PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Kepulauan Selayar sangat cocok untuk pengembangan tanaman cengkeh dan berpotensi mengembangkan tanaman tembakau yang bermanfaat sebagai bahan baku. Upaya Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar melalui Dinas Perkebunan untuk mengembangkan tanaman cengkeh nampaknya sudah optimal.
Rumusan Masalah
Aspek sosial terlihat bahwa tanaman cengkeh seluas 103 Ha sudah cukup lama dikembangkan di Kecamatan Buki, namun belum sesuai dengan harapan para penyuluh pertanian. Hal ini terlihat dari harga saat ini yang cukup baik, serta tingginya biaya produksi dan tingkat pemasaran yang mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama bagi mereka yang mengelola tanaman cengkeh di kabupaten Buki.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Pandangan Ekonomi Perkembangan Tanaman Cengkih di Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2012. Pandangan Sosial Perkembangan Tanaman Cengkih di Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2012.
TINAJUAN PUSTAKA
Potensi Pengembangan Tanaman Cengkeh
- Iklim
- Luas Lahan
- Aspek Sosial
- Aspek Ekonomi
Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari menanam tanaman cengkeh di Desa Lalangbata, Kecamatan Buki. Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai salah satu sentra produksi cengkeh di Sulawesi Selatan sebenarnya mempunyai potensi pengembangan cengkeh yang cukup besar.
Penanaman Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh dapat ditanam diselingi dengan ruang tanaman yang disusun berjauhan dengan pohon lain yaitu padi, kelapa, klopi, atau lebih idealnya jika iklim mikro sejuk dan lembab, selingan dilakukan dengan tanaman pisang. Pemupukan tanaman anyelir dengan menggunakan pupuk kandang atau kompos organik dengan dosis 50 kg ditambah tepung tulang atau tepung ikan 2-5 kg per pohon per tahun dapat diberikan dosis tunggal pada awal musim hujan pada parit yang digali di sekitar tanaman. pohon. . Faktor lingkungan yang mempengaruhi tanaman anyelir antara lain iklim, ketinggian tempat dan jenis tanah.
Curah hujan yang optimum bagi perkembangan tanaman anyelir adalah mm/tahun atau hujan kering 2500 tahun. Tanaman cengkeh dapat ditanam dan tetap berproduksi pada ketinggian 0 – 900 m di atas permukaan laut (dpl). Namun semakin tinggi lokasi maka produksi bunganya semakin rendah, namun pertumbuhan nyLin tetap produktif.Ketinggian optimum untuk pembungaan tanaman anyelir adalah sekitar 200 – 600 m diatas permukaan laut.
Tanah yang cocok adalah tanah gembur, lapisan budidaya minimal 1,5 meter dan kedalaman air tanah lebih dari 3 meter serta permukaan tanah dan tidak ada lapisan kedap air. Untuk mengurangi resiko kegagalan dan mahalnya biaya cengkeh, disarankan agar tanaman cengkeh hanya dikembangkan di lahan yang sangat sesuai. Sebaiknya tanaman cengkeh yang berada di luar kriteria tersebut diganti dengan tanaman lain yang sesuai dan menguntungkan.
Jenis Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh dapat ditanam dan tetap berkembang biak pada ketinggian 0 – 1500 m dpl. Tanaman cengkeh yang tidak memenuhi kriteria tersebut disarankan untuk diganti dengan tanaman lain yang cocok dan menguntungkan. Hal ini menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini mempunyai tingkat umur yang berbeda-beda dalam membudidayakan tanaman cengkeh.
Faktor pengalaman bertani atau lamanya petani terlibat langsung dalam pengelolaan usahatani cengkeh sangat penting untuk diketahui. Mereka merupakan petani kreatif dalam upaya merintis tanaman cengkeh di Kecamatan Buki, Kabupaten Kepulauan Selayar. Introduksi tanaman cengkeh merupakan perubahan drastis di dataran tinggi Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar, begitu pula dengan inovasi dan pengenalan teknologi baru.
Mereka malah menanam tanaman lain sambil tetap menjaga tanaman cengkeh yang sudah mereka miliki. Berdasarkan komponen pengembangan tanaman cengkeh ditinjau dari aspek ekonomi diperoleh hasil penelitian seperti pada Tabel 9. Selain itu masih terdapat petani cengkeh yang belum memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang cukup dalam pengembangan tanaman cengkeh.
Faktor Sosial Ekonomi Petani
Faktor Penghambat Pengembangan Tanaman Cengkeh 20
Faktor lingkungan yang mempengaruhi tanaman cengkeh antara lain iklim, jenis tanaman dan jenis tanah. Curah hujan yang optimal untuk perkembangan tanaman cengkeh adalah mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 2 bulan. Tanah yang cocok adalah tanah gembur, lapisan budidaya minimal 1,5 m dan kedalaman airtanah lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta tidak terdapat lapisan kedap air.
Selain EMS tanah, keasaman tanah (pH) juga berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman. Keasaman tanah optimal bervariasi, jika keasaman tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka pertumbuhan tanaman anyelir akan terganggu karena penyerapan unsur hara dari akar akan terhambat.
Lokasi dan Waktu
Untuk mengetahui jumlah penduduk Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2. Semakin lama seorang petani terjun langsung, maka semakin banyak pengalaman menanam cengkeh.
Penanganan tanaman cengkeh lebih mudah dibandingkan dengan penanganan tanaman lain seperti kakao melinjo, dimana cengkeh memerlukan kekuatan fisik yang kuat, keahlian khusus dan tenaga yang banyak secara bersamaan dalam waktu yang singkat. Berbeda dengan tanaman cengkeh, orang tua baik laki-laki maupun perempuan serta anak-anak semuanya dapat berperan dalam pengelolaan tanaman kakao karena tidak memerlukan tenaga fisik dan keterampilan khusus seperti halnya tanaman cengkeh. Akibatnya, semakin banyak masyarakat yang lebih menyukai bunga anyelir dibandingkan tanaman lain, sehingga bunga anyelir lambat laun tumbuh.
Pada dasarnya pengembangan tanaman cengkeh secara umum memberikan banyak manfaat bagi petani dari segi ekonomi, meskipun kenyataannya jika dilihat dari nilai ekonomi harga pasar cengkeh selalu berfluktuasi. Dengan tersedianya lahan tersebut serta didukung topografi dan iklim yang sesuai, memudahkan petani dalam membudidayakan dan mengembangkan tanaman cengkeh. Potensi tanaman cengkeh dalam agrobisnis masyarakat setempat dapat dijadikan alternatif usaha tambahan seperti budidaya cengkeh skala kecil dan perluasan pembibitan cengkeh.
Teknik Pengambilan Sam pel
Jenis dan Sumber Data
Curah hujan rata-rata di Desa Lalangbata, Kecamatan Buki, Kabupaten Kepulauan Selayar ± 50 mm/bulan dan berada pada ketinggian 0 – 600 m dpl, dengan suhu rata-rata 25 – 30°C. Jumlah penduduk Desa Lalangbata Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar berjumlah 1.137 jiwa, terdiri dari 530 laki-laki dan 607 perempuan. Berdasarkan sebelumnya sarana dan prasarana di Desa Lalangbata, Kecamatan Buki, Kabupaten Kepulauan Selayar, dimana sarana dan prasarana sebagian besar berupa masjid atau musala.
Masyarakat Desa Lalangbata di Kecamatan Buki merupakan salah satu masyarakat adat yang mendiami wilayah timur Kabupaten Kepulauan Selayar. Intinya, dengan mengadaptasi operasional intensif tanaman cengkeh yang berorientasi pasar dan mengubah pola kerja tanaman cengkeh, ternyata masih banyak permasalahan lain dan kompleks selain solusi tersebut.
Teknik Pengumpulan Data
Analisa Data
Pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu serangkaian pengukuran yang tidak boleh dinyatakan dalam angka, namun dilakukan berdasarkan uraian jawaban petani dan informan kunci yang diwawancarai, serta mendeskripsikan hasil pengukuran. penelitian berdasarkan temuan-temuan di suatu lapangan yang dapat membantu tabel frekuensi yang diisi dengan angka absolut atau persentase (Suharsini, 1998).
Konsep Operasional
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Letak dan Batas Wilayah
Wilayah Desa Lalangbata Kecamatan Buki mempunyai luas ± 27,5 km2 terdiri dari 5 dusun dengan jumlah penduduk laki-laki ± 530 jiwa dan jumlah penduduk perempuan ± 607 jiwa.
Keadaan Topografi
Keadaan Penduduk
- Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
- Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
- Jumlah Penduduk Berdasarkan
- Sarana dan Prasarana
Perekonomian Desa Lalangbata, Kecamatan Buki, Kabupaten Kepulauan Selayar bertumpu pada sektor perdagangan, perikanan, dan jasa kelautan di wilayah pesisir (barat) sedangkan masyarakat bagian timur hidup dari pertanian. Sarana dan prasarana di Desa Lalang Batu No. di distrik Bukit. Jumlah sarana dan prasarana di Jneis (unit). Warga Desa Lalangbata, Kecamatan Buki, merupakan suku Selayar yang sudah turun temurun mendiami dataran tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Petani Responden
- Umur Petani
- Pendidikan
- Pengalaman Berusahatani
- Tanggungan Keluarga
Usia di lapangan hendaknya menggambarkan tingkat produktivitas seseorang dalam bertani atau usaha lainnya dimana seseorang pada usia tertentu dapat mencapai produktivitas optimal. Meskipun di sisi lain, petani yang lebih tua biasanya memiliki lebih banyak pengalaman dibandingkan petunia yang relatif muda. Petani muda biasanya bersifat dinamis, yaitu lebih berani mengambil risiko untuk mendapatkan pengalaman bertani.
Karena pendidikan yang memadai akan memberikan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk meningkatkan produksi dan efisiensi usaha. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden bervariasi dari responden yang berpendidikan sekolah dasar hingga responden yang berpendidikan menengah atas. Namun tingkat pendidikan responden secara umum masih rendah, dengan jumlah terbanyak adalah responden yang berpendidikan SD (50,00%).
Pengalaman di bidang pertanian erat kaitannya dengan keinginan untuk meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan usaha pertaniannya, karena semakin lama petani mencoba menanam tanaman cengkeh maka semakin besar pula pengetahuan dan keterampilannya dalam menerapkan teknologi. Penting untuk mengetahui berapa jumlah anggota rumah tangga yang bergantung pada kontribusi pendapatan yang diperoleh terhadap kegiatan pertanian dan konsumsi rumah tangga. Keadaan ini sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga dan meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhannya.
Pengembangan Tanaman Cengkeh Ditinjau dari
- Aspek Ekonomi
- Aspek Sosial
Meski terjadi secara global, namun perubahan di dataran tinggi Sulawesi terjadi lebih dalam dan cepat dibandingkan wilayah pegunungan lainnya. Hal ini menyebabkan sebagian keluarga petani yang membudidayakan cengkeh beralih ke jenis tanaman jangka panjang lainnya. Pola hidup berubah menjadi lebih baik, dari sisi pendapatan keluarga, petani bertani dengan membudidayakan cengkeh dengan nilai rata-rata 2,93 termasuk dalam kategori tinggi.
Jika dulu rata-rata rumah beratap nipah, kini berubah menjadi beratap seng bahkan banyak masyarakat yang mempunyai rumah permanen. Nilai rata-rata sebesar 2,33 yang berada pada kategori sedang disebabkan karena semangat petani muda dalam bekerja di bidang pertanian masih perlu ditingkatkan. Masih banyaknya lahan kosong yang ada di Desa Lalangbata pada khususnya dan Kecamatan Buki pada umumnya, sehingga memungkinkan masyarakat petani untuk membuka lahan pertanian.
Rata-rata skor yang diperoleh sebesar 2,07 atau kategori sedang. Pengalaman petani dalam budidaya cengkeh masih perlu ditingkatkan. Untuk itu diharapkan adanya upaya bantuan dari penyuluh pertanian seperti instansi teknis dan pihak lain yang berkompeten untuk mendorong petani cengkeh meningkatkan pengetahuannya di bidang pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Lalangbata memiliki kemauan yang besar dalam mengelola benih cengkeh karena mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dan potensi untuk pengelolaan cengkeh di Desa Lalangbata. Hal ini menunjukkan bahwa petani sudah mulai memanfaatkan peluang budidaya benih cengkeh dan memanfaatkannya untuk memberikan tambahan pendapatan dari pengelolaan benih cengkeh.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran