• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis dan Sumber Data

Dalam dokumen tanaman cengkeh ditinjau dari aspek (Halaman 33-36)

BAB II TINAJUAN PUSTAKA

3.3. Jenis dan Sumber Data

III.METODE PENELITIAN

1. Observasi awal guna memperoleh data tentang kondisi desa kaitannya aengan komunikasi petani dan adopsi teknologi sambung samping. Selaniutnya dilakukan pengamatan lapangan untuk memperoleh lokasi pelaksanaan kegiatan yang dimaksud.

2. Melakukan wawancara pada petani responden dengan menggunakan alat bantu kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah disiapkan sebelumnya.

3. Untuk melengkapi data primer dan data sekunder maka dilakukan wawancara dan diskusi dari berbagai informan kunci seperti tokoh masyarakat, pemuka agama, atau petugas- petugas teknis yang bertugas dalam pembinaan kelompok tani.

3.5.Analisa Data

Pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitina ini adalah analisis kualitatif, yaitu serangkaian pengukuran yang kemungkinan tidak dapat dinyatakan kedalam angka- angka melainkan dilakukan berdasarkan uraian jawaban yang dikemukakan oleh petani responden dan informan kunci serta mendeskripsikan hasil-hasil penilitian berdasarkan temuan-temuan di lapangan yang dapat di bantu tabel-tabel frekuensi yang diisi dengan angka-angka mutlak atau persentase (Suharsini, 1998).

Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka digunakan skala likert yaitu menentukan terlebih dahulu skor setiap jawaban dari pertanyaan kuisioner yaitu 3 untuk jawaban ya, 2 untuk jawaban kadang-kadang, 1 untuk jawaban tidak kemudian menentukan persentase dengan menggunakan rumus:

n

P = — X 100%

N

Dimana : P = Persentase

n = Jumlah skor jawaban dari responden N = Total skor jawaban dari suatu altenatif

3.6.Konsep Operasional

Konsep operasional yang digunakan pada penelitian ini mencakup pengertian- pengertian yang digunakan agar memudahkan pengambilan data informasi serta menyamakan presepsi. Adapun konsep operasional tersebut sebagai berikut:

1. Petani adalah orang yang terlibat dalam kegiatan berusaha tani cengkeh

2. Perilaku yaitu kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan invidu dalam melakukan kegiatannya.

3. Pendidikan formal; adalah tingkat pendidikan dilihat pendidikan formal yang pernah ditempuh petani

4. Pengalaman usaha tani adalah lama petani menjalankan usaha tani cengkeh.

5. Laus lahan adalah lahan yang dixniliki oleh petani cengkeh untuk ditanami tanaman cengkeh.

6. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang dibiayai oleh keluarga petani.

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1.Letak dan Batas Wilayah

Desa Lalangbata Kecamatan Buki adalah salah satu kecamatan yang memiliki jarak

± 24 km dari Ibu Kota Kabupaten Kepualauan Selayar yang mempunyai beragam potensi pertanian dan budidaya tertentu.

Luas w ilayah Desa Lalangbata Kecamatan Buki mempunyai luas ± 27,5 km2 terdiri dari 5 dusun dengan jumlah penduduk laki-laki ± 530 jiwa dan perempuan ± 607 jiwa.

Secara administrasi Desa Lalangbata Kecamatan Buki berbatasan dengan : 2.1 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Onto

2.2 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Buki Timur 2.3 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bontolempangan 2.4 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Buki

4.2.Keadaan Topografi

Keadaan topografi Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar mulai dari datar (0 - 30%) sampai berbukit (40 - 50%). Rata-rata hujan di Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar sebesar ± 50 mm / bulan dan berada pada ketinggian tempat 0 - 600 m dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata 25 - 30 °C.

4.3. Keadaan Penduduk

4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu berjumlah 1137 jiwa terdiri dari 530 jiwa laki-laki dan perempuan 607 jiwa.

Untuk mengetahui jumlah penduduk Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah penduduk pada setiap dusun berdasarkan jenis kelamin di Desa Lalangbata Kecamatan Buki

No Nama Dusun

Jumlah Penduduk

Jumlah (Jiwa) Laki-laki Perempuan

1 Tanete Pale 56 60 116

2 Bontodatara 165 210 375

J Nangkala 56 61 60

4 Silolo 124 151 210

5 Pakbatteang 129 125 154

JumLah 530 607 1137

Sumber : Potensi Wilayah Desa Lalangbata Kecamatan Buki 2013 4.3.2 Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu alat ukur untuk melihat potensi dan kemampuan masyarakat dalam hal penerimaan inovasi baru, selain pendidikan dan pengetahuan akan mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menyelesaikan suatu masalah dan proses kinerja secara global semakin tinggi taraf pendidikan masyarakat, akan berbanding lurus dengan pola penataan kehidupan kemasyarakatan di desa pada umumnya. Jumlah penduduk di Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar yang berdasarkan pada tingkat pendidikannya, dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Jumlah penduduk beerdasarkan pada tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1 Tingkat tamat SD 90

2 Tamat SD 173

-> SMP 154

4 SMA 174

5 Diploma 35

6 Sarjana 20

Jumlah 646

Sumber : Potensi Wilayah Desa Lalangbata Kecamatan Buki 2013 4.3.3 Junilah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Perekonomian Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar bertumpu pada sektor jasa perdagangan, perikanan, dan kelautan pada daerah pesisir pantai (sebelah barat) sedangkan bagian timur masyarakat hidup dari pertanian.

Tabel 3. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Desa Lalangbata Kecamatan Buki 2011

No Jenis Mata Pencaharian Total (Orang)

1 Petani 101

2 Peagang 10

3 Petemak 28

4 Pengrajin 12

5 PNS 20

6 Pensiunan 10

7 Montir 3

8 Sopir 3

9 Jualan (Kios) 10

10 Pembuat atap daun kelapa / rumbia 6

11 T ukang kayu 10

12 Staf Desa 10

Sumber : Desa Lalangbata 2013

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang bermata pencaharian terbanyak adalah petani yakni 55 orang sedangkan yang bermata pencaharian sedikit montir dan sopir berjumlah 3 orang.

4.3.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan satu faktor penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena amat berhubungan dengan berbagai segi kehidupan jasmani dan rohani. Ketersediaan sarana dan prasaran tersebut tentu memperlancar kegiatan masyarakat.

Table 4. Sarana dan Prasarana di Desa lalang Batu Kecamatan Buki No Jneis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Kantor desa 1

2 Kantor BPD 1

o Pos Kamling 5

4 TK 2

5 SD 2

6 Mesjid / Musallah 6

7 Pustu 1

8 Posyandu 5

9 Perkuburan TPU 5

10 Bak penampungan air 3

11 Lapangan sepak bola 1

12 Lapangan bola volley 1

13 Lapangan Takraw 1

Berdasarkan sebelumnya sarana dan prasarana di Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar, dimana sarana dan prasarana terbanyak yaitu mesjid atau musallah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Petani Responden

5.1.1 Umur Petani

Usia dipadang perlu menggambarkan tingkat produktifitas seseorang dalam melakukan suatu usaha tani atau usaha-usaha lainnya, dimana pada usia tertentu seseorang dapat mencapai produktifitas optimal. Semakin tua usaha petani, maka kemampuan kerjanya relatif turun. Walaupun disisi lain, petani yang berusia tua biasanya lebih banyak pengalaman disbanding petunia berusia relatif muda. Petani yang berusia muda, biasanya bersifat dinamis, yakni lebih berani menanggung resiko untuk memperoleh pengalaman berusaha tani. Petani yang relatif tua mempunyai kapasitas pengolahan yang lebih matang dan memiliki banyak pengalaman. Berdasarkan tingkat usia yang dimiliki responden secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Responden menurut kelompok usia di Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

No Kelompok Usia Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 24-34 8 25,00

2 35-44 12 37.00

3 45-55 12 37,00

Jumlah 100,00

Sumber : data primer setelah diolah, 2013

Tabel 5 menunjukkan bahwa klasifikasi kelompok usia responden) 24 - 35 tahun sebesar 20,00%, 35 - 44 tahun sebesar 40,00%, dan 45 - 55 tahun sebesar 40,00%. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki tingkat umur yang berbeda-beda dalam mengusakan tanaman cengkeh. Berdasarkan hasil tersebut, maka aktifitas petani jika dikaitkan dengan umur, dimana petani mampu menerima pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan kemampuannya.

5.1.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan responden sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam mengembangkan usahanya. Karena pendidikan yang memadai akan memberikan pengetahuan dan pengalaman cukup dalam meningkatkan produksi dan efesiensi usahanya. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Tingkat pendidikan petani di Desa Lalang Batu Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 SD 15 50,00

2 SMP 11 36,67

3 SMA 4 13,33

Jumlah 100,00

Sumber :Data Perimer setelah diolah, 2013

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden terdiri dari 15 orang tamat SD (50,00%), 1 orang tamat SMP

(36,67%), dan 4 orang tamat SMA (13,33%). Hal ini menunjukkan bahwa tingakt pendidikan responden berfariasi muali dari responden dengan tmgkat pendidikan SD, sampai responden dengan tingkat pendidikan SMA. Meskipun demikian tingkat pendidikan responden umumnya masih rendah dimana jumlah terbesar adalah responden dengan tmgkat pendidikan SD (50,00%). Dalam mengatasi hal tersebut peran instansi yang salah satu fungsinya merupakan pendidikan nonformal di iingkungan petani perlu ditingkatkan dalam menambah pengetahuan petani.

5.1.3 Pengalaman Berusahatani

Faktor pengalaman berusaha tani atau lama waktu petani terlibat secara langsung dalam mengelola usaha tani tanaman cengkeh sangat penting untuk diketahui. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan petani dalam mengelola kebun cengkeh.

Semakin lama seorang petani terlibat secara langsung maka akan semakin banyak pula pemgalaman dalam berusaha tanaman cengkeh. Adaoub pengalaman berusaha tani petani dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Pengalaman Berusaha Tani di Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

No

Pengalaman Berusaha tani (Tahun)

Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 8-12 13 43,34

2 13- 17 10 33,33

3 18-22 7 23,33

Jumlah 100,00

Sumber : Data Perimer setelah diolah, 2013

Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah terbesar adalah responden dengan lama berusaha tani 8 - 2 2 tahun (43,33%). Hal ini menunjukkan bahwa umumnya responden berpengalaman dalam berusaha tani tanaman cengkeh. Pengalaman berusaha tani sangat erat hubungannya dengan keinginan peningkatan keterampilan dalam pengembangan usaha taninya, karena semakin lama petani berusaha tani tanaman cengkeh, semakin besar pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan teknologi.

5.1.4 Tanggungan Keluarga

Jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan sangat penting untuk diketahui yang berhubungan terhadap konstribusi pendapatan yang diperoleh untuk kegiatan usaha tani maupun konsumsi rumah tangga. Disamping itu, dengan mengetahui jumlah anggota juga dapat diketahui ketersediaan jumlah tenaga kerja dalam petani itu sendiri. Keadaan tanggungan keluarga petani responden dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Jumlah tanggungan keluarga di Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

No

Jumlah tanggungan keluarga (Orang)

Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 1 -2 2 6,67

2 3-4 18 60,00

i 5-6 10

Jumlah 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2013

Tabel 8 menunjukan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani responden yang terbanyak mempunyai tangguangan vaitu 3-4 orang berjumlah 18 orang (60,00%), sedangkan jumlah tanggungan terkecil adalah jumalah 1 - 2 orang berjumlah 2 orang (6,67%). Keadaan demikian sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga dan untuk peningkatan produksi dalam memenuhi kebutuhannya.

5.2 Pengembangan Tanaman Cengkeh Ditinjau dari Aspek Sosial dan Ekonomi

Masyarakat Desa Lalangbata Kecamatan Buki menipakan salah satu masyarakat asli yang mendiami bagian timur vvilayah Kabupaten Kepulauan Selayar. Masyarakat Desa Lalangbata Kecamatan Buki adalah penduduk suku selayar yang secara turun temurun berdiam dan tinggal di dataran tinggi. Pola kehidupan mereka adalah bercocok tanara, terutama cengkeh, jagung, palawija dan melinjo. Disamping itu, mereka juga bergantung kepada hasil tanaman keras, seperti kelapa dan kakao. Mereka merupakan petani-petani kreatif dalam upaya perintisan tanaman cengkeh di wilayah Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar. Pengelolaan tanaman cengkeh lebih mudah dibandingkan dengan pengelolaan tanaman lainnya seperti kakao melinjo, dimana cengkeh memerlukan tenaga dengan fisik yang kuat, keterampilan yang khusus dan tenaga yang banyak secara serentak dalam waktu yang singkat. Lain halnya dengan tanaman cengkeh, orang tua baik perempuan maupun laki-laki dan anak-anak semuanya dapat berperan dalam pengelolaan tanaman kakao, karena tidak memerlukan tenaga secara fisik dan keterampilan yang khusus sebagaimana halnya pada tanaman cengkeh.

Akibatnya, makin lama makin banyak masyarakat menyenangi tanaman cengkeh dibandingkan dengan tanaman lainnya sehingga lambat laun tanaman tanaman cengkeh

semakin maju. Adopsi tanaman cengkeh merupakan perubahan drastis pada dataran tinggi di Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar sebagaimana inovasi dan adopsi teknologi baru. Walaupun hal ini terjadi secara global, perubahan pada dataran tinggi Sulawesi terjadi lebih dalam dan lebih cepat dibandingkan dengan daerah dataran tinggi lainnya. Walaupun petani telah meraih peluang-peluang dengan kereatif, adopsi cengkeh dan input produksi adalah produksi adalah bagian dari suatu proses transfer sumber daya dan teknologi dan potensi yang

sudah ada, termasuk informasi, pengalamn, dan produk-produk yang diperoleh orang Selayar melalui keluarga mereka.

5.2.1 AspekEkonomi

Pada dasarnya pengembangan tanaman cengkeh secara umum banyak mernberi manfaat bagi para petani dari sisi ekonomi, walaupun pada kenyataannya apabila ditinjau dari segi nilai ekonomi harga pasar cengkeh selalu mengalami fluktuasi. Terkadang harga cengkeh di pasaran mengalami peningkatan namun tak jarang pula harga dapat mengalami penurunan drastis. Hal ini menyebabkan ada beberapa keluarga petani yang berusahatani cengkeh melakukan perubahan pada jenis tanaman jangka panjang lainnya.

Tetapi di antara mereka masih dominan mempertahankan usahatani yang telah dijalankan diantaranya tanaman musiman padi, jagung, kacang dan lain-lain, mengingat cengkeh telah banyak mernberi manfaat bagi mereka. pertimbangan ekonomis tersebut sehingga petani memilih tanaman cengkeh data Tabel 9. diperoleh nilai rata-rata 2,66 nilai berada kategori tinggi. Dan untuk mengantisipasi terjadinya penurunan harga cengkeh di dunia pasar, maka mereka umumnya tidak terfokus pada satu jenis tanaman saja. Melainkan mereka melakukan pembudidayaan tanaman lainnya disamping tetap mempertahankan

tanaman cengkeh yang telah mereka miliki. nilai Tabel 9 rata-rata nilai diperoleh 2,90 kategori tinggi. hal ini untuk mengurangi resiko sudah ada, termasuk informasi, pengalamn, dan produk-produk yang diperoleh orang Selayar melalui keluarga mereka.

Pada dasarnya pengembangan tanaman cengkeh secara umum banyak mernberi manfaat bagi para petani dari sisi ekonomi, walaupun pada kenyataannya apabila ditinjau dari segi nilai ekonomi harga pasar cengkeh selalu mengalami fluktuasi. Terkadang harga cengkeh di pasaran mengalami peningkatan namun tak jarang pula harga dapat mengalami penurunan drastis. Hal ini menyebabkan ada beberapa keluarga petani yang berusahatani cengkeh melakukan perubahan pada jenis tanaman jangka panjang lainnya.

Tetapi di antara mereka masih dominan mempertahankan usahatani yang telah dijalankan diantaranya tanaman musiman padi, jagung, kacang dan lain-lain, mengingat cengkeh telah banyak mernberi manfaat bagi mereka. pertimbangan ekonomis tersebut sehingga petani memilih tanaman cengkeh data Tabel 9. diperoleh nilai rata-rata 2,66 nilai berada kategori tinggi. Dan untuk mengantisipasi terjadinya penurunan harga cengkeh di dunia pasar, maka mereka umumnya tidak terfokus pada satu jenis tanaman saja. Melainkan mereka melakukan pembudidayaan tanaman lainnya disamping tetap mempertahankan tanaman cengkeh yang telah mereka miliki. nilai Tabel 9 rata-rata nilai diperoleh 2,90 kategori tinggi. hal ini untuk mengurangi resiko kegagalan usaha tani cengkeh, selain itu untuk meningkatan pendapatan petani dari tanaman jangka pendek.

Berdasarkan komponen-komponen pengembangan tanaman cengkeh ditinjau aspek ekonomi, maka hasil pcnclitian diperoleh sebagaimana pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengembangan tanaman cengkeh ditinjau dari aspek ekonomi di Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar, 2012

NilaiK

No. Aspek Ekonomi Rata-rata ket.

1. Nilai Harga Cengkeh mampu mencukupi kebutuhan sehari

2,66 Tinggi

Usaha tani mampu mnyerap tenaga keija pedesaan 2,33 Sedang 3. Peitimbangan nilai ekonomis mempengamhi petani

memilih cengkeh

2,66

Tinggi

4. Nilai jual berpengaruli terhadap pendapatan petani 2,93 Tinggi 5. Petani melakukan diversifikasi usaha (tanaman

cengkeh dan tanaman jangka pendek)

2,90 Tinggi

Rata-rata 2,12 Sedang

Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012

Para komunitas petani cengkeh dahulu menggarap lahan pertaniannya sekali setahun sebagai tanaman musim setelah beralihnya ketanarnan cengkeh dengan sistem produksi sekali setahun, tentu berdampak kepada pendapatan atau hasil petani. Dengan meningkatnya penghasilan komunitas cengkeh, maka berdampak kepada taraf hidupnya.

Pola hidup sudah berubah baik, Dari segi pendapatan rumah tangga petani meningkat dengan berusahatani cengkeh niali rata-rata diperoleh 2,93 kategori tinggi. hal ini dapat dilihat dari kondisi rumah. Jika dahulu rata-rata rurnah dengan atap nipa, sekarang sudah berubah menjadi atap seng, bahkan sudah banyak yang memiliki rumah permanen yang

terbuat dari batu perabot rumah dengan beberapa stel kursi tamu dan beberapa buah lemari sudah dimiliki.

Bahkan hampir semua rumah sudah memiliki televisi. Pemilikan kendaraan bermotor, baik roda 2 maupun roda 4, sudah tersebar sampai ke pelosok-pelosok desa.

Untuk alat komunikasi, orang tua maupun anak-anak rata-tara sudah memiliki handphone. Salah seorang petam yang hmgga Tahun 1975 menjadi petam jagung di Desa

pegunungan nyaris tidak dapat memenuhi kebutuhan makan keluarganya, saat ini sudah dapat memenuhi pendidikan yang layak bagi anak-anaknya sebagai anggota keluarga hingga ke jenjang perguruan tinggi. rata-rata petani mampu mencukupi kebutuhan sehari- harinya bahkan mampu menabung rata nilai diperoleh 2,66 atau kategon tinggi

Disamping sebagai akibat intervensi terhadap fungsi tanaman, pembangunan dipandang pula sebagai aspek yang dapat memberikan peluang kerja. Nilai rata-rata 2,33 kategori sedang im disebabkan oleh animo pemuda tani untuk bekerja dibidang pertanian masih perlu ditingkatkan. rata-rata tenaga kerja yang terlibat hanya wanita tani. Selain itu, kemudahan akses dari kota ke desa telah mengundang banyak pendatang ke daerah im ini. Hal demikian telah terjadi di lingkungan kehidupan masyarakat di Desa Lalangbata

Kecamatan Buki yang sarat dengan nilai-nilai ikatan kekeluargaan. Pada dasarnya melakukan adaptasi usaha secara intensif untuk tanaman cengkeh berorientasi pasar serta alih pola ketja ke tanaman cengkeh, ternyata banyak persoalan lain dan kompleks dari solusi itu.

5.2.2 Aspek Sosial

Masih banyaknya lahan tidur yang terdapat di Desa Lalangbata khususnya dan Kecamatan Buki umumnya memungkinkan masyarakat petani untuk membuka areal pertanian. Dengan tersedianya lahan tersebut dan didukung oleh tofografi dan iklim yang memadai memudahkan petani dalam berusahatani dan mengembangkan tanaman cengkeh. Pengembangan tanaman cengkeh ditinjau dari aspek sosial diperoleh data sebagaimana pada tabel 10.

Tabel 10. Pengembangan tanaman cengkeh ditinjau dari aspek Sosial di Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar, 2012

Nilai

No. Aspek Sosial Rata-rata Ket.

1. Lahan ditanami cengkeh dapat tumbuh dengan baik 2,07 Sedang

2.

Petani memiliki pengalaman yang cukup dalam pengeloaan tanaman cengkeh

2,07 sedang

3.

Fungsi kelembagaan di desa dalam pengembagan cengkeh

2,27 Sedang

4.

Keterampilan mengelola tanaman cengkeh pemah mengealmi kendala

2,0 Sedang

5. Selaku pemilik lahan bisa mengelola lahannya sesuai kondisi lahan cengkeh

1,84 Sedang

Rata-rata 2,04 Sedang

Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012

Kenyataan yang ada bahwa petani kebanyakan harus memasarkan sendiri hasil panennya ke luar desa atau kecamatan. Akibatnya, petani harus mengeJuarkan biaya yang (ebih tinggi karena harus memperhitungkan biaya transportasi dan biaya angkut ke teinpat pemasaran. Atau terkadang raereka harus menjual cengkeh yang mereka miliki kepada pedagang pengumpul dengan harga yang jauh lebih murah dari harga pasaran yang sesungguhnya.

Selain itu, masih adanya petani cengkeh yang belum memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan memadai dalam pengembangan tanaman cengkeh. Hal ini berdampak pada rendahnya kuantitas dan kualitas produksi tanaman cengkeh yang mereka miliki. Rata-rata nilai yang diperoleh 2,07 atau kategori sedang pengalaman petam dalam usahatani cengkeh masih perlu ditingkatkan.Untuk itu sangat diharapkan upaya-upaya pendampmgan dari petugas penyuluh pertanian sebagai instansi teknis serta pihak-pihak lain yang berkompeten untuk mendorong petani cengkeh dalam meningkatkan pengetahuan dalam berusahatani. Pemenntah Daerah dalam hal ini Dinas Pertanian harus mampu memberikan sosialisasi dan pendidikan teknis kepada masyarakat agar mampu mengelola usahataninya secara baik dan maksimal.

selain pengetahuan petani yang perlu ditingkatkan juga keterampilan petani dalam pengelolaan tanaman cengkeh dan pasca panen. Rata-rala nilai yang diperoleh 2,0 atau kategori sedang. Petani sangat membutuhkan pendampingan agar keterampilannya dapat ditingkatkan. Sedangkan dalam pengelolaan lahan rata-rata nilai yang diperoleh 1,84 atari kategori sedang. pengelolaan lahan harus diperhatikan agar lebih lestari karena lokasi penelitian bergunung sehingga rawan erosi. pengetahuan dan keterampilan petani perlu ditingkatkan khususnya pengelolaan lingkungan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan bahwa potensi pengelolaan cengkeh di Desa Lalangbata. Pada indicator identifikasi potensi kategori tinggi. Hal ini menunjukkan di Desa Lalangbata memiliki kemauan yang cukup besar untuk mengelola bibit cengkeh, karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi potensi pengelolaan cengkeh di Desa Lalangbata. Pada indikator memanfaatkan peluang dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan petani sudah muali memanfaatkan peluang bibit cengkeh untuk diusahakan dan dimanfaatkan guna memperoleh tambahan penghasilan dari pengelolaan bibit cengkeh. Potensi tanaman cengkeh dalam usaha tarn penduduk setempat dapat diterapkan sebagai alternative usaha tambahan seperti budidava cengkeh skala kecil dan pembesaran bibit cengkeh.

6.2.Saran

1. Hendaknya dilakukan secara tepat dan berkesinambungan oleh petani cengkeh dalam kegiatan pengelolaan bibit cengkeh.

2 Diharapkan kerjasama yang baik masyarakat dengan petani cengkeh dalam upaya peningkatan pengetahuan, dan keterampilan dalam menumbuhkan potensi terhadap pengelolaan bibit cengkeh.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi. 1987. Bagaimana menanam cengkeh. Kanisus (Anggota IKAPI) Yogyakarta

Ibrahim, Hasanuddin. 2004. Membangun Sistem Produksi Perkebunan Berdasarkan Kompetensi.

Kartasaputra. 1991. Becocok Tanam Cengkeh. Semarang: CV Aneka llmu.

Mardikanto. 1993. Hama dan penyakit pada tanaman cengkeh. Surabaya: PD Nasional

Mudjijo. 1987. Peroduksi tanaman perkebunan 1 cengkeh. Jakarta: CV Yasaguna anggota IKAPI.

Mukhlason. Pengembangan tanaman cengkeh

http://www.mukhlason.com.atsiri.htm diakses 5 Agustus 2012 Roger. 1989. Tanaman cengkeh. Surabaya: PD Nasional

Soekartawi. 1988. Mari menanam cengkeh. Surabaya: PD Nasional www.deptan.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/cengkeh

http://sehat.suaramerdeka.com/index.php?id=26 http://www.republika.co.id/suplemen

/cetak_detail.asp?id=&id=12081 l&kat_id=105&kat Jdl=150&kat_id2=l 87 http: //id. wiki pedi a. org/ wi ki/cengkeh

Dalam dokumen tanaman cengkeh ditinjau dari aspek (Halaman 33-36)

Dokumen terkait