F. Kerangka Teori 1. Peran
2. Koperasi Syariah a. Pengertian Syariah a.Pengertian Syariah
Secara bahasa koperasi berasal dari bahasa lain “coopere”, yang dalam bahasa Inggris disebut Comperation. “Co” berarti bersama dam “Operation” berarti bekerja. Jadi Comperation berarti bekerja sama. Dalam hal ini. Kerja sama tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. Di dalam UU No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa, “koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang- orang atau bada hukum koperasi yang melandaksan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargan”. Menurut Drs.
Arifal Chaniago dalam bukunya “Perkoperasian Indonesia”
mendefinisikan koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jamaniah pada anggotanya.
Sedangkan menurut Moh. Hatta sebagai “Bapak Koperasi Indonesia” mengatakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawab berdasarkan seoarang buat semua dan semua buat seorang. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi merupakan suatu badan usaha yang beranggotakan badan hukum atau sekumpulan orang- orang yang melakukan kegiatan ekonomi berdasarkan azas
17GuruPendidikan, “PengertinPeran” ,dalam https://seputarilmu .com/2019/12/peran.html, diakses 14 April, 04.35.
14
kekeluargaan, saling bergotong royong dan tolong menolong diantara anggota untuk mencapai suatu kesejahteraan.18
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) merupakan entitas keuangan mikro syariah yang unik dan spesifik khas Indonesia. Kiprah KSPPS dalam melaksanakan fungsi dan perannya menjalankan peran ganda yaitu sebagai lembaga bisnis (Tmwil) dan disis yang lain melakukan fungsi sosial yakni menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana ZISWAF (Zakat, Infak, Sodaqoh, dan wakaf) dalam menghimpun dana dapat digunakan untuk kepentingan sosialitas, namun demikian sebagai KSPPS pemberdayaan, khususnya bagi pelaku usaha mikro.
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) sebelumnya disebut sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) terlahir dari Baitul Maal wat Tamwil (BMT).19
b. Landasan Hukum Koperasi syariah
Koperasi syariah merupakan lembaga yang terlahir dari BMT, maka sebelum dikeluarkannya dasar hukum untuk KSPPS telah diterbitkan terlebih dahulu dasar hukum untuk BMT.
Pendiri BMT di Indonesia diilhami oleh keluarnya kebijakan pemerintah berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan dan PP No. 72 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan bagi hasil. Ketika bank-bank syariah dibeberapa wilayah. BMT-BMT pun tumbuh subur mengikuti kebijakan pemerintah tersebut.
Kemudian dasar hukum berdirinya KSPPS yaitu dengan berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah Daerah telah membawa implikasi pada kewenangan pemerintah pusat. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di bidang perkoperasian. Selain itu berlakunya UU No. 21/2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan UU No. 1/2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro juga memerlukan penyesuaian nomenklatur tupoksi Kementerian Koperasi dan UKM RI terkait diakomodir dalam paket kebijakan 1 pemerintah tahun 2015
18Sukmayadi, Koperasi Syariah dari Teori untuk Praktek, (Bandung:
ALFABETA, 2020), cet. 1, hlm. 1.
19 Ibid, hlm. 27.
15
Bidang Perkoperasian dengan menerbitkan permenkop dan UKM No. 16/2015 tentang Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh koperasi sebagai pengganti penerbitan keputusan Mentri Koperasi dan UKM No. 91/2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syariah oleh koperasi, sehingga terjadi perubahan nama KJKS/UJKS Koperasi menjadi KSPPS/USPPS Koperasi.20
c. Tujuan dan Fungsi Koperasi Syariah Tujuan Koperasi Syariah
Berdasarkan keterangan UU Nomor 25 Tahun 1992, KSPPS bertujuan untuk memajukan kesejateraan anggota terutama pada masyarakat serta ikut membina tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, dan makmur menurut pancasila dan UUD 1945.
Tujuan KSPPS ialah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan kesejahteraan masyarakat dan ikut serta dalam membina perekonomian Indonesia menurut prinsip-prinsip Islam.
Tujuan dari KSPPS yaitu memberikan manfaat dalam perekonomian yakni dengan menciptakan sumber pembiayaan serta menyediakan modal untul sektor UMKM sebagai pelaku usaha produktif.21
Tujuan koperasi dapat ditemukan dalam pasal 3 UU No.
25/1992, yang berbunyi: “koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945”. Berdasarkan pasal tersebut, tujuan koperasi pada garis besarnya meliputi tiga hal yaitu:
1) Memajukan kesejahteraan anggota 2) Memajukan kesejahteraan masyarakat
20 Ibid, hlm. 27-28.
21Wahid Wahyu Adi Winarto dan Fatimatul Falah, “Analisis Sitem Pengelolaan Keuangan Pembiayaan Syariah dengan Akad Murabahah”, JPS (Jurnal Perbankan Indonesia), Vol. 1, Nomor 2, Oktober 2020, hlm. 151.
16
3) Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional.22 Fungsi Koperasi
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya.
b. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menajdi lebih amanah, profesional, konsisten, dan konsekuen di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan prinsip-prinsip Islam.
c. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
d. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
e. Menumbuhkembangkan usaha-usaha produktif anggota.23 3. Pengembangan Usaha
a. Pengertian Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha adalah tugas dan proses persiapan analisis tentang peluang pertumbuhan potensial, dukungan dan pemantauan pelaksanaan peluang pertumbuhan usaha, tetapi tidak termasuk keputusan strategi dan implementasi dari peluang pertumbuhan usaha. Sedangkan untuk usaha yang besar terutama di bidang teknologi industri Pengembangan Usaha adalah istilah yang sering mengacu pada pengaturan dan mengelola hubungan strategis dan aliansi dengan yang lain. Menurut Soeharto Prawirokusumo, perkembangan usaha dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu tahap conceptual, start up, stabilisasi, pertumbuhan (growth stage), dan kedewasaan. Dikajian ini akan membahas perkembangan usaha dilihat dari tahapan conceptual, yaitu:
22 Cantika Ayu Wardhani, “ Peran Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di BMT Fajar Cabang Bandar Lampung”, (Skripsi, FEBI UIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2019), hlm. 42.
23 Sofianitriani, “Konstruksi Norma Hukum Koperasi Syariah dalam Kerangka Sistem Hukum Koperasi Nasional”, Jurnal Hukum Islam (JHI) Vol. 12. Nomor. 2, Desember 2014, hlm. 137.
17
1) Mengenal peluang potensial Dalam mengetahui peluang potensial yang penting harus diketahui adalah masala- masalah yang ada dipasar, kemudian mencari solusi dari permasalahan yang telah terdeteksi. Solusi inilah yang akan menjadi gagasan yang dapat direalisasikan.
2) Analisa peluang Tindakan yang bisa dilakukan untuk merespon peluang bisnis adalah dengan melakukan analisa peluang berupa market research kepada calon pelanggan potensial. Analisa ini dilakukan untuk melihat respon pelanggan terhadap produk, proses, dan pelayanannya.
3) Mengorganisasi sumber daya Yang perlu dilakukan ketika suatu usaha berdiri adalah memenejemen sumber daya manusia dan uang. Pada tahap inilah yang sering disebut sebagai tahap memulai usaha. Pada tahap ini dikatakan sangat penting karena merupakan kunci keberhasilan pada tahap selajutnya. Tahap ini bisa disebut sebagai tahap warming up.
4) Langkah mobilisasi sumber daya Langkah memobilisasi sumber daya dan menerima resiko adalah langkah terakhir sebelum ke tahap start up.24
b. Teknik Pengembangan Usaha Mikro 1) Perbaiki kualitas produk
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah memperbaiki kualitas produk. Selain itu, UMKM juga disarankan mengembangkan strategi penawaran produk barang atau jasa yang menjadi basis bisnisnya. Jika selama ini pelaku usaha terlalu sibuk menjalankan operasional, maka ini merupakan saatnya untuk berhenti sejenak dan mengatur ulang strategi demi kepuasan pelanggan. Pelaku pasar seringkali tak menyadari perbedaan antara perbaikan produk dan pengembangan penawaran. Pada dasarnya, produk adalah barang atau jasa yang dipasarkan dalam bisnis. Sedangkan penawaran adalah cara yang dilakukan pelaku usaha untuk
24 Nur Rahmatillah, “Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi”, dalam https://www.academia.edu/35637408/
UTS_F1217056_Nurrohmattillah, diakses tanggal 13 April 2022, Pukul 20.41.
18
memasarkan produk tersebut. Maka itu, pelaku usaha perlu membedakan antara produk dan penawaran berdasarkan perspektif konsumen.
2) Layanan dan harga
Selain itu, UMKM juga perlu memperbaiki layanan dan harga yang menjadi basis bisnisnya. Caranya, bisa dengan menghitung total semua biaya yang dikeluarkan selama produksi berlangsung. Ada 3 cara penetapan harga yang bisa Anda lakukan agar terhindar dari kerugian saat penentuan harga.
a. Penentuan harga berdasarkan biaya produksi ditambah dengan keuntungan, biasanya keuntungan diambil 30% dari harga produksi.
b. Penentuan harga berdasarkan kompetitor, jadi kamu bisa riset terlebih dahulu sebelum menentukan harga, tentukan harga di bawah kompetitor, tetapi dengan kualitas yang sama dengan kompetitor. Jadi ini bisa menjadi salah satu strategi untuk menarik konsumen dari kompetitor.
c. Penentuan harga berdasarkan permintaan, jadi konsumenlah yang akan menentukan harga produk yang kamu miliki dengan mengacu pada kualitas yang dimiliki, tetapi jika harga yang diberikan masih di bawah harga produksi, kamu harus bisa menaikan harga jualnya, sehingga bisa tetap mendapatkan keuntungan.
3) Manfaatkan teknologi dengan optimal
Pelaku usaha juga disarankan meng-automasi proses bisnisnya. Pada dasarnya, jika 2 poin diatas sudah diperbaiki, maka pelaku usaha yang tidak memiliki waktu dan energi karena dihabiskan oleh pencatatan manual dan cara-cara tradisional harus mulai menerapkan sistem berteknologi canggih yang akan menghemat waktu dan energi. Misalnya, mengubah pencatatan manual dengan software akuntansi online. Selain itu, mengubah proses pembayaran gaji karyawan yang semula manual menjadi sistem payroll otomatis. Mengubah sistem pembayaran pajak secara tradisional menjadi online dengan software yang tersedia.
19 4) Memilih tempat yang strategis
Agar penjualan bisa maksimal dan produk mudah didapatkan oleh konsumen di tengah pandemi virus Corona, maka pelaku UMKM haruslah memilih tempat yang strategis dan tepat untuk berjualan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan tempat usaha yaitu:
a) Lokasi yang strategis mudah di akses oleh semua orang namun tetap aman dan higienis.
b) Sesuai dengan target pasar yang sedang dibidik. Jika targetnya adalah pekerja, maka usaha yang dibuat haruslah berdekatan dengan perkantoran.
c) Mudah dijangkau oleh semua konsumen terutama dari segi transportasi.
5) Persiapkan skill lain untuk lebih berkembang
Pelaku usaha juga perlu meningkatkan keahlian yang dimiliki demi perkembangan bisnis di masa mendatang.
Misalnya keahlian dalam melakukan pemasaran via digital atau mengembangkan platform e-commerce sendiri. Dengan demikian, ketika situasi kembali normal, pelaku usaha dapat berlari lebih kencang dibanding sebelumnya. Hal ini dikarenakan krisis terjadi karena pola masyarakat yang hanya menahan daya beli, bukan tak memiliki kemampuan membeli.
Jika kondisi kesehatan warga dunia pulih dan mereda, ekonomi berpotensi kembali berjalan normal dan daya beli bisa meningkat lagi.
6) Pertahankan SDM terbaik
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan UMKM agar ampu bersaing adalah mempertahankan sumber daya manusia (SDM) terbaik. Hal ini perlu dilakukan karena orang-orang pilihan tersebut sudah terbukti bisa menghasilkan produk dan layanan terbaik jika memang sebelumnya usaha kamu berjalan lancar. Jadi sejak awal jangan ragu untuk melakukan seleksi kepada calon karyawan dalam bisnis UMKM yang kamu bangun, hindari referensi dari kenalan atau sodara jika dirasa skill yang dimiliki belum sesuai.
7) Manfaatkan kerjasama
20
Langkah terakhir yang bisa kamu lakukan dalam menjalani persaingan dengan perusahaan besar adalah kamu bisa melakukan kerjasama pada bidang-bidang yang belum dimiliki. Sebagai contoh, kamu merupakan pelaku UMKM yang memproduksi barang-barang kebutuhan rumah tangga, bisa mengajak kerjasama perusahaan lain yang bisa membantu kamu dalam distribusi ataupun pemasaran barang. Biar kerjasama yang dilakukan tak terlalu memberatkan, kamu bisa saja menerapkan sistem komisi. Sebagai contoh, kamu akan memberikan porsi keuntungan tertentu untuk setiap transaksi yang berhasil.25
4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Pengertian Usaha Mikro dan Menengah (UMKM)
Menurut UUD 1945 kemudian dikuatkan melalui TAP MPR NO.XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan,peran,dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, berkembang, dan berkeadilan. Selanjutnya dibuatlah pengertian UMKM melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999 dan karena keadaan perkembangan yang semakin dinamis dirubah ke Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka pengertian UMKM adalah sebagai berikut:26
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
25 UPTOWN, “7 Strategi UMKM Agar Mampu Bersaing Hadapi Krisis Akibat Corona”, dalam https://uptown.id/id/2020/07/20/7-strategi-umkm-agar-mampu-bersaing- hadapi-krisis-akibat-corona/, diakses tanggal 14 April 2022, 06.44.
26 Lathifa Hanim dan Noorman, “UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan menengah) dan Bentuk-bentuk Usaha”, (Semarang: UNISSULA PRESS, 2018), hlm. 6-7.
21
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Contoh Usaha Kecil Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja; Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya; Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubel kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaianjadi dan industri kerajinan tangan; Peternakan ayam, itik dan perikanan; Koperasi berskala kecil.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi 8 bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
4) Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
5) Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.
Berdasarkan perkembangannya, UMKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu:27
1) Livelihood Activities, merupakan UMKM yang digunakan sebagai kesempatankerja untuk mencarinafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal, contohnya adalah pedagang kaki lima.
27 Ibid, hlm. 8.
22
2) Micro Enterprise merupakan UMKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3) Small Dynamic Enterprise, merupakan UMKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4) Fast Moving Enterprise, merupakan UMKM yang memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan tranformasi menjadi Usaha Besar (UB).
Yang dimaksud dengan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha disemua sektor ekonomi. Pada prinsinya, pembedaan antara usaha mikro (UMI) usaha kecil (UKA) usaha menengah (UM) dan usaha besar (UB) pada umumnya disarankan pada nilai aset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap. Namun demikian, definisi UMKM berdasarkan tiga alat alat ukur ini berbeda menurut Negara. Oleh karenaitu memangsulit membandingkanpentingnyaatau peran UMKM antar Negara. Tidak ada kesepakatan umum dalam membedakan sebuah UMI dari sebuah UK, atau sebuah UK dari sebuah UM, dan yang terakhir ini dari sebuah UB. Namun demikian, secara umum, sebuah UMI mengerjakaan 5 (lima) atau kurang pekerja tetap; walaupun banyak usaha dari kategori ini tidak mengerjakan pekerja yang digaji, yang di dalam literatur sering disebut self-employment. Adapun sebuah UKM (usaha kecil menengah) bisa berkisar antara kurang dari 100 pekerja, misalnya di Indonesia ke 300 pekerja, misalnya di China. Selain menggunakan jumlah pekerja, banyak Negara yang sudah menggunakan nilai aset tetap (tidak termasuk gedungdan tanah) dan omset dalam mendefinisikan UMKM. Bahkan di banyak Negara lainnya di Asia, misalnya, definisi UMKM berbeda antar sektor, seperti di Thailand, India, dan China, atau bahkan berbeda antar lembaga atau departemen pemerintah. Di Indonesia, definisi UMKM diatur di dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, dalam bab 1 (ketentuan umum), Pasal 1 dari Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa
23
UMI adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria UMI sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut. UK adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari UM atau UB yang memenuhi kritera UK sebagaimana yang disebut di dalam Undang-Undang tersebut.
Sedangkan UM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang di miliki,di kuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari UMI, UK, atau UB yang memenuhi kriteria UM sebagaimana yang dimaksud di dalam Undang-Undang tersebut. Di dalam Undang-Undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. 28
Dengan kriteria ini menurut Undang-Undang itu, UMI adalah unit usaha yang memiliki nilai atau yang paling banyak Rp 50 juta, atau dengan hasil jualan tanan paling besar Rp 300 juta;
UK dengan nilai aset lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta hingga maksimum Rp 2.500.000.000,00 dan UM adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta hingga paling banyak Rp 10 miliyar, atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 2 milyar lima juta sampai paling tinggi Rp 50 miliyar. Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga pemerintah seperti departemen perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS) selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara UMI, UK, UM, dan UB. Misalnya, menurut BPS, UMI (atau disektor industri manufatur umum
28 Ibid, hlm. 9-10.
24
disebut industri rumah tangga) adalah unit jumlah dengan usaha pekerja tetap hingga 4 orang: UK antara 5 hingga 19 pekerja; dan UM dari 20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori UB (lima puluh miliyar rupiah):”
b. Kriteria UMKM
Ketentuan tentang usaha kecil yang berlaku selama ini perlu disesuaikan dengan kondisi masa kini, antara lain terkait dengan Badan usaha13 yang menjadi jati diri dari pelaku usaha.
Undang-Undang UMKM secara normatif memberikan rumusan tentang:
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini (Pasal 1 ayat 1).
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud undang-undang ini (Pasal 1 butir 2). Dijelaskan dalam Pasal 1 butir 5 yaitu “Dunia usaha adalah Usaha Mikro, Kecil, dan menengah, dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau UsahaBesar denganjumlah kekayaanbersihatau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini (Pasal 1 butir 3).
4) Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
25
penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia (Pasal 1 butir 4). Pengertian untuk Usaha Mikro, terminologi yang digunakan adalah terminologi usaha produktif. Sedangkan untuk Usaha Kecil, menengah dan besar digunakan usaha ekonomi produktif.
Secarasepintas kelihatannyatidak adayang berbeda. Akan tetapi, jika dikaji lebih mendalam, tampak bahwa dicantumkannya istilah ekonomi dalam rumusan di atas menunjukkan kegiatan yang dilakukan telah ditata secara baik oleh pelaku usaha. Dengan kata lain, dunia usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha tersebut mempunyai tata kelola usaha yang baik (good corporate governance). Jika dibandingkan dengan usaha mikro. Akan tetapi, jika dilihat dari sudut pandang “orang” dan “badan” yang menyelenggarakan usaha mikro, dapat dilakukan oleh siapa saja. Oleh karena itu, pembentuk undang-undang merasa perlu membuat kriteria jumlah modal yang dimiliki oleh pelaku usaha.29
Ukuran kriteria usaha yang dipakai dalam hal ini adalah besarnya modal yang dimiliki. Pasal 6 Undang-Undang UMKM menjelaskan:30
1) Kriteria Usaha Mikro adalah:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau,
b. Memiliki hasilpenjualantahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2) Kriteria Usaha kecil adalah:
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
29 Ibid, hlm. 11-12.
30 Ibid, hlm. 13