• Tidak ada hasil yang ditemukan

ACARA IV BIODIESEL

1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN

Indonesia sebagai penghasil padi terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan India. Produksi padi Indonesia pada tahun 2006 adalah 54 juta ton, kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (Organisasi Pangan dan Pertanian/FAO). Dengan suplai bahan baku yang melimpah maka produksi biodiesel dari minyak dedak amatlah menjanjikan. Bergantung pada varietas beras dan derajat penggilingannya, dedak padi mengandung 16%-32% berat minyak (Putrawan, 2006 dalam Hikmah dan Zuliyana, 2010). Sekitar 60%-70% minyak dedak padi tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan (non- edible oil) dikarenakan kestabilan dan perbedaan cara penyimpanan dedak padi (Goffman, dkk. 2003 dalam Hikmah dan Zuliyana, 2010). Minyak dedak padi merupakan salah satu jenis minyak berkandungan gizi tinggi karena adanya kandungan asam lemak, komponen-komponen aktif biologis, dan komponenkomponen antioksidan seperti: oryzanol, tocopherol, tocotrienol, phytosterol, polyphenol dan squalene (Goffman, dkk. 2003 dalam Hikmah dan Zuliyana, 2010). Tetapi dengan waktu penyimpanan yang cukup, kandungan asam lemak bebas dapat meningkat lebih dari 60%. Peningkatan asam lemak bebas secara cepat terjadi karena adanya enzim lipase yang aktif dalam dedak padi setelah proses penggilingan padi (Lakkakula, et al., 2004 dalam Hikmah dan Zuliyana, 2010). Asam lemak bebas tersebut dapat dikonversi menjadi biodiesel (metil ester) dengan esterifikasi 3 menggunakan alkohol. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa dedak merupakan bahan baku pembuatan biodiesel yang potensial.

Biodiesel dihasilkan dari minyak nabati dengan mengkonversi trigliserida menjadi metil ester melalui suatu proses yang disebut transesterifikasi. Proses ini berjalan lambat, sehingga membutuhkan katalis untuk mengurangi energi aktivasi, dan untuk selanjutnya mempercepat laju reaksi. Umumnya, katalis yang digunakan yaitu KOH dan NaOH (Renddy, 2011) Biodiesel perlu diuji sifat fisisnya untuk menghindari kerusakan pada mesin atau kerugian lain yang mungkin timbul selama penggunaan bahan bakar ini. Sifat biodiesel kemudian dibandingkan dengan standar kualitas bahan bakar diesel dengan menggunakan metode ASTM (American Standard Technology Methods). Uji tersebut meliputi kekentalan, titik lebur, titik nyala, conradson carbon residue, nilai kalor, serta warna.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui biodiesel sebagai energi.

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu mahassiswa mengetahui biodiesel sebagai energi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif terbarukan yang diproduksi dari minyak nabati atau lemak hewani. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam hayati, Indonesia memiliki banyak sekali sumber minyak nabati seperti biji karet yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan biodiesel. Selama ini hasil utama yang diambil dari tanaman karet adalah latex. Sementara biji karet masih belum banyak dimanfaatkan dan dibuang sebagai limbah. Minyak biji karet memiliki kandungan asam- asam lemak tidak jenuh mencapai 79,45% (Devita.2015).

Biodiesel bersifat biodegradable, hampir tidak mengandung sulfur, dan bahan bakar terbarukan, meskipun masih diproduksi dengan jalan yang tidak ramah lingkungan. Alternatif bahan bakar terdiri dari metil atau etil ester, hasil transesterifikasi baik dari trigliserida (TG) atau esterifikasi dari asam lemak bebas (Adhani,dkk.2016).

Bahan bakar biodisel menjadi lebih menarik karena manfaatnya terhadap lingkungan. Tanaman dan minyak nabati serta lemak hewani adalah sumber biomassa yang dapat diperbaharui. Saat ini, sebagian besar biodiesel muncul dari transesterifikasi sumber daya yang dapat dimakan, seperti lemak hewan, minyak sayur, dan bahkan limbah minyak goreng, dengan proses katalis kondisi basa. Namun, konsumsi tinggi katalis, pembentukan sabun, dan rendahnya hasil panen membuat biodisel saat ini lebih mahal daripada bahan bakar yang diturunkan dari minyak bumi (Kapuji,dkk.2021).

Dengan ketersediaan minyak bumi yang saat ini terbatas, menyebabkan perhatian terhadap penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar telah bangkit 1 2 kembali. Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa berbagai minyak nabati memiliki potensi cukup besar sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel (Biodiesel), karena memiliki karakteristik yang serupa dengan bahan bakar mesin diesel yang berasal dari minyak bumi (Petroleum) (Hartoyo.2011).

BAB III

METODEOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 13 Maret 2023, pukul 14.40 WITA

– selesai, bertempat di Laboratorium Daya dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pangan, dan di belakang Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu buku, handphone, pulpen, dan Biodiesel.

3.3 Prosedur kerja

Adapun prosedur kerja dari panel surya ini adalah sebagai berikut:

a. Disiapkan alat dan bahan b. Diperhatikan biodiesel

c. Dicatat apa yang berkaitan dengan biosiesel

4.1 Pembahasan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biodiesel, umumnya dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut reaksi transesterifikasiatau esterifikasi, yaitu suatu reaksi senyawa ester dan alkohol dengan menggunakan suatu katalisator.Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Bahan baku yang berpotensi sebagai bahan baku pembuat biodiesel antara lain: kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, jarak pagar, tebu,alpukat dan beberapa jenis tumbuhan lainnya.Selain minyak nabati, bahan baku juga bisa dari lemak hewani, lemak bakas atau lemak daur ulang. Semua bahan baku ini mengandung trigliserida, asam lemak bebas (ALB), dan pencemar.

Secara kimia biodiesel termasuk dalam golongan mono alkil ester atau metil ester dengan panjang rantai karbon antara 12-20. Hal ini yang membedakannya dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya adalah minyak nabati merupakan bahan baku yang sangat potensial sebagai sumber biodiesel karena keberadaannya dapat diperbaharui.Minyak nabati yang digunakan harus dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang rendah (<1%). Bahan baku penunjangnya adalah alkohol. Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah metanol, tetapi dapat juga etanol, isopropanol atau butil.Perlu diperhatikan kandungan air dalam alkohol tersebut, kandungan air yang tinggi akan menghasilkan biodiesel dengan kualitas rendah karena kandungan sabun, ALB dan trigliserida tinggi.

Dalam proses pembuatan biodiesel dibutuhkan katalis. Katalis diperlukan karena alkohol larut dalam minyak.Katalisator yang digunakan umumnya bersifat basa kuat, yaitu natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksisa (KOH), dan natrium metoksida.Katalisator yang dipilih tergantung pada minyak nabati yang digunakan.

Biodiesel memiliki beberapa kelebihan dibandingkan bahan bakar petroleum, diantaranya dapat diproduksi secara lokal dengan memanfaatkan sumber minyak/

lemak alami yang tersedia, proses produksi dan penggunaannya bersifat lebih ramah lingkungan dengan tingkat emisi CO, NO dan sulfur dan senyawa hasil pembakaran lainnya rendah, dan lebih mudah terurai di alam. Penggunaan biodiesel juga dapat mereduksi polusi tanah serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa biodiesel umumnya dihasilkan dari reaksi kimia transesterifikasi. Dengan menggunakan bahan baku minyak nabati, lemak hewani, lemak bakas atau lemak daur ulang.Bahan baku penunjangnya adalah alkohol. Dalam proses pembuatan biodiesel juga dibutuhkan katalis. Komposisi minyak nabati tergantung pada tanaman penghasil minyak tersebut. Kandungan ALB akan mempengaruhi akan mempengaruhi proses produksi biodiesel dan bahan bakar yang dihasilkan. Dilihat dari kebutuhan akan energi alternatif, prospek untuk pengembangan biodiesel sebagai bioenergi alternatif di Indonesia sangat prospektif. Biodiesel juga memiliki kelemahan.Minyak nabati mempunyai viskositas (kekentalan) 20 kali lebih tinggi dari bahan bakar diesel fosil sehingga mempengaruhi atomisasi bahan bakar dalam ruang bakar motor diesel.

Atomisasi yang kurang baik akan menurunkan daya (tenaga) mesin dan pembakaran mesin menjadi tidak sempurna.

Dokumen terkait