• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Hak Milik Dalam Hukum Islam

4. Macam-macam Kepemilikan

memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

c. Harta Pemberian Negara

Harta pemberian Negara seperti santunan untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar. Pada Negara Islam dana ini diambil dari dana zakat, infaq, shadaqah, dan juga pajak.

d. Harta-Harta yang Diperoleh Seseorang Tanpa Daya dan Upaya Apapun.

Kepemilikan ini bisa diperoleh dengan cara-cara yang baik seperti pemberian orang atau santunan, dan juga bisa dengan cara yang tidak baik. Artinya, orang tersebut tanpa berusaha atau bekerja tetapi mengambil hak orang lain seperti mencuri, merampok dan lain sebagainya.103

Di samping empat macam barang ini diqiyaskan juga kepada barang tambang dan minyak bumi, serta kebutuhan pokok kehidupan manusia pada situasi dan kondisi tertentu, termasuk juga sumber- sumber air minum, hutan, laut dan isinya.105

Pemilikan umum adalah izin dari Allah swt kepada masyarakat secara bersama untuk memanfaatkan benda. Benda-benda ini dapat dikategorikan ke dalam tiga macam yaitu :

a. Fasilitas umum, yaitu barang-barang yang mutlak diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti air, api (bahan bakar, listrik, gas), padang rumput (hutan).

b. Barang-barang yang tabiat kepemilikannya menghalangi adanya penguasaan individu seperti, sungai, danau, jalan, lautan, udara, masjid, dan sebagainya.

c. Barang tambang dalam jumlah besar yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, seperti emas, perak, minyak, dan sebagainya.

b. Kepemilikan Khusus (Individu)

Setiap individu memiliki hak untuk menikmati hak miliknya, menggunakan secara produktif, memindahkannya dan melindungi dari penyia-nyiaan (pemubaziran). Tetapi haknya itu dibatasi ia tidak boleh menggunakannya secara berhambur- hamburan, semena-mena (dengan buruk), dan dilarang untuk

105 Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam…, h. 266.

tujuan bermewah-mewahan.106 Kepemilikan khusus adalah izin dari syara’ yang memungkinkan siapa saja untuk memanfaatkan zat maupun kegunaan (utility) suatu barang serta memperoleh kompensasi baik karena barangnya diambil kegunaannya oleh orang lain seperti disewa maupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya seperti dibeli dari barang tersebut.107

Sesuai dengan makna kepemilikan khusus, maka jenis kepemilikan ini dapat dikategorikan kedalam tiga macam yaitu:

Pertama, kepemilikan pribadi, merupakan kepemilikan yang manfaatnya hanya berkaitan dengan satu orang saja, dan tidak ada orang lain yang ikut andil dalam kepemilikan itu, seperti: rumah, mobil, buku dan sebagainya.

Kedua, kepemilikan perserikatan, merupakan kepemilikan yang manfaatnya dapat dipergunakan oleh beberapa orang yang dibentuk dengan cara tertentu, seperti kerjasama yang melibatkan beberapa orang tanpa melibatkan sekelompok orang lain. Contoh:

semua jenis perserikatan yang telah ditetapkan oleh Islam.

Ketiga, kepemilikan kelompok, merupakan kepemilikan yamg menyangkut beberapa hal yang tidak boleh dimiliki perorangan atau sekelompok kecil orang, namun pembagiannya harus didasarkan pada persebaran terhadap banyak pihak, dimana manfaatnya diprioritaskan bagi orang-orang yang sangat

106 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis…, h. 95.

107 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Mengagas Bisnis…, h. 25.

membutuhkan dan yang dalam keadaan kritis.

Adapun sumber kepemilikan khusus diantaranya:

perniagaan, upah pekerjaan, pertanian, pengelolaan tanah mati, keahlian profesi, mencari kayu, berburu, hibah penguasa, pemberian komisi atas profesi dan hasil perlombaan, penerimaan hibah, barang temuan, wasiat, warisan, dan lain sebagainya.

c. Kepemilikan Mutlak (Absolut)

Pemilik hakiki semua kekayaan (harta benda) di alam semesta ini adalah Allah SWT. Karena Allah yang menciptakan segala sesuatu, maka hanya Dia-lah yang memiliki kekuasaan penuh untuk mengontrol apa yang diciptakan-Nya itu.

Allah yang maha pemberi rizki, dan hanya Dia yang memberi lebih banyak pada seseorang dan memberi lebih sedikit pada yang lain, sesuai dengan kehendak-Nya yang tidak terbatas.

Perbedaan diantara manusia dalam hal kekayaan, kemahiran, kualitas, inteligensi dan selainnya adalah sebagai satu tanda hikmah dari kebijakan Allah. Sekaligus sebagai bukti yang berhak memberi dan menentukan itu hanyalah Allah sebagai pemilik mutlak. Al-Qur’an, yang menjadi dasar semua hukum Islam, dengan tegas menyatakan bahwa Allah lah pemilik mutlak segala sesuatunya, sedangkan manusia hanya menjadi khalifah Allah di bumi.

5. Kepemilikan Relatif (Terbatas)

Sekalipun harta itu adalah milik Allah, namun kepemilikan manusia diakui karena Allah telah mengaruniakan padanya kekayaan dan Allah mengakui kepemilikan tersebut.

Oleh karena adanya pelimpahan ini, manusia seringkali mengira bahwasanya hak untuk menggunakannya berada ditangan mereka.

Karena manusia adalah khalifah Allah, maka kepada mereka diharap bisa memainkan peran sebagai seorang agen dan pemelihara kekayaan itu sebagai mestinya. Karena fakta menunjukan bahwa Allah telah memberikan wewenang pada manusia dalam hak kepemilikan, maka hal itu merupakan legitimasi dari konsep kepemilikan individu dan kolektif. Artinya, setiap manusia bisa menjadi pemilik sah dari sebuah kakayaan.

Jika manusia tidak diberi wewenang untuk memiliki dan mempergunukan kekayaan pribadi, maka bisa dipastikan seluruh aturan yang ada didalam al-Qur’an akan menjadi sesuatu yang sangat tidak bermakna.

Secara umum hak milik individu adalah hak untuk memiliki, menikmati, dan memindah tangankan kekayaan yang diakui dan dipelihara dalam Islam, tetapi mereka mempunyai kewajiban moral untuk menyedekahkan hartanya, karena kekayaan itu juga merupakan hak masyarakat bahkan hewan, menyedekahkan harta itu karena atas perintah pemilik mutlak

kapada pemilik relative yaitu manusia.108

Dari segi unsur harta (benda dan manfaat) kepemilikan dibedakan atas: Milk al-tam (pemilikan sempurna) yaitu pemilikan terhadap benda sekaligus manfaatnya. Milk naqish (pemilikan tidak sempurna) yaitu kepemilikan atas salah satu jenis harta, benda atau manfaatnya saja.

Dari segi obyeknya kepemilikan dibedakan menjadi tiga yaitu: Milk Al-Ain adalah memiliki benda beserta manfaatnya, milk al-manfaat adalah pemilikan seorang untuk memanfaatkan suatu harta benda milik orang lain dengan keharusan menjaga materi bendanya, seperti pemilikan atas manfaat membaca buku.

Milk al-dain (milik piutang) yaitu pemilikan harta benda yang berada dalam tanggung jawab orang lain karena sebab tertentu.

Seperti harta yang dihutangkan, harga jual yang belum terbayar, harga kerugian barang yang dirusak atau dimusnahkan oleh pihak lain.109

108 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis…, h. 95.

109 Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah…, h. 64.

Dokumen terkait