2g ) Tekanan operasi pada unit ini adalah 179 kg/cm2g dan suhunya 500-550oC dengan menggunakan katalis besi (Fe2O5). Konversi Ammonia yang didapat sebesar 16,8%

dengan desain alat 17,2% dimana yang menjadi limiting reaktan adalah N2 sehingga sisa H2 akan di recycle.

4. Refrigrasi

Refrigerasi berfungsi untuk mengkondensasikan ammonia dari vent gas dan purge gas serta menurunkan jumlah H2O dari gas sintesia. Gas-gas lain yang keluar converter ammonia akan terpisah dari produk berupa ammonia. Sistem refrigerasi terdiri atas compressor, refrigerant condenser, evaporator   dan  flashdrum. Refrigerasi digunakan untuk mendinginkan amoniak dan mengubahnya dalam bentukcair, serta sebagai pendingin make up gas sebelum masuk ke dryer.

Amoniak yang masukdalam sistem refrigerasi berasal dari  syn loop, serta recovery amoniak dari purge dan flash.Refrigerant yang digunakan adalah amoniak. Ammonia akan dicairkan hingga suhu -32 oC dengan tekanan 0,06 kg/cm2. Ammonia didinginkan dengan refrigerant sistem yang menggunakan empat tingkat, dengan 4 level suhu yang berbeda-beda yaitu 13oC, -1 oC, -13 oC, -32 oC. sebagian besar berupa liquid (cairan) dan sebagian berupa vapor yang digunakan untuk bahan baku pembuatan pupuk ZA di unit ZA I dan III. Adapun gambar Proces Flow Diagram Sintesis Ammonia dan Refigrasi dapat dilihat pada gambar 4.6 :

Gambar 4.6 Proces Flow Diagram Sintesis Ammonia dan Refigrasi 5. Recovery Purge Gas

Unit recovery purge gas  atau PGRU (Purge Gas  Recovery Unit) dan HRU ( Hydrogen Recovery Unit) digunakan untuk merecovery atau memisahkan dan menggunakan ulang gas- gasyang dapat digunakan. PGR dapat me-recover   (daur ulang) gas amoniak dan HR dapatme-recover   H2. Gas H2 dan NH3 dipisahkan ke dalam  syn loop  untuk digunakan kembali atau dijual. Selain itu, gas-gas keluaran PGR dan HR masih memiliki nilai kalor (GHV) yangcukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagian ke tungku primary reformer  sebagaibahan  bakar. Dengan memanfaatkan  purge gas  sebagai bahan bakar,  pabrik amoniak dapat mengurangi konsumsi bahan bakar dalam

tungku reformer.

Dokumen terkait