BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Langkah-Langkah Pegawai Pencatatat Nikah Dalam Mengatasi
Melalui wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada pihak KUA, diperoleh bahwa:
“Sebenarnya ketika menemui pasangan yang tidak terdaftar pernikahannya atau mereka menikah secara siri itu pasti banyak sekali alasan-alasan yang dikemukakan. Termasuk alasan yang paling banyak sekali terjadi adalah dikarenakan tidak adanya restu dari orang tua serta terlalu tingginya biaya pernikahan, dan tidak memperoleh ijin dari istri pertama untuk menikah lagi.
Tentu saja hal ini menjadi faktor yang mendorong meningkatnya pernikahan siri di masyarakat.”89
Melalui wawancara yang dilakukan dengan Ibu Hasniati selaku staff dari KUA mengenai pasangan yang melakukan pernikahan dibawah tangan diperoleh bahwa alasan-alasan yang dikemukakan oleh mereka mengenai penyebab memilih untuk menikah secara sirih. Menurut mereka, alasannya karena tuidak adanya restu dari orang tua, tingginya biaya pernikahan, dan tidak adanya ijin dari istri pertama untuk melangsungkan pernikahan lagi.
Lebih lanjut penulis, membahas mengenai upaya yang coba dilakukan oleh pihak KUA sebagai upaya untuk mengatasi semakin meningkatnya nikah di bawah tangan di Patampanua, diperoleh bahwa:
“Kalau untuk upayanya kami sudah mencoba lakukan sosialisasi dan juga penyuluhan kepada masyarakat. Jadi melalui sosialisasi itu kami menjelaskan bagaimana pentingnya pernikahan itu dicatat di KUA. Selain itu kita mencoba untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat bahwa nikah di bawah tangan itu sebaiknya tidak dilakukan walaupun dengan bermacam alasan”90 Melalui wawancara yang dilakukan dengan Ibu Hasniati selaku staff dari KUA diperoleh bahwa pihak KUA melakukan sosialisasi sebagai upaya untuk mengurangi peningkatan nikah di bawah tangan yang terjadi di Patampanua. Melalui sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan dijelaskan kepada masyarakat mengenai pentingnya pencatatan pernikahan dan lebih baik untuk tidak menikah secara siri.
Lebih lanjut pada wawancara tersebut, dijelaskan bahwa:
“Pada sosialisasi serta penyuluhan yang kami lakukan kepada masyarakat, dijelaskan mengenai dampak yang terjadi jika menikah secara siri. Jadi kami jelaskan kalau nantinya akan susah untuk membuatkan akta anak, kalau ada kekerasan dalam rumah tangga juga susah karena tidak berstatus sebagai
89Hasniati, Staff KUA Patampanua, wawancara, di kantor KUA, tanggal 28 Desember 2019.
90Hasniati, Staff KUA Patampanua, wawancara, di kantor KUA, tanggal 28 Desember 2019.
suami istri. Selain itu karena nikah di bawah tangan ini tidak tercatat menurut negara maka pernikahan mereka tidak diakui negara. Hal yang paling perlu diingat bahwa nikah di bawah tangan banyak memberikan dampak khususnya pada pihak wanita, akan susah untuk menuntut jika terjadi perpisahan.”91 Berdasarkan wawancara tersebut, penulis melihat bahwa yang dilakukan dengan pihak KUA mengenai dampak yang akan disebabkan jika menikah secara siri. Dampak yang terjadi seperti sulitnya untuk memperoleh akta kelahiran anak dikarenakan kedua orang tuanya tidak tercatat secara hukum di negara. Selain itu apabila terjadi perpisahan, pihak wanita akan dirugikan karena tidak dapat menuntut.
Pernikahan Nikah di bawah tangan sebenarnya bertentangan dengan filosofi Islam yaitu:
1. Islam menganggap perkawinan sebagai sebuah perjanjian yang kokoh (Q.S.Al- Baqarah/2:282):
91Hasniati, Staff KUA Patampanua, wawancara, di kantor KUA, tanggal 28 Desember 2019.
Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu;
dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Berdasarkan pada ayat diatas bahwa salah satu filosofi dalam perkawinan adalah perkawinan merupakan sebuah perjanjian yang kokoh antara suami dan istri.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa pernikahan siri sangat bertentangan dengan apa yang dimaksudkan dalam ayat tersebut. Mengingat bahwa pernikahan siri tidak tercatat secara hukumdi KUA maka tidak memiliki kekuatan hukum sehingga tidak termasuk dalam sebuah perjanjian yang kuat.
2. Islam memposisikan istri sebagai Pakaian suami dan sebaliknya sehingga secara hukum suami istri harus mempunyai posisi yang sejajar atau semitra. Konsep nikah Nikah di bawah tangan bertentangan dengan maslahat primer yang ada dalam hukum Islam “maqasid al-syariah”, (suatu konsep yang menekankan tujuan penetapan hukum Islam dalam upaya memelihara kemaslahatan hidup manusia, dengan maksud mendatangkan kemanfaatan dan menghindarkan diri dari bahaya).
Menjaga keturunan karena tidak adanya perlindungan hukum yang dapat diterima anak hasil nikah Nikah di bawah tangan.
Bukan saja untuk menampakkan kegembiraan terjadinya hubungan pernikahan antara laki-laki dan wanita itu, melainkan juga untuk menjadi saksi sehingga dapat mempertanggung jawabkan sekian banyak isu negatif yang boleh jadi muncul dikalangan masyarakat, atau penganiayaan yang dapat terjadi atas salah satu pasangan. Saksi dalam pernikahan minimal dua orang, memang ulama berbeda pendapat tentang fungsi saksi apakah kehadiran mereka syarat bagi kesempurnaan pernikahan, yang minimal harus ada sebelum bercampurnya pasangan suami istri, ataukah syarat sahnya nikah, yang demikian kedua orang tersebut harus menyaksikan pelaksanaan akad nikah. Namun, semua ulama sepakat untuk tidak membenarkan nikah Nikah di bawah tangan (rahasia).
Melihat kehadiran saksi dan penyebarluasan berita pernikahan berfungsi lebih jauh dari sekedar saksi jika terjadi pengingkaran pernikahan. Dengan dikemukakannya pernikahan, tidak akan lahir prasangka buruk terhadap pasangan laki-laki dan perempuan yang dilihat sedang berduaan atau bermesraan. Tidak juga hilang hak masing-masing jika terjadi perceraian, baik perceraian mati maupun perceraian hidup dengan talak, khulu‟, dan semacamnya.
Menurut ajaran Islam, nikah itu tidak boleh secara sembunyi-sembunyi, tetapi harus dipublikasikan agar warga, tetangga, handai taulan mengetahuinya. Nabi memberi pesan agar nikah itu dipublikasikan (diwalimahkan), dan disebarluaskan kepada keluarga dan tetangga. Bahkan Beliau menganjurkan agar melaksanakan walimah walaupun hanya memotong seekor kambing. Yang bisa peroleh dari publikasi nikah itu adalah agar terhindar dari fitnah dan buruk sangka orang lain kepada yang bersangkutan, sekaligus menutup adanya kemungkinan yang bersangkutan (khususnya istri) diminati oleh orang lain. Walaupun demikian, mungkin dalam satu kasus nikah Nikah di bawah tangan itu dianggap perlu karena pertimbanganpertimbangan kemaslahatan bersama, baik dari pihak suami atau pihak istri. Artinya nikah Nikah di bawah tangan itu dilakukan dalam rangka penyelamatan yang bersangkutan dari kemungkinan sesuatu mudarat apabila nikah Nikah di bawah tangan itu cepat-cepat dipublikasikan.
69 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan
5.1.1 Pengawasan yang dilakukan oleh pegawai pencatat nikah dalam melaksanakan tugasnya terdiri beberapa bentuk yaitu: sosialisasi kepada masyarakat melalui masjid, sosialisasi kepada imam masjid, dan sosialisasi melalui majelis taklim.
5.1.2 Upaya yang dilakukan dari KUA di Kecamatanan Patampanua Pinrang sebagai upaya untuk mengurangi peningkatan nikah di bawah tangan yang terjadi dimasyarakat adalah dengan melakukan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat. Bentuk sosialisasi yang dilakukan adalah (1) sosialisasi langsung kepada masyarakat melalui masjid; (2) sosialisasi melalui majelis taklim dan (3) sosialisasi melalui imam masjid.
5.2 Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian serta kesimpulan yang dipaparkan oleh penulis maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
5.2.1 Penulis berharap agar tulisan ini nantinya akan menjadi bahan pembelajaran tambahan mengenai faktor yang menjadi penyebab tingginya nikah di bawah tangan sehingga dapat diantisipasi.
5.2.2 Kepada pihak KUA agar terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar semakin meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pencatatan pernikahan dan dampak yang akan dihasilkan jika lebih memilih untuk menikah di bawah tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an Al-Karim.
Adib Machrus dkk. 2017. Fondasi Keluarga Sakinah, Bacaan Mandiri Calon Pengantin. Jakarta: Subdit Bina Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam Kemenag RI.
Adil Abdul Mun‟im Abu Abbas. 2008. Ketika Menikah Jadi Pilihan. Jakarta:
Almahira.
Ahmadi, Ali. 2015. Peranan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam Meminimalisir Pernikahan Hamil di Luar Nikah. Skripsi Sarjana: Semarang Uniersitas Islam Negeri Walisongo.
Ali Hosein, Hakeem. 2005. Membela Perempuan Menalar Feminisme dengan Nalar Agama. Jakarta: Al-Huda.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badru Tama. 2015. Peran Kantor Urusan Agama (KUA) dalam meminimalisasi Nikah di Bawah Tangan (Studi di Kecamatan Tegalwaru, Karawang, Jawa Barat). Skripsi, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Bunging, Burham. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Depertemen Agama RI. 2010. Al-Hikmah Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung:
Diponorogo.
Djam‟an Satori dan Aan Komariah. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Erviana,Yuli. 2018. Tinjauan Yuridis Terhadap Penetapan Dispensasi Kawin Di Pengadilan Agama Watansoppeng (Studi Kasus Perkara Nomor 0216/Pdt.P/2017/PA.Wsp). Skripsi (Fak. Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar).
Fatkhurozi, Fahrul. 2015. Peranan Pegawai Pencatat Nikah dalam Meminimalisi rnikah di bawah umur. Skripsi, Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo.
Gunawan, Imam. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Jayadi, Abdullah. 2012. Fenomena Nikah Sirri Persfektif Makna Pelaku Nikah Sirri.
Surabaya: Putra Media Nusantara.
Juraeri Tahir dkk, Faktor-faktor Penyebab Nikah Siri di Sulawesi Barat (Jurnal DiskursusIslamVol05No.2,Agustus,2017)https://www.google.com/search?clie nt=firefox-b-d&q=faktor+penyebab+nikah+sirri (Didownload pada 04 April 2019)
Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muamar, Akhsin. 2005. Nikah Bawah Tangan. Depok: Qultum Media.
Mualy, Basith. 2011. Paduan Nikah Sirri & Akad Nikah. Surabaya: Quntum Media.
Mun‟im Salim, Amru Abdul. 2010. Panduan Lengkap Nikah. Solo: Daar an-Naba‟.
Mujiati, 2011. Nikah Siri dan Implikasi dalam Kehidupan Sosial di Desa Ngaringan Klumpit Kecamatan Gebok Kabupaten Kudus. Skripsi Sarjana; Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan: Semarang.
Mukhobardkk. 2013. Glolasarium Perkawinan, Istilah-istilah dalam Perkawinan. Dar El-Ikhsan. Tanggerang Selatan: Bambu Apus Pamulang.
Nasir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indo.
Nurul Huda Haem. 2007. Awas Illegal Wedding. Bandung, Hikma.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2019 tentang Pencatatn Perkawinan.
Shodiq dan sholahuddin Chaery. 2000. Kamus Istilah Agama. Jakarta: Sient Tarama.
Soemiyati. 1999. Hukum Pernikahan Islam dan Undang-Undang Pernikahan.
Yogyakarta: Liberty.
Tim Reality. 2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya: Reality.
Zainuddin, Afwan Zainuddin. 2017. Kepastian Hukum Perkawinan Siri &
Permasalahannya ditinjau dari Undang-undang No 1 Tahun 1974.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR WAWANCARA
Nama : Rosidayanti
NIM : 15.2100.011
Fakultas/Jurusan : Syariah/ Hukum Keluarga (Ahwal Al-Syakshiyah)
Judul Skripsi : Peran Pegawai Pencatat Nikah dalam Meminimalisir Nikah dibawah tangan di KUA Patampanua Kabupaten Pinrang
PERTANYAAN UNTUK KUA
1. Bagaimana prosedur pencatatan pernikahan di KUA Patampanua?
2. Apakah banyak terdapat pernikahan dibawah tangan diwilayah kerja anda?
3. Berapa jumlah keseluruhan data perceraian yang tercatat di tahun 2017-2019?
4. Berdasarkan yang data anda apakah yang menjadi faktor masyarakat lebih memilih untuk menikah dibawah tangan?
5. Bagaimana sikap KUA khususnya dalam meminimalisir nikah dibawah tangan?
6. Bagaimana prosedur sosialisasi yang dilakukan pihak KUA mengenai pentingnya pencatatan pernikahan?
7. Selain melakukan sosialisasi, upaya apa yang dilakukan oleh pihak KUA?
PERTANYAAN UNTUK MASYARAKAT
1. Apakah didaerah anda terdapat masyarakat yang melakukan pernikahan dibawah tangan?
2. Menurut anda apa yang menyebabkan lebih memilih untuk melakukan pernikahan dibawah tangan?
3. Apakah ada sosialisasi dari pihak KUA?
4. Menurut anda apakah pihak KUA sudah menjalankan tugasnya untuk meminimalisir pernikahan dibawah tangan?
5. Selain sosialisasi yang dilakukan pihak KUA, hal apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir pernikahan dibawah tangan?
DOKUMENTASI
Drs. Sudirman Hadisya, MA. (Penghulu Ahli Madya KUA Kec. Patampanua)
Muh. Tayyeb, S.Ag. (Pegawai KUA Kecamatan Patampanua)
Hasniati, S.Ag. ( Pegawai KUA Patampanua)
Sumiati (Warga Kelurahan Benteng Kecamatan Patampanua)
Risma Jayanti (Warga Desa Malimpung Kecamatan Patampanua)
Hariani (Warga Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua)