• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMIKIRAN EKONOMI POLITIK TAN MALAKA

A. Madilog sebagai Dasar Pemikiran Tan Malaka

Berbicara gagasan-gagasan Tan Malaka akan sangat sulit bila harus mengacuhkan bagaimana filsafat pemikiran Tan Malaka, sebab dari sinilah kita bisa melacak bagaimana bangunan pemikiran-pemikirannya, termasuk di sini dapat pula kita melacak bagaimana dan apa sebenarnya yang membangun pemikiran ekonominya. Kebanyakan para pemikir-pemikir di masa silam memang dalam membangun gagasan berfkirannya mengacu kepada satu bentuk ideologi atau filsafat pemikiran yang mendahuluinya sebagai landasan berfikir dan kerangka berfikir. Di masa Tan Malaka ada pergulatan besar ideologi dunia yakni Kapitalisme Klasik dan Marxisme Sosialisme Komunisme. Dua ideologi besar dunia ini turut mengambil peran pada pembentukan cara pandang dan cara berfikir para pemikir di masa itu. Dan salah satunya Tan Malaka yang mengambil Marxisme sebagai kerangka berfikir dan tentu saja juga kerangka bertindaknya dalam melukis Revolusi Indonesia yang bergelora, bahkan ia dianggap memiliki pemahaman Sosialisme Marxisme paling murni oleh kawan-kawanya di partai Komunis Indonesia (PKI). Sebagai seorang Marxis tulen yang benar-benar mendalami betul Marxisme melalui pembacaan yang sistematis dari sumbernya langsung dan diskusi-diskusi langsung di jantung Marxisme yakni Eropa serta tempaan

pengalaman hidup, Filsafat Materialisme khususnya Materialisme Historis dan Materialisme Dialektis sudah mengakar keras dalam pola berfikir Tan Malaka.

Sejauh yang dapat dilacak, teori Marxisme setidaknya berkisar pada tema sentral di sekitar Materialisme Historis yang di dalamnya termasuk teori pertentangan kelas, revolusi kelas sebagai peretas jalan menuju Sosialisme, dan gagasan Negara dalam tradisi Marxis . Teori ini pertama dikembangkan oleh Karl Marx dan Friederich Engels yang dikemudian hari pula meretas terbentuknya gagasan Komunisme. Materialisme historis digunakan Marx sebagai alat analisa untuk memahami sejarah perkembangan masyarakat dari Komunisme Primitif, Perbudakan, Feodalisme, hingga masyarakat Kapitalis dimana Marx saat itu berada dan periode sejarah yang terakhir ini diklaim sebagai masa transisi yang harus diakhiri menuju masyarakat Komunis.172 Menurut Marx, sejarah manusia ditentukan oleh faktor-faktor kebendaan—

dalam hal ini faktor produksi—melalui proses dialektis dalam formulasi tesis- antitesis-sintesis yang berlangsung terus menerus hingga tercapai puncak perkembangan yang paling sempurna. Dalam pandangan Marx, masyarakat Kapitalis melahirkan kontradiksi-kontradiksi internal yang akan menghancurkan tatanan sosialnya sendiri. Kontradiksi ini tidak lain adalah ketimpangan antara kaum buruh dan kaum borjuasi dari segi pendapatan yang lambat laun melahirkan pertentangan kelas yang tak terdamaikan.173

172 Deliar Noer, Pemikiran politik di Negeri Barat, (Bandung: Mizan Pusaka, 2000), 197-198.

173 Ahmad Suhelmi, Pemikiran politik barat: Kajian sejarah perkembangan Negara, masyarakat, kebudayaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), .

Pemikiran Tan Malaka secara konsisten, didasarkan pada filsafat dan pandangan hidupnya dalam Madilog174 yang merupakan landasan dasar dan harus disadari oleh kaum Proletar Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Madilog hadir, berangkat dari keprihatinan Tan Malaka kepada kaum Proletariat Indonesia yang terlalu tenggelam dengan dunia takhayul dan mistis yang menjadikan mereka tidak realistik dan tak punya nyali untuk bergerak melawan Imperalisme. Kaum Proletarian hanya bergantung, enggan berubah dan terkesan menunggu datangnya Ratu Adil yang akan membebaskan mereka pada keterpurukan, yang mana cerita itu belum tentu benar adanya (takhayul).

Dalam filsafat pemikirannya, Tan Malaka menyebut hal ini sebagai

Logika Mistik”. Untuk mengatasi hal tersebut, Tan Malaka menyodorkan tiga hal sebagai senjata penangkalnya, yakni Materialisme, Dialektika dan Logika.

Dalam hal ini Materialisme, menekankan pada keterarahan perhatian manusia pada kenyataan, bukan kepada khayalan dan takhayul. Sederhananya, daripada kita sibuk mencari penyebab tentang segala kejadian di alam gaib, lebih baik kita mencari kenyataan bendawi sendiri. Inilah perspektif Tan Malaka tentang Materialisme yang berbeda dengan penganut-penganut Marxis lainnya, kebanyakan pengikut Marxis menafsiri Materialsime secara radikal bahwa segala yang ada itu materi atau segala sesuatu berasal dari materi dan menafikan yang tidak ada atau immaterial, melainkan ia lebih mengartikannya sebagai keterarahan perhatian manusia pada kenyataan, darpada pada khayalan

174 Madilog (Materialisme, Dialektika dan Logika) adalah karya Tan Malaka yang ditulisselama di Kalibata, Jakarta pada tanggal 15 juli 1942- 30 maret 1943. Karyaini merupakankaryaterbesarsekaligusMagnum Opus-nya.

dan takhayul. Dalam mengkaji realitas, maka diperlukan ilmu pengetahuan yang berbasis pendekatan ilmiah. Dengan begitu, para Proletar Indonesia akan berpikiran maju dan dapat keluar dari keterpurukan.

Namun, Materialisme maupun ilmu pengetahuan baru dapat menghasilkan pengertian sebesar-besarnya apabila disertai oleh Dialektika.

Dialektika yang sepenuhnya diambil dari pemikiran Engels dan kawan-kawan, yang berarti bahwa realitas tidak dilihat sebagai sejumlah unsur terisolasi yang sekali jadi lalu tak pernah berubah. Dialektika mengatakan bahwa segala sesuatu bergerak maju melalui langkah-langkah yang saling bertentangan.

Khususnya ia menyebutkan dua “hukum” Dialektika: “hukum penyangkalan dari penyangkalan” dan “hukum peralihan dari pertambahan kuantitatif ke perubahan kualitatif” dan “kesatuan antara yang bertentangan”.175

Logika oleh Tan Malaka secara eksplisit ingin membandingkan dan menggantikan Logika Mistis menjadi Logika Realitas. Dari Madilog, Tan Malaka menunjukkan betapa lebih mampu Madilog daripada Logika gaib dalam menjelaskan segala kenyataan penting yang kita hadapi. Seperti perkembangan alam raya, Evolusi organisme, sejarah manusia dan lain sebagainya.176 Secara khusus Tan Malaka menegaskan bahwa Logika tidak dibatalkan oleh Dialektika, melainkan tetap berlaku dalam dimensi mikro. Tan Malaka justru menunjukkan bahwa pemikiran logis, dengan paham dasar dialektis, membebaskan ilmu pengetahuan untuk mencapai potensialitas yang sebenarnya. Logika gaib dilawan dengan Logika yang sebenarnya. Selama

175Tan Malaka,Madilog, (Jakarta: Tim Narasi, 2016), 222-228.

176 Franz Magnis Suseno, “Madilog-nya Tan Malaka”, Kiri Luar, 14 September 2007. 2.

lebih dari 100 halaman Tan Malaka menunjukkan betapa lebih mampu Madilog daripada Logika gaib dalam menjelaskan segala kenyataan penting yang kita hadapi: perkembangan alam raya, evolusi organisme, sejarah manusia. Orisinalitas Tan Malaka kelihatan dengan penerapan kreatif Madilog yang sebenarnya ajaran Marxis me-Leninisme dalam segala macam bidang.

Maka kemudian ia begitu bersemangat mengkritisi segala tetek bengek Kapitalisme berwajah Kolonialisme yang mengakar di Indonesia, khususnya eksploitasi nilai lebih dalam Kapitalisme Indonesia yang memang merupakan isu-isu besar yang menjadi fokus dari filsafat Marxisme. Sejauh yang dapat dilacak dari karya-karyanya, Tan Malaka sebagaimana penganut Marxisme pada umumnya juga mempercayai teori pertentangan kelas dan revolusi Proletar sebagai suatu keniscayaan dalam perkembangan masyarakat.177 Dalam pandangan kaum Marxis, Negara tidak lebih dari alat kaum Kapitalis untuk menindas kaum Proletar. Negara hadir sebagai resultan dari pertentangan kelas sebagai konsekuensi dari kontradiksi yang ada. Apabila pertentangan yang ada telah berhasil didamaikan maka Negara akan kehilangan otoritas politiknya dan akan melenyap dengan sendirinya. Dalam pandangan Tan Malaka, saat itu masyarakat Indonesia—berjalin bersama dengan komunitas dunia—sedang menuju tatanan masyarakat Komunisme

177 Fahsin M. Fa‟al, Negara Dan Revolusi Sosial: Pokok-Pokok Pikiran Tan Malaka, (Yogyakarta:

Resist Book, 2005), 119-120.

modern atas dasar kerja bersama dan kepemilikan bersama atas alat produksi.178