Apakah efisiensi sama dengan produktivitas? Produktivitas merupakan kemampuan input untuk menghasil kan output, misalnya produksi gabah 6 ton/ha. Jadi 1 ha lahan mampu menghasilkan 6 ton gabah. Sedangkan efisiensi penggunaan input tertentu menghasilkan nilai output maksimal. tetapi banyak yang mengukur efisiensi dengan produktivitas.
a. Efisiensi teknis
Efisiensi ini mengukur hubungan teknis antara ouput fisik dengan input fisik. Penggunaan input fisik yang menghasilkan output fisik maksimum. Atau produktivitas maksimum.
Misalnya, Q = a + bX , Q = produksi gabah, X input pupuk urea.
Q maksimum ketika PM = 0. saat di mana ∆X menghasikan
∆Q nol. Dalam contoh diatas bila b = 0 berarti penggunaan urea telah efisien, tetapi jika b ≠ 0 berarti penggunaan urea belum atau tidak efisien. b > 0 menandakan belum efisien, sedangkan b < 0 menandakan tidak efisien. Dengan menambah unsur X pupuk, mengakibatkan produksi turun.
Jika efisiensi teknis diukur dengan elastisitas, input yang efisien ketikan Ep input itu = nol.
Efisiensi teknis terjadi, jika : 1. PM = 0 dan atu
2. Ep = 0 . Jika Ep dan atau PM ≠ 0 maka maksimisasi tidak tercapai. Seperti contoh diatas, pada fungsi Q = 13,20 + 1,52 X. Fungsi semacam ini tidak akan pernah mencapai maksimum, karena MP ≠ 0. Berapa MPnya ?. adalah 1,52 . Coba perhatikan teladan dibawah ini (hipotetis)
Xi Qi ∆Q AP
20,00 25,030,0 30,41 31,98 33,55 36,60 39,98 44,08
80,00 110,0 150,0 155,1 159,9 164,4 168,4 171,9 171,9
80- 3040 5,14,8 4,54 3,50
04 4,45 5,15,0 4,94,6 4,33,9 Produktivitas maksimum tercapai pada X 30,41 unit, sedangkan produksi maksimum tercapai pada penggunaan X 44,08 unit.
b. Efisiensi harga atau efisiensi alokatif
Efisiensi ini dalam perhitungannya melibatkan harga output dan harga input. Secara ekonomis efisiensi harga diartikan sebagai nilai penerimaan tertentu dicapai dengan biaya yang paling rendah. Efisiensi dicapai bila Nilai produksi marjinal (nPM) sama dengan harga input (Px)
Pq . ∆Q = Px . ∆X
Pq . ∆Q/∆X = Px
∆Q/∆X = Px/Pq Efisien bila : PM = Px/Pq nPM = Px , atau
nPM/Px = 1
Jika nPM (nilai produksi marjinal) > Px menunjukkan sudah menghasilkan laba, dan bila NPM < Px tidak efisien atau rugi. Efisiensi harga dipengaruhi oleh harga output, harga input dan alokasi input. Jika harga output maupun harga input berubah walaupun input tetap, maka efisiensi harganya akan berubah pula.
Contoh :
Q = 2.50 + 0.8 X di mana harga Q Rp 5000/unit dan harga X Rp 2500/unit. Diketahui bahwa PM atau ∆Q/∆X = 0,8 . Untuk 1 unit X dengan harga Rp 2500/unit dapat menghasilkan tambahan Q sebesar 0,8 unit. nilai tambahan output ini 0,8 x Rp 5000 = Rp 4000. Jadi penggunaan input X sudah menghasikan laba, karena NPM (Rp 4000) > Px (Rp 2500). Baru akan efisien (laba maksimum) jika nilai nPM = Px atau nPM/Px = 1. Jumlah X yang digunakan dapat dihitung dengan persamaan :
NPM = Px atau Pq.PM = Px PM atau ∆Q/∆X = Px/Pq
5000 PM = 2500
PM = 2500/5000
= 0,50 unit.
dengan demikian, persamaannya menjadi Q = 2,50 + 0,5 X. artinya untuk menambahan 1 unit Q memerlukan tambahan 2 unit X. dengan bahasa yang lain tabahan 1 unit input X akan menghasilkan tambahan 0,5 unit output. Menggunakan persamaan Q = 2,50 + 0,5 X. Jika Q rata 20 unit maka X = 20 – 2,50 / 0,5 = 35 unit.
dapat pula dihitung dengan B/C rasio > 1 B/C = Nilai ∆Q : Nilai ∆X
= (0,5 x 5000 ) : (1x2500) = 1,0 (jadi efisien)
Berapa input X yang harus dialokasi agar supaya usahatani efisien pada tingkat harga input dan autput tertentu, dapat juga dianalisis dengan menggunakan ep (elastisitas produksi).
Ep = PM/AP , dengan AP = q/x q/x = PM/Ep
x = q . Ep . 1/PM, efisien bila PM = Px/Pq sehingga x = q . Ep . Pq/Px
Px . x = Pq . q . Ep
q dan x adalah rata rata.
Besarnya Ep ketika terjadi efisiensi harga adalah ep = harga input Xi/harga output Q
atau Biaya Xi = nilai Produksi. elastisitas produksi (debertin,2012).
Besarnya input Xi dapat dialokasikan pada tingkat harga input dan output tertentu adalah
Xi = Nilai produksi x Elastisitas : Harga input.
Efisiensi harga akan tercapai bila : 1.PM = Px/Pq dan atau
2.ep = harga input Xi / harga produksi Q.
Apakah PM = Px/Pq atau Ep = harga input X/harga produksi, dapat diketahui dengan uji Statistik.
Jika NPM ≠ Px maka penggunaan X tidak efisien.
Gambar 6. Gambar Kurve NPM, Px dan Nilai Produktivitas (NP) Statistik.
Jika NPM Px maka penggunaan X tidak efisien.
PM/AP
Px/Pq
X PM Xi
AP
Jika PM < Px/Pq, Xi dikurangkan. Sebaliknya jika PM >Px/Pq Xi ditambahkan. Tetapi jika PM=Px/Pq, alokasi Xi sudah tepat jumlahnya (efisien).
c. Pengaruh Penggunaan Input terhadap Output
dengan mengetahui hubungan input output, akan dapat diestimasi berapa kenaikan produksi atau penurunannya jika input ditambahkan atau dikurangkan. Produksi akan meningkat menjadi Qt dengan ditambahkan input X.
Qt = Qo + ∆Q
Sedangkan Ep = ∆Q/∆X . X/Q ∆X . Q . Ep . 1/X = ∆Q (∆X/X) . Ep . Q = ∆Q
(∆X/X) merupakan persentase tambahan Xi, sehingga persamaan menjadi
Qt = Qo + ∆Q
Qt = Qo + (∆X/X) . Ep . Qo Qt = Qo + (%X . Ep) . Qo Qt = Qo ( 1 + %Xi.Ep)
Qt adalah produksi yang diperoleh setelah input Xi ditambahkan, Qo adalah jumlah output sebelum input Xi ditambahkan. Sebaliknya, jika diinginkan produksi sebesar Qt, jumlah input yang diperlukan dapat diketahui. apakah input Xi perlu dinaikkan atau diturunkan.
0
Contoh alokasi input pada usahatani padi program Upsus Pajale di Kabupaten tabanan, Bali.
Input (Xi) MPxi APxi €pxi Pxi/Pq Keterangan Bibit
UreaNPK Pestisida
65,100 0,947 5,901 9,508
200,920 3,980 15,612 51,164
0,324 0,238 0,378 0,187
18,333 0,667 2,000 24,000
belum efis.
belum efis.
Belum efis.
Tidak efis.
Sumber: Wijaya, dkk. 2016.
Manajer usahatani, harus mampu melakukan prinsip prinsip ekonomi dalam mengelola usahataninya dan berusaha untuk memperoleh pendapatan atau laba yang lebih tinggi atau dapat menggunakan biaya yang lebih rendah/efisien. Minimal prinsip-prinsip yang mesti dipahami, antara lain:
a. Alokasi sumber daya
Petani sebagai manajer semestinya dapat memilih berbagai alternatif dalam mengalokasikan input. Misalnya, alternatif alokasi input yang ada.
NO Dosis urea
(kg/ha) Produksi di
Lahan I (kg) Produksi di Lahan
II (Kg) Produksi di
Lahan III (kg)
1 50 40 60 55
2 75 50 75 60
3 100 60 100 75
4 150 80 125 100
5 200 100 150 125
6 250 150 200 150
dengan dosis pupuk yang berbeda beda, hasil produksi pada lahan I, lahan II dan lahan III berbeda pula. Petani yang dihadapkan pada kondisi semacam ini, dia harus dapat melakukan pilihan satu diantara tiga lahan itu.
Tugas:
Menurut Anda, pada lahan manakah petani harus berusahatani?
Jika harga pupuk Rp 1.000/kg sedangkan harga gabah Rp 5.000/kg.
Coba hitung berapakah pendapatan usahatani. Jika petani mencurahkan tenaga kerjanya 50 JKO, hitunglah berapa besar produktivitasnya ? b. Hukum Kenaikan Hasil Berkurang
teknologi produksi yang dimiliki petani, dapat dibagi menjadi 3 alternatif atau tahap, yaitu :
1. Kondisi pada tahap kenaikan hasil bertambah (increasing return), sering disebut tahap I.
2. Kondisi pada tahap kenaikan hasil tetap (Constant return), disebut tahap II.
3. Kondisi pada tahap kenikan hasil menurun (decresing return), disebut tahap III.
dari tiga kondisi itu dianjurkan berproduksi pada tahap II, atau pada 0 < ep < 1. Pada kondisi ini terjadi MP < aP.
di bawah ini akan disajikan contoh dalam tabel di mana kondisi MP < aP.
NO Dosis NPK (kg) Produksi (kg) AP (Kg/NPK) PM (kg)
1 0 20 - -
2 1 35 35 15
3 2 50 25,00 15
4 3 62 20,60 12
5 4 70 19,25 8
6 5 77 15,40 7
7 6 83 13,83 6
8 7 87 12,43 4
9 8 89 12,12 2
10 9 90 10.00 1
11 10 90 9,00 0
c. Keunggulan Komperatif
Keunggulan komperatif artinya petani dapat memilih dari sekian konoditas, komoditas mana yang menghasilkan pendapatan yang paling besar.
Jenis tanaman Penerimaan (Rp/
ha) Biaya produk.
(Rp/ha) Pendapatan (RP/
ha)
Padi 250.000 150.000 100.000
Palawija 850.000 500.000 350.000
Bunga 1.000.000 500.000 500.000
Petani semestinya memilih berusahatani bunga, karena menghasilkan pendapatan yang paling besar. Kalau petani memilih padi artinya petani masih pada tingkat subsisten.
d. Sifat Substitusi
Petani tidak hanya menggunakan satu macam pupuk dalam usahataninya, banyak petani yang menggunakan lebih satu jenis pupuk, sehingga pupuk bisa saling menggantikan. Substitusi dalam menggunakan input adalah menggunakan dua input atau lebih dalam usahatani, input satu dengan yang lainnya bersifat saling menggantikan (substitusi). Input-input itu kurang efektif jika digunakan dalam tambahan porsi yang sama. Substitusi artinya jika input a dinaikan penggunaannya harus dibarengi dengan penurunan penggunaan input B, misalnya pupuk urea dengan pupuk Za karena kedua pupuk ini sama mengandung urea. Substitusi penggunaan input jarang dilakukan di pertanian, tetapi sering dilakukan di sektor peternakan (makanan ternak).
Jenis pupuk yg
digunakan Biaya (Rp) Penerimaan. (Rp) Pendapatan (Rp)
Urea 250.000 350.000 100.000
ZA 300.000 500.000 250.000
½ Urea + ½ ZA 275.000 600.000 320.000
¾ Urea + ¼ ZA 262.500 600.000 337.500
¼ Urea + ¾ Za 287.500 650.000 362.500
Manakah kombinasi yang paling bagus ?
e. Sifat Komplementer
Penggunaan input komplementer artinya menggunakan dua macam input atau lebih dapat meningkatkan produksi.
Seringkali petani mengunakan banyak jenis pupuk dengan alasan untuk menyediakan unsur hara yang cukup seimbang di dalam tanah agar tanaman lebih sehat sehingga produksinya lebih tinggi. Misalnya, petani menggunakan pupuk Urea (nitrogen) dan KCl (Kalium clorida) untuk usahatani cabe.
Jenis pupuk yg
digunakan Biaya (Rp) Penerimaan. (Rp) Pendapatan (Rp)
Urea 200.000 350.000 150.000
KCl 400.000 500.000 100.000
1 Urea + 1KCl 300.000 600.000 300.000
2 Urea + 2 KCl 1.200.000 1.000.000 - 200.000
1 Urea + ½ KCl 400.000 900.000 500.000
Manakah kombinasi yang paling jelek dan yang paling menguntungkan? Sifat komplementer yang baik adalah komplementer mesti bersifat duplikasi, tidak baik untuk yang bersifat antagonis.