Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
B. Larutan Non-Elektrolit
molekul netralnya. Walaupun masih terdapat molekul netral, gas yang terbentuk banyak (tapi tidak sebanyak gambar A) dan dapat menyalakan lampu.
Gambar C : Pada larutan ini derajat ionisasinya mendekati 0; artinya hanya sebagian kecil yang terionsisasi membentuk ion positif dan ion negative. Sebagian besar terdapat dalam bentuk molekul netral. Gelembung yang dihasilkan sedikit, dan lampu tidak menyala.
Gambar D : Pada larutan ini derajat ionisasinya = 0; artinya tidak ada zat yang terionisasi membentuk ion positif dan ion negative, semua zat masih dalam bentuk molekul netralnya.
Tidak menghasilkan gelembung dan lampu tidak menyala.
3. Pembagian Larutan Elektrolit
Terdapat dua jenis larutan elektrolit, yaitu sebagai berikut:
a. Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
• Menghasilkan banyak ion
• Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
• Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
• Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu menyala
• Penghantar listrik yang baik
• Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
• Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HClO4); basa kuat (NaOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2, LiOH), garam NaCl
b. Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
• Menghasilkan sedikit ion
• Molekul netral dalam larutan banyak
• Terionisasi hanya sebagian kecil
• Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit, lampu tidak menyala
• Penghantar listrik yang buruk
• Derajat ionisasi mendekati 0
• Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut), basa lemah [Al(OH)3, NH4OH, Mg(OH)2, Be(OH)2]; garam NH4CN
75
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada alat uji. Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan nonelektrolit.
Setelah semua alat(kabel, larutan elektrolit,elektroda, lampu holder dan bola lampu) disusun, dan kemudian dihubungkan ke sumber listrik, terlihat lampu tidak menyala. Ini membuktikan bahwa pada gambar tidak mengalir melalui larutan non elektrolit.
Larutan non elektrolit merupakan larutan yang dibentuk dari zat non elektrolit.
Sedangkan zat non elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di dalam air tidak terurai dalam bentuk ion-ionnya, tetapi terurai dalam bentuk molekuler.
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
1. Larutan urea 2. Larutan sukrosa 3. Larutan glukosa
4. Larutan alkohol dan lain-lain
Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Tidak menghasilkan ion
2. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya 3. Tidak terionisasi
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan lampu tidak menyala
5. Derajat ionisasi = 0
Perbedaan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
No Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
1 Mengandung Ion Tidak Mengandung Ion
2 Dapat menghantarkan Listrik (Konduktor) Tidak dapat Menghantarkan Listrik (Isolator)
3 Mempunyai Kutub (Polar) Tidak mempunyai Kutub (Non Polar) 4 Jika di tes dengan alat Elektrolit tester,
maka akan menghasilkan Gelembung gas dan lampu menyala dengan terang
Jika di tes dengan alat Elektrolit tester, tidak ada Gelembung gas dan lampu tidak menyala
5 Zat Terlarutnya dapat terIonisasi Zat terlarutnya tidak dapat terIonisasi
6 a=1 atau 0 < a < 1 a=0
77 DAFTAR PUSTAKA
Foster, Bob. 2004. Terpadu Fisika SMA. Jakarta : Erlangga
Jasin, Maskoeri. 1987. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT RajamGrafindo Persada.
Kustopo. 2018. Geografi Paket C Tingkatan V Modul Tema 3 Modul Tema 3 : Bumi Tempat Kita Hidup. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan- Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat-Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Mustafa KS. Buku Alam Semesta dan Kehancurannya. Penerbit Percetakan Offcet Saripudin, Ahmad. 2009. Astronomi dan Jagat Raya. Bandung: Dea Art Pustaka. Tjasyono, B. 2006. Ilmu
Kebumian dan Entariksa. Bandung: Rosdakarya.
Wadiyatmoko, K. 2004. Geografi SMA. Jakarta : Erlangga.
Wijaya, A. F. C. 2010. Gerak Bumi dan Bulan. Jayapura: Digital Learning Lesson Study.U.
Salihah dan H. L. Rahmatiah. 2017. Urgensi Pengaruh Rotasi dan Revolusi Bumi Terhadap Waktu Shalat. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Siyasah Syar'iyyah. 3 (1): 227-243.
Maulana, M. E. dan Y. W. Ono. 2009. Modul Tata Surya. Online di http://staffnew.uny.ac.id/
diakses pada 11 Februari 2022.
Rachman, H. B. T.t. BBM 10: PLANET BUMI (1). Online di
https://www.coursehero.com/file/51484038/BBM-10pdf/ diakses pada 11 Februari 2022
Prasetya,Perdana,Sukma.Gerhana.
Espenak, Fred, Thousand Year Canon of Solar Eclipses 1501 to 2500, USA
: Astropixels Publishing, 2017.
Gislén, Lars dan Chris Eade, Philippe De La Hire’s Eighteenth Century Eclipse Predictor, Journal of Astronomical History and Heritage, 2016.
Hambali, Slamet, Ilmu Falak 1 : Penentuan Awal Waktu Shalat & Arah Kiblat Seluruh Dunia, Semarang : Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011.
Pratama,dedy.2018.Bulan kepangan,gerhana bulan total(GBT) 31 januari 2018.
Denpasar:Stasiun geofisika sanglah Denpasar BMKG.
Badwi, Nasiah, dkk. 2019. Geologi Tata Lingkungan Edisi Revisi. Yogyakarta: Deepublish.
Nugraheny, D. 2015. Metode Nilai Jarak Guna Kesamaan atau Kemiripan Ciri Suatu Citra (kasus deteksi awan cumulonimbus menggunakan principal component analysis). Angkasa: Jurnal
Ilmiah Bidang Teknologi, 7(2), 21-30.
Sjarief, Roestam dan Kodoatie Robert J. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi.
Sudarto. 2011. Pemanfaatan dan Pengembangan Energi Angin untuk Proses Produksi Garam Dikawasan Timur Indonesia. Jurnal triton , 7(2), 61-70.
Sumardi, Yosaphat; Ammy Syulasmi; dan Maman Rumanta. 2007. Konsep Dasar IPA SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Tjasyono, B. 2012. Mikrofisika Awan dan Hujan. Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Wahyuningsih, S. D., & Payani, A. S. 2018. Deteksi Awan Pada Citra Satelit SPOT- 6/7 Menggunakan Metode Multi-Temporal Cloud Detection (MTCD). Inderaja Majalah Ilmiah Semi Populer, IX
(11), 4-9.
Bagja, Waluya. 2009. Memahami Geografi SMA/MA Kelas X Semester 1 dan 2. Jakarta:
79
Armico. Brotowiryatmo, Sri Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Purnama. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data. Bandung:
Nova. Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Jakarta: Beta Offset.
Bagja, Waluya. 2009. Memahami Geografi SMA/MA Kelas X Semester 1 dan 2. Jakarta:
Armico. Bayong. 1999. Klimatologi Umum. Bandung: ITB.
Handoko. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: ITB.
Purnama. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Baum, Seth D. 2009. Cost-Benefit Analysis of Space Exploration: Some Ethical Considerations.Vol: 25 Pennsylvania State University.
"Workforce Profile". NASA. Diakses tanggal 23 April 2020.
Lale Tayla; Figen Bingul (2007). "NASA stands 'for the benefit of all.Interview with NASA's Dr. Süleyman Gokoglu". The
Light Millennium. Diakses tanggal 17 September 2018.
"Russian space agency gets replaced by state corporation — Kremlin". TASS.
Atmojo, S., & Muhandis, I. (2019). Sistem Informasi Geografis Bencana Gempa Bumi Dengan Pendekatan Pga Untuk Mitigasi Bencana.
Jurnal Ilmiah Edutic, 6(1), 10–14.
https://journal.trunojoyo.ac.id/edutic/article/view/6074
Fauzi, M., & Mussadun. (2021). Dampak Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami Di Kawasan Pesisir Lere. Jurnal Pembangunan Wilayah
Dan Kota, 17(1), 16–24.
Mustafa, Badrul. 2010. Analisis Gempa Nias dan Gempa Sumatera Barat dan Kesamaannya yang Tidak Menimbulkan Tsunami. Jurnal Ilmu
Fisika. 2(1), 44-50.
Nur, Arief Mustofa. 2010. Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya. Jurnal Geografi. 7(1). 66- 73.
Sukarasa, I. K., & Trisnawati, N. P. (2017). Karakteristik Tsunami di Kepulauan Sumatera.
Jurusan Fisika Universitas Udayana, 1–38.
Raharja, Budi. 2001. Artikel. Pentingnya Menanamkan Karakter Positif Sejak Dini: Siapkah Indonesia?.
Bpd,bandaaceh.2018. Artikel Pengertian Gempa Bumi, Jenis-Jenis, Penyebab, Akibat, dan Cara menghadapi gempa bumi.
Ardan, Farrel. 2021. Siklus Batuan, Proses Terbentuknya dan Jenisnya.
https://mediaindonesia.com/humaniora/458011/siklus-batuan-proses-terbentukdan-jenisnya diakses 9 April 2022.
Arsyad, Muhammad. 2002. Pengetahuan Fisika Bumi. Makassar: UNM Press.
Fitri, D. B. D., Hidayat, B., & Subandrio, A. S. (2017). Klasifikasi jenis batuan sedimen berdasarkan tekstur dengan metode gray level co-occurrence matrix dan K-NN. eProceedings of
Engineering, 4(2).
Kumparan. 2021. Jenis-Jenis Siklus Batuan dan Proses Terbentuknya.
https://kumparan.com/berita-update/jenis-jenis-siklus-batuan-dan-prosesterbentuknya- 1w7opKUef64/full diakses 9 April 2022.
Krisnawati, Ega. (2021). Memahami Pengertian Batuan, Siklus Batuan, dan Jenis-jenis Batuan.
https://tirto.id/memahami-pengertian-batuan-siklus-batuan-dan-jenis-jenisbatuan-f9xA diakses 9 April 2022.
Meiwa, S. (2020). Batuan.
A.G Kartasapoetra. 1986. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta:Bumi Aksara Ahmad Basyir dkk. 2006. Jurnal Ekologi Perubahan Perilaku Daerah Aliran Sungai Citarum
Hulu dengan Pemodelan Spasial. Bandung: www.ftsl.itb.ac.id
Rafael, Silwanus, Ellis Gaspersz. 2018. Analisis Faktor-Faktor Erosi Tanah, dan Tingkat Bahaya Erosi dengan Metode Rusle Di DAS Wai Batu MErah Kota Ambon Provinsi Maluku. Website : https://doi.org/10.30598/jbdp.2018.14.2.89 vol 14 no.2. Diakses pada
22 April 2022
http://benergi.com/macam-macam-energi-ramah-lingkungan
Septiana, Tiyas. 2022. “Jenis-jenis Sumber Daya Alam, Contoh, dan Manfaatnya”, https://caritahu.kontan.co.id/news/jenis-jenis-sumber-daya-alam-contoh-dan-manfaatnya,
diakses pada 7 Mei 2022 pukul 15.20
Laily, Iftitah Nurul. 2021. “Pengertian Sumber Daya Alam serta contoh dan manfaatnya”, https://katadata.co.id/iftitah/berita/61768f02b1041/pengertian-sumber-daya-alam-serta-contoh-
dan-manfaatnya, diakses pada 7 Mei 2022 pukul 16.01