BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
IIIA 8 IIIA 8
2.2.3 Lapisan Perkerasan Lentur
Menurut Silvia Sukirman (1999), konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar yang dipadatkan.
Lapisanlapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan dibawahnya. Pada Gambar 2.2 terlihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan keperkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata p0. Beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan dan disebarkan ke tanah dasar menjadi p1 yang lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.
Gambar 2.2 Penyebaran Beban Roda Melalui Lapisan Perkerasan Jalan Sumber : Silvia Sukirman 1999
Konstruksi lapisan perkerasan terdiri dari:
1. Lapisan permukaan (surface course).
2. Lapis pondasi atas (base course).
3. Lapis pondasi bawah (subbase course).
4. Lapis tanah dasar (subgrade).
Beban lalu lintas yang bekerja di atas konstruksi perkerasan dapat dibedakan atas:
1. Muatan kendaraan berupa gaya vertikal.
2. Gaya rem kendaraan berupa gaya horizontal.
3. Pukulan roda kendaraan yang berupa getaran getaran.
2. 3 Longsor
Menurut Arsyad (dalam Ahmad Denil Efendi 2008) Mengemukakan bahwa “tanah longsor ditandai dengan bergeraknya sejumlah massa tanah secara bersama-sama dan terjadi sebagai akibat meluncurnya
suatu volume tanah di atas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air.
Lapisan yang terdiri dari tanah liat atau mengandung kadar tanah liat tinggi 11 setelah jenuh air akan bertindak sebagai peluncur. Longsoran akan terjadi jika terpenuhi tiga keadaan sebagai berikut :
1. Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau meluncur ke bawah,
2. Adanya lapisan di bawah permukaan massa tanah yang agak kedap air dan lunak, yang akan menjadi bidang luncur, dan
3. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah yang tepat di atas lapisan kedap air tersebut menjadi jenuh.
Dalam mengkaji aspek geomorfologi pada aspek fisik dapat dilakukan melalui melalui pemetaan dan pengmatan lapangan.
Berdasarkan lingkup studi geomorfologi tersebut, maka proses lereng yang terjadi pada suatu bentuk lahan merupakan objek studi yang amat penting dikaji. Proses lereng seperti pelapukan longsoran berpengaruh pada perkembangan bentuk lahan yang cenderung mengubah kondisi topografi, tanah, batuan. Perubahan kondisi bentuk lahan oleh proses eksogen dapat mengangu kelestarian sumber daya lahan yang amat diperlukan bagi kelangsungan hidup vegetasi hewan dan manusia.
Guerriccho 1992 (dalam Triyatno 2012 : 3) Telah mengadakan penelitian di daerah Calabna longsoran mengakibatkan hancurnya gedung – gedung apertemen dan kerusakan jembatan. Satuan medan adalah satuan ekologi yang berupa bentuk lahan, tanah, batuan, air dan vegetasi
yang yang masing – masing mempengaruhi untuk membentuk keseimbangan alamiah. Goa 1992 (dalam triyatno 2012 : 4) Telah mengadakan penelitian di Nelson Virginia alalisis yang digunakan berupa analisis medan. Hasil penelitian menunjukan bahwa medan berpengaruh terhadap longsor. Medan dengan kemiringan lereng rendah dan kurang rentan terhadap longsor dibandingakan dengan medan yang curam.
Menurut Cruden dan Varnes (dalam Hardiyanto 2006:15) bahwa
“Karakteristik gerakan massa pembentuk lereng dibagi menjadi lima macam :
1. Jatuhan (fals)
Jatuhan (fals) adalah gerakan jatuh material pembentuk lereng (tanah atau batuan ) di udara dengan tanpa adanya interaksi antara bagian-bagian material yang longsor. Jatuhan batuan terjadi dengan gerakan ke bawah yang sangat cepat, jatuhan terjadi tanpa adanya bidang yang longsor biasanya terjadi pada lereng yang terjal.
Gambar 2.3 Jatuhan (fals)
2. Robohan (topples)
Robohan (topples) adalah gerakan material roboh dan biasanya terjadi pada lereng batuan yang sangat terjal sampai tegak yang mempunyai bidang-bidang ketidakmenerusan yang relatif vertikal.
Gerakan robohan ini terjadi secara mengguling hingga roboh yang mengakibatkan lepasnya batuan dari permukaan lereng.
Gambar 2.4 Robohan (topples) 3. Longsoran (slides)
Longsoran (slide) adalah gerakan material pembentuk lereng yang diakibatkan oleh terjadinya kegagalan geser, di sepanjang satu atau lebih bidang longsor. Massa tanah yang bergerak bisa menyatu atau terpech-peceh.
Kejadian gerakan massa menurut Prakoso 1989 (dalam Suratman W 2002 :9) adalah perpindahan massa tanah dan batuan pada arah tegak, miring atau mendatar dari kedudukan semula yang diakibatkan
oleh gangguan keseimbangan massa pada saat itu yang bergerak ke arah bawah melalui bidang gelincir dan material pembentuk lereng.
Hilangnya keseimbangan massa tanah dan batuan pada suatu lereng dapat disebabkan oleh pengaruh (Suharto Tjojudo, 1983, dalam Suratman W, 2002) :
1) Geologis (batuan dan struktur) 2) Kondisi keairan
3) Sifat fisik tanah 4) Gempa
5) Aktivitas manusia
Berdasarkan geometri bidang gelincirnya, longsoran dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
Longsoran dengan bidang longsor lengkung atau longsoran rotasional (rotational slides)
Longsoran rotasional (rotational slides) mempunyai bidang longsor melengkung ke atas, dan sering terjadi pada massa tanah yang bergerak dalam satu kesatuan. (slump) terjadi pada material yang relatif homogen (sejenis) seperti timbunan buatan (tanggul).
Gambar 2.5 longsoran rotasional (rotational slides)
Longsoran dengan bidang gelincir datar atau longsoran traslasional (translational slides).
Longsoran translasional merupakan gerakan di sepanjang diskontinuitas atau bidang lemah yang secara pendekatan sejajar dengan permukaan lereng, sehingga gerakan tanah secara translasi. Dalam tanah lempung, translasi terjadi di sepanjang lapisan tipis pasir atau lanau, khususnya bila bidang lemah tersebut sejajar dengan lereng yang ada. Longsoran tranlasi lempung yang mengandung lapisan pasir atau lanau, dapat disebabkan oleh tekanan air pori yang tinggi dalam pasir atau lanau tersebut.
Gambar 2.6longsoran traslasional (translational slides).
4. Sebaran (spreads)
Sebaran yang termaksud longsoran translasional juga disebut sebaran lateral (lateral spreading), adalah kombinasi dari meluasnya massa tanah dan turunnya massa batuan terpecah-pecah ke dalam material lunak di bawahnya.
Gambar 2.7 Sebaran (spreads)
5. Aliran (flows)
Aliran (flows) adalah gerakan hancuran material ke bawah lereng dan mengalir seperti cairan kental. Aliran sering terjadi dalam bidang geser realif sempit. Material yang terbawa oleh aliran dapat terdiri dari berbagai macam partikel tanah (termaksud batu besar), kayu-kayuan, ranting dan lain-lain. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel 2.2
Tabel 2.2 Klasifikasi gerakan tanah berdasarkan tipe gerakan dan jenis materianya menurut Varnes,
(1978 dalam Zakaria 2009)
Jenis Gerakan
Jenis Material
Batuan Dasar Tanah
Butiran Kasar Butiran Halus
Runtuhan Runtuhan Batu Runtuhan Bahan
Rombakan Runtuhan Tanah Jungkiran Jungkiran Bahan
Rombakan
Jungkiran Bahan
Rombakan Jungkiran Tanah
Gelinciran
Rotasi Sedikit Nendatan Batu Nendatan Bahan
Rombakan Nendatan Tanah
Translasi Banyak
Gelincir Bongkahan Batu
Gelincir Bongkah Bahan Rombakan
Gelincir Bongkah Tanah Gelincir Batu Gelincir Bahan
Rombakan Gelincir Tanah Gerakan Laterial Gerakan Laterial
Batu
Gerakan Laterial Bahan Rombakan
Gerakan Laterial Tanah
Aliran Aliran Batu
Aliran Bahan
Rombakan Aliran Tanah (Rayapan Tanah)
Majemuk Gabungan dua atau lebih tipe gerakan
2.3.1 Klasifikasi Tingkat Bahaya Longsor (Pembobotan Parameter)