BAB II KAJIAN TEORIKAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar Siswa
4. Macam-Macam Hasil Belajar
Melalui indikator ini, mempermudah melihat tingkah laku siswa yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar berdasarkan rencana pembelajaran yang dirancang oleh guru.
Prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psokologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objective membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, antara lain:
a. Ranah Kognitif
Proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembangannya daripada persepsi, introspeksi, atau memori siswa. tujuan pembelajaran kognitif dapat dibedakan menjadi enam tingkatan, yaitu : a) knowledge, b) comprehension, c) application, d) analysis, e) synthesis, f) evaluation.
Guru harus mengembangkan kata-kata kerja menjadi tujuan instruksional dengan memperhatikan dan memilih kata yang sesuai dengan tingkatan materi, berikut kata-kata kerja yang dapat dikembangkan oleh guru :
Tabel 2.1 Ranah Kognitif Tingkatan Verb (Kata Kerja) Knowledge
(pengetahuan
Identifikasi, spesifikasi, menyatakan.
Comprehension (pemahaman)
Menerangkan, menyatakan kembali, menggunakan.
Application (penerapan)
Menggunakan, memecahkan, menggunakan.
Analysis (analisis) Menganalisis, membandingkan, mengkonsentrasi.
Synthesis (sintesis) Merancang, mengembangkan, mengkonsentrasi.
Evaluation (evaluasi) Menilai, mengukur, memutuskan
b. Ranah Afektif
Proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan pada pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi. Dalam pengembagan
pendidikan, nilai afektif yang semula hanya mencangkup perasaan dan emosi ialah berkembang menyangkut moral, nilai-nilai budaya, dan keagamaan. Tujuan pembelajaran afektif dibedakan menjadi lima yaitu :
Tabel 2.2 Ranah Afektif
Tingkatan Verb (Kata Kerja)
Receiving (menerima) Menerima, peduli, mendengar Responding (menjawab) Melengkapi, melibatkan,
sukarela
Valuing (menilai) Menunjukkan lebih senang, menghargai, menyatakan peduli
Organization (mengorganisasi) Berpartisipasi,
mempertahankan, menyatukan (sintesis)
Characterzation by value or Value compleks (mengkarakterisasi atas dasar nilai kompleks
Menunjukkan empati, menunjukkan harapan, mengubah tingkah laku
c. Ranah Psikomotorik
Proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan membentuk keterampilan siswa. Pengembangan psikomotor mencangkup proses yang menggerakkan otot juga berkembang dengan pengetahuan berkaitan dengan keterampilan hidup. Tujuan instruksional psikomotorik secara garis besar dibedakan menjadi tujuh, yaitu :
Tabel 2.3 Ranah Psikomotor Tingkatan Verb (Kata Kerja)
Perception (persepsi) Membedakan, mengidentifikasi, memilih.
Set (penetapan) Mengasumsi, posisi,
mendemonstrasikan, menjelankan.
Guided Response (reaksi atas dasar arahan)
Mengusahakan, meniru, mencoba, menunjukkan.
Mechanism (mekanisme) Membiasakan, mempraktikkan, mengulang.
Compex overt response (reaksi terbuka dengan kesulitan kompleks)
Menghasilkan, mengoperasikan, menampilkan.
Adaptation (adaptasi) Mengadaptasi, mengubah, merevisi.
Origination (asli) Menciptakan (create) desain, membuat asli (origanate)
Berdasarkan pembagian macam-macam hasil belajar di atas, maka hasil belajar dalam penelitian tindakan kelas ini adalah aspek kognitif sesuai dengan indikator-indikator hasil belajar pada mata pelajaran PPKn kelas IV SD Negeri Labuang Baji 1 Makassar. Aspek kognitif yang lebih di tekankan pada model Problem Based Learning (PBL) yaitu Knowlegde (pengetahuan), organization (mengorganisasi), dan Application (penerapan).
B. Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Numan Soemantri (2001: 54) Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber- sumber pengetahuan lainnya, positive influence pendidikan sekolah, masyarakat, orang tua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar berpikir kritis, analitis, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pendapat lain dikemukakan oleh Djahiri (2006: 18) Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan sebagai program pendidikan dan pembelajaran terpadu yang secara programatik dan prosedural berupaya memberdayakan (emprowering), membudayakan (civilizing), dan memanusiakan (humanzing), peserta didik untuk dapat menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan idologis dan yuridis konstitusional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Azyumardi Azra dan Komaruddin Hidayat (2008: 5) menjelaskan hakikat pendidikan kewarganegaraan yaitu upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangan jati diri dan moral bangsa dalam peri kehidupan bangsa.
Zamroni (dede Rosyada, dkk, 2000: 7) mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan nilai-nilai kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak- hak warga negara. Selain itu Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap, dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude, political efficacy, dan political participation dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan bangsa.
Merphin Panjaitan (Dede Rosyada, dkk 2000: 8), mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipasif melalui suatu pendidikan yang diagonal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang dilakukan untuk membentuk warga masyarakat agar memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang baik, terutama dibidang politik, hukum dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akhirnya pengetahuan, sikap, dan keterampilannya itu akan membentuk suatu watak, karakter, sikap atau kebiasaan sehari-hari yang mencerminkan warga negara yang baik.