BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di PD.Terminal Cappa Bungaya Kabupaten Gowa, sedangkan waktu penelitian selama 2 bulan, yaitu dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2017.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian pustaka(library research)
Penelitian pustaka adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik.
2. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Teknik observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati langsung di lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi: melihat, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian.
Observasi bisa dikatakan merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara Umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola- pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah diketemukan, maka peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti.
C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini meliputi:
a. Data kualitatif yaitu data yang di peroleh dari perusahaan dalam bentuk informasi, baik secara lisan maupun tertulis.
b. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi:
Data sekunder yaitu data yang diperoleh berupa laporan-laporan diluar perusahaan, bacaan keputusan, dan bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan penelitian ini.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, yaitu tarif angkutan, jumlah penduduk, jalur angkutan dan pendapatan angkutan dalam 10 tahun.
2. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probality sampling, dengan menggunakan metode purposive yait mengambil data tarif angkutan, jumlah penduduk, jalur angkutan dan pendapatan angkutan masing-masing dalam 5 tahun (2011-2015).
E. Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan model analisis regresi linear berganda. Rumus regresi berganda adalah:
Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3 Keterangan:
Y = Pendapatan Angkutan Daerah a = Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien regresi X1= Tarif
X2= Jumlah penduduk X3= Jalur angkutan daerah
Sebelum analisis regresi digunakan, maka terlebih dahulu akan dilakukan uji Asumsi Klasik untuk selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis dengan bantuan program SPSS versi 17.
a. Uji F (Simultan)
Statistik F, hipotesis yang digunakan adalah:
H0:β1,β2= 0 , mengindikasikan semua variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara bersama- sama
H1:β1≠ 0, mengindikasikan semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara bersama- sama.
Pada tingkat signifikan 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1. Hoditerima dan H1ditolak apabila F hitung < F table, atau jika probabilitas F hitung > tingkat signifikansi 0,05 maka H0ditolak artinya variabel independen secara serentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan.
2. H0ditolak dan H1diterima apabila F hitung > F table, atau jika probabilitas F hitung < tingkat signifikan 0,05 maka H0ditolak, artinya variabel indepanden secara serentak atau bersama-sama mempengaruhi variabel dijelaskan secara signifikan.
b. Uji T (Parsial)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji variabel bebas secara individual atau persial terhadap variabel terikat dengan asumsi variabel bebas lain dianggap konstan. Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas secara persial terhadap variabel terikat, dapat diketahui dari besarnya nilai koefesien regresi masing-masing variabel bebas. Pada pengujian hipotesis, nilai t-hitung harus dibandingkan dengan t-tabel pada derajat keyakinan tertentu. Nilai t-hitung diperoleh dengan formulasi.
Hipotesis yang diuji pada uji statistic t adalah sebagai berikut:
a. Tarif Angkutan Terhadap Pendapatan Angkutan Daerah
H0: β1< 0 Tidak Ada Pengaruh Antara Tarif Angkutan Dengan Pendapatan Angkutan Kerja.
H1:β1 > 0 Ada Pengaruh Antara Tarif Angkutan Dengan Jumlah Penduduk
b. Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Angkutan Umum
H0: β2< 0 Tidak Ada Pengaruh Jumlah Penduduk Dengan Pendapatan Angkutan Daerah.
H1: β2> 0 Ada Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Angkutan Umum.
c. Jalur Angkutan Terhadap Pendapatan Angkutan Daerah
H0: β3< 0 Tidak Ada Pengaruh Jalur Angkutan Dengan Pendapatan Angkutan Daerah.
H1 :β3> 0 Ada Pengaruh Jalur Angkutan Terhadap Pendapatan
Pada tingkat signifikasi 5 persen dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. H0 diterima dan H1 ditolak apabila t hitung < t table atau jika probabilitas t hitung > tingkat signifikasi 0,05, artinya adalah salah satu variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikasi.
H0ditolak dan H1diterima apabila t hitung > t tabel, atau jika probabilitas t hitung < tingkat signifikasi 0,05, artinya adalah salah satu variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
33
A. Gambaran Umum Kabupaten Gowa dan Terminal Cappa Bungaya Kabupaten Gowa berada pada 12°38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan 5°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya antara 12°33.19' hingga 13°15.17' Bujur Timur dan 5°5' hingga 5°34.7' Lintang Selatan dari Jakarta.
Kabupaten yang berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.
Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi 9
Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.
Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan bentuk topografi wilayah yang sebahagian besar berupa dataran tinggi, wilayah Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu diantaranya sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2 dan panjang 90 Km.
Di atas aliran sungai Jeneberang oleh Pemerintah Kabupaten Gowa yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek multifungsi DAM Bili-Bili dengan luas + 2.415 Km2 yang dapat menyediakan air irigasi seluas + 24.600 Ha, komsumsi air bersih (PAM) untuk masyarakat Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m3 dan untuk pembangkit tenaga listrik tenaga air yang berkekuatan 16,30 Mega Watt.
Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya musim kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan Oktober-Nopember.
Jumlah penduduk Kabupaten Gowa pada tahun 2009 sebesar 695.697 jiwa, laki-laki berjumlah 344.740 jiwa dan perempuan sebanyak 350.957 jiwa.
Dari jumlah penduduk tersebut 99,18% adalah pemeluk Agama Islam.
Untuk lebih jelasnya gambaran umum kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Gowa berdasarkan komposisi luas dan jarak dari Sungguminasa sebagai Ibukota Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 1 Luas Wilayah dan Presentase Luas Wilayah Menurut Kec. di Kab.
Gowa (dalam persen)
Kecamatan Luas Wilayah
(Km) Presentase (%)
1. BONTONOMPO 30,39 1,61
2. BONTONOMPO SEL 29,24 1,55
3. BAJENG 60,09 3,19
4. BAJENG BARAT 19,04 1,01
5. PALLANGGA 48,24 2,56
6. BAROMBONG 20,67 1,10
7. SOMBAOPU 28,09 1,49
8. BONTOMARANNU 52,63 2,79
9. PATTALLASSANG 84,96 4,51
10. PARANGLOE 221,26 11,75
11. MANUJU 91,90 4,88
12. TINGGIMONCONG 142,87 7,59
13. TOMBOLO PAO 251,82 13,37
14. PARIGI 132,76 7,05
15. BUNGAYA 175,53 9,32
16. BONTOLEMPANGAN 142,46 7,56
17. TOMPOBULU 132,54 7,04
18. BIRINGBULU 218,84 11,62
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2017
B. Dasar hukum
Secara Umum pengelolaan perusahaan daerah terminal Cappa Bungaya didasarkan pada beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut:
1. Undang-undang nomor 5 tahun 1962 tentang perusahaan daerah (lembaran negara republik indonesia tahun 1962 nomor 10, tambahan lembaga negara republik indonesia.
2. Peraturan daerah kota makassar nomor 16 tahun 1999 tentang pendirian perusahaan daerah terminal Cappa Bungaya (lembaran daerah kota makassar nomor 16 tahun 1999 Seri D Nomor 3) . sebagaimana telah diubah dengan peraturan daerah nomor 14 tahun 2006).
3. Peraturan daerah kota makassar nomor 16 tahun 2006 tentang pengelolaan terminal penumpang (lembaran daerah kota makassar nomor 15 2006).
4. Peraturan daerah kota makassar nomor 13 tahun 2000 tentang ketentuan –ketentuan pokok badan pengawasan, direksi dan kepegawaian perusahaan daerah terminal Cappa Bungaya di kabupaten Gowa.
5. Keputusan daerah nomor 7039 tahun 1999 tentang organisasi dan tata kerja PD. Terminal Cappa Bungaya.
6. Undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
C. Gambaran Umum Terminal Cappa Bungaya
Perusahaan daerah terminal Cappa Bungaya berada dalam wilayah kabupaten gowa tepatnya jalan poros pallangga, mallengkeri kabupaten gowa.
Perusahaan daerah terminal Cappa Bungaya dipimpin oleh seorang Direktur Utama (Dirut), dan dibantu oleh seorang Direktur Umum dan Direktur Operasional.
D. Struktur Organisasi
Secara organisasi Terminal Cappa Bungaya didasarkan pada surat keputusan bupati gowa nomor 7039 tahun 1999 tanggal 27 oktober 1999. Dalam keputusan bupati gowa tersebut terminal Cappa Bungaya dipimpin oleh seorang direktur Utama,dan dibantu oleh Direktur Umum dan Direktur Operasional.
Direktur Umum membawahi bagian Umum dibantu beberapa seksi yang terdiri dari seksi administrative dan kepegawaian, seksi perlengkapan dan seksi hukum dan humas, sedangkan bagian keuangan dibantu oleh seksi anggaran, seksi pembukuan dan seksi kas.
Direktur Operasional membawahi bagian operasional dan produksi, dalam menjalankan tugasnya bagian pengelolaan dibantu oleh seksi pengaturan parkir, seksi pemeliharaan dan kebersihan dan seksi keamanan dan ketertiban, sedangkan bagian produksi dibantu oleh seksi pendapatan,seksi penagihan serta unit-unit terdiri dari unit mallengkeri dan unit pengawasan.
1. Pendapatan Angkutan Daerah
Kabupaten Gowa adalah salah satu kabupaten bagian timur Sulawesi Selatan yang padat penduduk dan sarana trasfortasi sangat berpengaruh didae- rah tersebut, salah satunya angkutan Umum dalam hal ini disebut pete-pete.
Angkutan Umum sudah menjadi sarana dan prasrana bagi masyarakat Kabu- paten Gowa untuk kegiatan sehari hari, baik itu untuk pergi bekerja ataupun pergi ke Makassar. Angkutan Umum sudah sangat membantu aktivitas masyarakat Kabupaten Gowa. Angkutan Umum lebih digemari masyarakat ketimbang trasfortasi lain, hal ini bias mendobrak pendapatn angkutan Umum tersebut, dapat dilihat dari data pendapatan angkutan Umum dibawah ini:
Tabel 4. 2 Pendapatan Angkutan Umum, 2011-2015
Tahun Pendapatan Angkutan Umum Presentase
(%)
2011 1.578.676.850 2,3
2012 1.877.650.000 2,6
2013 2.006.989.756 3,2
2014 2.308.076.000 3,5
2015 2.897.500.000 4,1
Sumber data: DISHUB KAB.GOWA, 2017
Dari data diatas dapat terlihat bahwa jumlah pendapatan angkutan Umum di Kabupaten Gowa dari tahun ketahun menunjukkan hasil yang sangat baik, hal ini sangat membantu prekonomian di kabupaten Gowa.
2. Tarif Angkutan Umum
Angkutan Umum sudah jadi transportasi yang bagi masyarakat Kabu- paten Gowa sangat penting dan bermanfaat untuk membantu aktivitas sehari- hari masyarakat Kabupaten Gowa. Hal ini juga menjadi perhatian penting buat jasa trasportasi angkutan Umum (pete-pete), yang menjadi perhatian penting bagi Pemerintah Kabupaten Gowa selain keselamatan buat pengguna jasa angkutan Umum juga ialah tarif angkutan Umum yang pasang bagi pemilik jasa, selain keamanan, juga sangat penting tarifnya agar masyarakat Kabupaten Gowa merasa nyaman dan juga merasa tarifnya tidak terlalu naik hingga batas pendapatan masyarakat Kabupaten Gowa.
jika dilihat dengan data nasional tarif yang ditetapkan oleh pemerintah dari tahun ketahun memiliki perubahan yang cukup drastis. Dapat dilihat dari data dibawah ini:
Tabel 4. 3 Tarif Angkutan Per Tahun
Tahun Tarif Angkutan Presentase
2011 3000 2,4
2012 3000 2,4
2013 4000 3,6
2014 5000 5,8
2015 5000 5,8
Sumber Data: DISHUB Kab. Gowa, 2017
Dari data diatas dapat diliat setiap tahunnya tarif angkutan diwilayah kabupaten gowa meningkat, hal ini diakibatkan karena kenaikan BBM dan ke- bijakan pemerintah lainnya.
3. Perkembangan Jumlah Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan perubahan penduduk merujuk kepada semua spesies, tapi selalu kepada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Di Kabupaten Gowa sendiri laju pertumbuhan penduduknya sangat pesat, itu dikarenakan oleh kencangnya laju urbanisasi ke kota dimana banyak alasan mereka untuk pindah ke kabupaten lain seperti kabupaten gowa..
Pengaruh jumlah penduduk terhadap Pendapatan Angkutan Daerah di Kabupaten Gowa yang salah satunya dipengaruhi oleh tingkat komsumsi masyarakat dengan menggunakan teori dimana ketika orang lebih tertarik dengan trasportasi seperti angkutan Umum.
Tabel 4. 4 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Gowa Tahun 2011-2015
Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Perubahan (%) 2011
2012 2013 2014 2015
659.513 670.465 691.309 702.476 708.976
21,4 30,5 45,7 47,4 50,5
Sumber : BPS Kota Makassar, 2017
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pertumbuhan penduduk dari tahun ketahun di Kabupaten Gowa sangat meningkat, di tahun 2011 jumlah penduduk sebanyak 659.513 orang, ditahun 2012 jumlah penduduk meningkat sebanyak 670.465, lalu ditahun 2013 jumlah penduduk sangat meningkat sebesar 691.309 orang, kemudian ditahun berikutnya tahun 2014 jumlah penduduk meningkat ke angka 702.476 jiwa orang, dan ditahun 2015 meningkat sebanyak 708.976 jiwa orang.
4. Jalur Angkutan Umum
Kabupaten Gowa adalah salah satu kota yang sedang mengembangkan potensi wisatanya. Potensi wisata di Kabupaten Gowa ini juga membutuhkan fasilitas transportasi untuk mengakses lokasi tersebut. Di Gowa terdapat sebuah angkutan daerah yang selalu siap mengantarkan masyarakat Gowa dan
para wisatawan untuk berkeliling kota. Angkutan kota itu bernamapete-pete.
Tidak ada bedanya dengan angkutan kota di daerah lain, ini hanya tentang penyebutan angkutan kota itu. Angkutan kota atau Pete-pete di Gowa memiliki banyak jalur trayek. Berikut rute jalurpete-peteyang ada di Gowa:
Tabel 4. 5 Jalur Angkutan Umum
Jalur Angkutan Umum (Pete-Pete) Jarak Tempuh (Km) Terminal Cappa Bungaya – Sungguminasa – Kassi
Terminal Cappa Bungaya – Sungguminasa – Malino Terminal Cappa Bungaya – Sungguminasa – Bonto Ramba Terminal Cappa Bungaya – Sungguminasa – Barombong Terminal Cappa Bungaya – Sungguminasa – Limbung
20 50 32 15 25
Sumber Data: DISHUB Kab. Gowa 2017
Dari table diatas menunjukkan bahwa rute-rute angkutan Umum dalam hal ini pete-pete harus selalu melalui terminal Cappa Bungaya lalu ke sungguminasa dan setelah dari situ baru ke rute masing-masing yang sudah dijalurkan tiap mas- ing-masing angkutan. Dalam hal ini sangat dilihat dari jarak tempuh yang dilalu tiap pete-pete karena jarak masing-masing trayek sangat jauh-jauh.
E. Hasil Regresi Linear Berganda 1. Hasil Penelitian
Teknik yang digunakan dalam menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan angkutan daerah adalah dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan bantuan SPSS 17.0. Dalam model analisis regresi linear berganda yang menjadi variabel terikatnya adalah pendapatan angkutan daerah sedangkan variabel bebasnya tarif angku- tan, jumlah penduduk dan jalur angkutan.
Sebelum dilakukan analisis regresi linear berganda maka terlebih dahulu di lakukan uji asumsi klasik, sebagai berikut:
a. Uji Asumsi Klasik
Evalusi ini dimaksudkan untuk apakah penggunaan model regresi linear berganda (Multiple Regresion Linear) dalam menganalisis telah memenuhi asumsi klasik. Model linear berganda akan lebih tepat digunakan dan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat apabila asumsi-asumsi berikut dapat terpenuhi yaitu:
1) Uji Normalitas Data
Pengujian Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal. Hasil uji Normalirtas dapat dilihat pada gambar dibawah :
Gambar 4. 1 Grafik Uji Normalitas
Sebagaimana terlihat dalam grafik Normal P-P plot of Regression Standardized Resudal, terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikiti arah garis diagonal (membentuk garis lurus), maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal dan model regresi layak dipakai untuk memprediksi pendapatan angkutan daerah berdasarkan variabel bebasnya.
2) Uji Linieritas Data
Pada grafik Normal P-P plot of Regression Standardized Resudal diatas, terlihat titik-titik (data) disekitar garis lurus dan cenderung membentuk garis lurus (linear), sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan linearitas telah terpenuhi. Dengan demikian karena persyaratan linearitas telah dapat dipenuhi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Kinerja berdasarkan variabel bebasnya.
3) Uji Multikolinearitas Data
Uji Multikolinearitas perlu dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas, jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinearitas (MULTIKO). Untuk mengetahui Multikolinearitas antara variabel bebas tersebut, dapat dilihat melalui VIF (variance inflation factor) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila nilai VIF tidak lebih dari 5 berarti mengindikasi bahwa dalam model tidak terdapat Multikolinearitas.
Adapun besaran VIF (variance inflation factor) dan Tolerance, pedoman suatu model regresi yang bebas Multikolinearitas adalah:
a. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1
b. Mempunyai angka Tolerance mendekati angka 1
Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikolineritas Variabel Bebas
Variabel Bebas Tolerance VIF Keputusan terhadap
Asumsi Multikolinearitas Tarif Angkutan
(X1) 0,436 2,295 Terpenuhi
Jumlah Penduduk
(X2) 0,436 2,295 Terpenuhi
Jalur Angkutan
(X3) 0,436 2,295 Terpenuhi
Sumber: Output Analisis Regresi
Pada tabel di atasa terlihat bahwa kedua variabel bebas memiliki besaran angka VIF di sekitar angka 1 (Tarif Angkutan = 2,295, Jumlah Penduduk = 2,295 dan Jalur Angkutan = 2,295), besaran angka tolerance semuanya mendekati angka 1 (Tarif Angkutan = 0,436, Jumlah Penduduk = 0,436, Jalur Angkutan = 0,436), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Multikolinearitas antara ketiga variabel bebas dan analisis regresi layak digunakan.
4) Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas, dan jika varians berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi Heteroskedastisitas. Hasil pengujian ditunjukkan dalam gambar berikut:
Dari grafik Scattrplot tersebut, terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heretoskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Kesempatan kerja berdasar masukan variabel independent-nya.
b. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, baik secara simultan maupun parsial, serta menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, berikut rekapitulasi hasil analisis regresi berganda :
Gambar 4. 2 Grafik Uji Heterokedasitisitas
Tabel 4. 7 Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Berganda
Variabel
Koefisien Regresi
(B)
T hitung T tabel Sig
Tarif Angkutan (X1) 0,884 2,489 1,894 0,042 Jumlah Penduduk (X2) 0,111 4,254 1,894 0,004 Jalur Angkutan (X3) 0,089 2,368 1,894 0,022 Konstan = 3,890
R = 0,856 R square = 0,733 Adjusted R Square = 0,657
Fhitung = 9,623
Ftabel = 9,28
Signifikansi F = 0,010 Sumber : Output Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan pada hasil koefesien regresi (B) diatas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y= 3,890+0,884 X1+ 0,111 X2 + 0,089 X3
1. Nilai konstanta sebesar 3,890, maka Apabila Tarif Angkutan, Jumlah Penduduk, Jalur Angkutan bernilai konstan, maka nilai dari pendapatan asli daerah 3,890.
2. Nilai koefisien Tarif Angkutan sebesar 0,884, maka apabila Tarif Angkutan meningkat sebesar 1 satuan maka akan meningkat pendapatan angkutan daerah sebesar 0,884 satuan sedangkan yang lainnya konstan.
3. Nilai koefisien Jumlah Penduduk sebesar 0,111, maka apabila Jumlah Penduduk meningkat 1 satuan maka akan meningkat pendapatan angkutan daerah sebesar 0,111 satuan sedangkan yang lainnya konstan.
4. Nilai koefisien Jalur Angkutan sebesar 0,089, maka apabila Jalur Angkutan meningkat 1 satuan maka akan meningkat pendapatan angkutan daerah sebesar 0,089 satuan sedangkan yang lainnya konstan.
1) Koefisien Regresi
Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau presentase dari variasi total variabel dependent yang mampu dijelaskan oleh model regresi. Dari hasil regresi diatas diperoleh R sebesar . Hal ini menunjukkan bahwa korelasi positif yang sangat kuat serta eratnya hubungan antara Y dan Variabel X.
2) Uji R Square (R2)
Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau presentase dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model regresi. Dari hasil regresi diatas nilai R square (R2) sebesar 0,657, ini berarti 65,7% variasi perubahan variabel pendapatan angkutan daerah dapat dijelaskan secara simultan oleh variasi variabel-variabel tariff angkutan, jumlah penduduk, jalur angkutan, sisanya sebesar 34,3% ditentukan oleh variabel atau faktor lain diluar model.
3) Pengaruh Secara Simultan (Uji F)
Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Simultan).
Pengujian F-statistik ini dilakukan dengan cara membandingkan antara F- hitung dengan F-tabel. Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika F-tabel > F-hitung berarti Ho diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : β1 = β2 = 0, berarti variabel independen secara keseluruhan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : β1 # 0, berarti variabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hasil perhitungan yang didapat adalah F-hitung 9,623 sedangkan F- tabel = 9,28, sehingga F-hitung > F-tabel (9,632 > 9,28). Perbandingan antara F-hitung dengan F-tabel yang menunjukkan bahwa F-hitung > F-tabel, menandakan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen, sehingga bahwa variabel tarif angkutan (X1), jumlah penduduk (X2), jalur angkutan (X3) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja di kota Makassar pada tingkat signifikan 5%
4) Pengaruh Secara Parsial
Berdasarkan uji parsial melalui analisis regresi, diperoleh hasil variabel bebas yaitu tariff angkutan (X1), jumlah penduduk (X2), dan jalur