• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelas Eksperimen 1 N Sig. Keterangan

Pre-test 28 0,20 Normal

Post-test 28 0,07 Normal

Sumber: Analisis Data Lampiran B Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa nilai signifikan yang diperoleh pada Pre-test di kelas eksperimen I yaitu 0,20 dimana nilai sig. > 0,05 dan nilai signifikan yang diperoleh pada Post-test yaitu 0,07 dimana nilai sig. > 0,05. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa kedua data hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Watansoppeng pada kelas eksperimen I berasal dari populasi yang berdistribusi normal, dalam artian sebaran datanya merata atau normal.

b) Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen II Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test

Kelas Eksperimen II (Think Pair Share)

Kelas Eksperimen 1 N Sig. Keterangan

Pre-test 28 0,19 Normal

Post-test 28 0,08 Normal

Sumber: Analisis Data Lampiran B Berdasarkan tabel 4.6 bahwa nilai signifikan yang diperoleh pada Pre-test di kelas eksperimen II yaitu 0,19 dimana nilai sig. > 0,05 dan nilai signifikan yang diperoleh pada Post-test yaitu 0,08 dimana nilai sig. > 0,05. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa kedua data

58

58

hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Watansoppeng pada kelas eksperimen II berasal dari populasi yang berdistribusi normal, dalam artian sebaran datanya merata atau normal.

b. Uji Homogenitas

Pengujian prasyarat penelitian yang kedua dalam melakukan analisis inferensial adalah uji homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah data pada kedua kelompok memiliki variansi yang sama (homogen) atau tidak. Pada uji homogenitas, peneliti dibantu dengan aplikasi SPSS 22 dengan kriteria pengujian yaitu jika sig. > Ξ± maka data tersebut adalah homogen dan jika sig. < Ξ± maka data tersebut tidak homogen (Ξ± = 0,05). Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,508 1 54 0,11

Sumber: Analisis Data Lampiran B Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa nilai signifikan pada hasil uji homogenitas adalah 0,11. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig. > 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki variansi yang sama atau homogen.

c. Uji Hipotesis

Setelah melalui pengujian prasyarat pengujian hipotesis, diperoleh data telah berdistribusi normal dan homogen. Maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t satu sampel untuk hipotesis 1 dan 2 kemudian uji t dua sampel untuk hipotesis 3 .

59

a) Peningkatan Hasil Belajar Siswa setelah Pembelajaran Make a Match

Pada tahap ini dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t satu sampel yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar matematika setelah diajar dengan model pembelajaran Make a Match. Dengan demikian dirumuskan hipotesis statistiknya sebagai berikut:

H0 : πœ‡π‘”1 = 0,3 lawan 𝐻1 : πœ‡π‘”1 > 0,3

Keterangan:

πœ‡π‘”1 = rata-rata skor gain ternomalisasi hasil belajar siswa setelah diajar dengan model pembelajaran Make a Match.

Berikut adalah tabel hasil pengujian hipotesisnya dengan menggunakan SPSS 22:

Tabel 4.8 Hasil Uji-t Peningkatan Hasil Belajar Eksperimen I Test Value = 69,99

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Make a Match 5,640 27 0,000 11,33143

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Sig. yaitu 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah diajar dengan model pembelajaran Make a Match berada pada kategori minimal sedang dengan nilai gain lebih dari 0,3.

60

60

b) Peningkatan Hasil Belajar Siswa setelah Pembelajaran Think Pair Share

Pada tahap ini dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t satu sampel yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar matematika setelah diajar dengan model pembelajaran Think Pair Share. Dengan demikian dirumuskan hipotesis statistiknya sebagai berikut:

H0 : πœ‡π‘”2 = 0,3 lawan 𝐻1 : πœ‡π‘”2 > 0,3 Keterangan:

πœ‡π‘”2 = rata-rata skor gain ternomalisasi hasil belajar siswa setelah diajar dengan model pembelajaran Think Pair Share.

Berikut adalah tabel hasil pengujian hipotesisnya dengan menggunakan SPSS 22:

Tabel 4.9 Hasil Uji-t Peningkatan Hasil Belajar Eksperimen II Test Value = 69,99

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Think Pair Share 3,310 27 0,003 5,5029

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Sig. yaitu 0,003 yang berarti lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah diajar dengan model pembelajaran Think Pair Share berada pada kategori minimal sedang dengan nilai gain lebih dari 0,3.

61

c) Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen I dan II

Pada tahap ini dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t- test dua sampel yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Make a Match dan model pembelajaran Think Pair Share. Dengan demikian dirumuskan hipotesis statistiknya sebagai berikut:

H0 : πœ‡g1 = πœ‡g2 lawan 𝐻1 : πœ‡g1 β‰  πœ‡g2

Keterangan:

H0 = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Make a Match dan model pembelajaran Think Pair Share.

H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Make a Match dan model pembelajaran Think Pair Share.

πœ‡g1 = Rata-rata skor gain ternormalisasi hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match.

πœ‡g2 = Rata-rata skor gain ternormalisasi hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share.

62

62

Berikut adalah tabel hasil pengujian hipotesis data hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan SPSS 22:

Tabel 4.10 Hasil Uji-t Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen I dan II

Levenes’s Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

Sig. t sig.(2-tailed)

Nilai Hasil Belajar

Equal variances

assumed

0,119 2,290 0,026

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Sig. pada Levene’s test sebesar 0,119, dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikan yaitu 0,05, sehingga menunjukkan bahwa variansi kedua data adalah homogen.

Nilai pada kolom t merupakan nilai thitung yang diperoleh dari hasil perhitungan. Nilai t pada baris pertama yaitu 2,290 merupakan hasil uji t jika variansi kedua data homogen (equal variances assumed).

Adapun nilai Sig.(2-tailed) yang diperoleh adalah 0,026 yang berarti lebih kecil dari Ξ± = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Make a Match dan model pembelajaran Think Pair Share pada kelas VII SMP Negeri 1 Watansoppeng.

63 B. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis eksperimen yang bertujuan membandingkan peningkatan hasil belajar matematika siswa dari dua model pembelajaran yakni model pembelajaran Make a Match dan Think Pair Share. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII1 sebagai kelas eksperimen I yang berjumlah 28 siswa dan kelas VII2 sebagai kelas eksperimen II yang berjumlah 28 siswa. Dimana pada kelas eksperimen I menggunakan model pembelajaran Make a Match dan kelas eksperimen II menggunakan model pembelajaran Think Pair Share.

Model Pembelajaran Make a Match merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang sistem pembelajarannya mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu. Pada kelas VII1 (kelas eksperimen I) dimana nilai Pre-test yang diperoleh sebelum diterapkan model pembelajaran Make a Match lebih banyak berada pada kategori sangat rendah yaitu sebanyak 27 siswa dengan persentase 96,43% dan 1 siswa yang berada pada kategori rendah dengan persentase 3,57 serta nilai rata-rata yang diperoleh adalah 40,5. Kemudian nilai siswa meningkat setelah diberi pelakukan menggunakan model pembelajaran Make a Match. Hal ini terlihat pada nilai Post-test yang diperoleh dimana jumlah siswa pada umumnya berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa (post-test) secara umum berada pada

64

64

kategori tinggi dengan rata-rata yang diperoleh yaitu 81,32. Hal tersebut sejalan dengan hasil uji n-gain yang diperoleh pada kelas eksperimen I dimana nilai peningkatan rata-rata n-gainnya adalah 0,70 > 0,30, sehingga peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen I berada pada kategori tinggi.

Dan dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar matematika setelah diajar dengan model pembelajaran Make a Match berada pada kategori minimal sedang dengan nilai gain lebih dari 0,3 diperoleh nilai sig. < Ξ± = 0,000 < 0,05 yang berarti H0

ditolak dan H1 diterima. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII setelah diajar dengan model pembelajaran Make a Match. Hal ini relevan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulia Afriani (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 9 Lubuklinggau.

Model pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok siswa secara berpasangan dan melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh peneliti pada kelas VII2 (kelas eksperimen II) dimana nilai Pre-test yang diperoleh sebelum diterapkan model pembelajaran Think Pair Share semua siswa berada pada kategori sangat rendah yaitu sebanyak 28 siswa dengan persentase 100% serta nilai rata-rata 36,46. Kemudian nilai siswa meningkat setelah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share. Hal ini terlihat pada nilai Post-test

65

yang diperoleh umumnya siswa berada pada kategori sedang dengan persentase 53,57% dan rata-rata 75,39. Sehingga dapat dikatakan bahwa rata- rata hasil belajar siswa (post-test) berada pada kategori sedang. Hal tersebut sejalan dengan hasil uji n-gain yang diperoleh pada kelas eksperimen II dimana nilai peningkatan rata-rata n-gainnya adalah 0,60 > 0,30, sehingga peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen II berada pada kategori sedang. Dan dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar matematika setelah diajar dengan model pembelajaran Think Pair Share berada pada kategori minimal sedang dengan nilai gain lebih dari 0,3 diperoleh nilai sig. < Ξ± = 0,003 < 0,05 yang berarti H0

ditolak dan H1 diterima. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII setelah diajar dengan model pembelajaran Think Pair Share. Hal ini relevan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sumita Siahaan (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 19 Medan.

Berdasarkan pengujian pada masing-masing perlakuan, maka dilanjutkan dengan melihat uji perbedaan dari kedua perlakuan tersebut. Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis dengan bantuan aplikasi SPSS versi 22 dapat dilihat pada tabel 4.10 bahwa nilai sig.(2-tailed) < Ξ± = 0,026 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Make a Match dan model pembelajaran Think Pair Share pada

66

66

kelas VII SMP Negeri 1 Watansoppeng. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuyun Masrurin (2015) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa adanya perbedaan signifikan antara prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Prambon yang menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Make a Match dengan nilai signifikan yang kurang dari 0,05 yaitu 0,020.

Dari hasil deskriptif dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa (post- test) yang diajar dengan model pembelajaran Make a Match lebih tinggi dari hasil belajar siswa (post-test) yang diajar dengan model pembelajaran Think Pair Share. Dapat di lihat dari nilai rata-rata yang diperoleh pada Post-test pada kelas eksperimen I yaitu 81,32 dan nilai Post-test pada kelas eksperimen II yaitu 75,39 dimana perbedaan kedua rata-rata hasil belajar matematika pada kedua kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan itu cukup jauh berbeda yaitu dengan perbedaan 5,93 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar matematika siswa dari kedua kelas eksperimen. Adapun dari hasil ketuntasan yang diperoleh, siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match memiliki ketuntasan sebesar 92,85%, sedangkan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share memiliki ketuntasan sebesar 85,71%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make a Match lebih baik dari pada model pembelajaran Think Pair Share.

67

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti menyarankan ke sekolah bahwa kedua model pembelajaran ini bisa diterapkan, namun peneliti lebih merekomendasikan untuk menerapkan model pembelajaran Make a Match.

68 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran Make a Match adalah 40,53 dan 81,32. Dengan rata-rata nilai gain ternormalisasi atau peningkatan hasil belajar adalah 0,70 dalam kategori tinggi.

2. Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share adalah 36,46 dan 75,39. Dengan rata-rata nilai gain ternormalisasi atau peningkatan hasil belajar adalah 0,60 dalam kategori sedang.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Make a Match dan model pembelajaran Think Pair Share pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Watansoppeng,dimana hasil dari pembelajaran Make a Match lebih baik dari pembelajaran Think Pair Share.

69 B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memiliki saran sebagai berikut:

1. Kepada guru-guru, khususnya guru matematika diharapkan untuk menggunakan model pembelajaran Make a Match dan model pembelajaran Think Pair Share karena mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif serta dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

2. Perlu ada inovasi baru dalam model pembelajaran untuk menngkatkan keaktifan, minat dan hasil belajar siswa dalam mempelajari matematika.

70

DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Yulia. 2015. Pengaruh Model Kooperatif Tipe Make a Match terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 9 Lubuklinggau. Padang: STKIP PGRI

Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2015.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstul.Cet II; Jakarta: Prenadamedia Group.

Amir, Zubaidah dan Risnawati. 2016. Psikologi Pembelajaran Matematika.Cet I; Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Ana, Risliana. 2018. Perbandingan hasil belajar matematika antara tipe Pair Checks dengan tipe Think Pair Share pada kelas VIII SMP Negeri 1 Labakkang. Skripsi FKIP UNISMUH Makassar: Tidak diterbitkan Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran

Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya

Cahyono, Trimuda Nur. 2013. Perbandingan antara Metode Make a Match dengan Metode Think Pair Share terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gatak Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dimyati dan Mudjiyono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Fathurrohman, Muhammad. 2015.Model-model Pembelajaran Inovatif.Yogyakarta:Ar-ruzz Media.

Hake, R, R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. AREA-D American Education Research Association’s Devision.D, Measurement and Research Methodology.

Hosnan, M. 2016. Etika Profesi Pendidik. Bogor: Ghalia Indonesia

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning:Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajars

Hudojo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

71

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:

Multi Pressindo

Lestari, Karunia Eka dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara. 2015.

Penelitian Pendidikan Matematika. Cet 1; Bandung : PT Refika Aditama

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo.

Masrurin, Yuyun. 2015. Perbandingan Model Pembelajaran Think-Pair Share (TPS) dan Make a Match terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Prambon Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

Oemar, Hamalik. 2006. Pembelajaran Metode Kasus. Bandung: Bonoma Pusat Kurikulum. 2006 .Badan Penelitian dan Pengembangan Kegiatan

Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Prayitno. 2011. Dasar Teori dan Praktis Pendidikan. Jakarta: Grasindo Riadi, Muchlisin. 2015. Model Pembelajaran tipe Make A Match. (Online),

(https://www.kajianpustaka.com/2015/03/model-pembelajaran-tipe- make-match.html, diakses 01 Juli 2019).

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung;

Alfabeta

Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu, Teori Praktik dan Penilaian.

Jakarta: Grafindo

Sari, Devinovita. 2017. Perbandingan model pembelajaran think pair share dan make a matchterhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Angkasa Maros. Skripsi UIN Alauddin

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Siahaan, Sumita. 2017. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan Make A Match Pada Sub Materi Pencemaran Lingkungan Di Kelas X Mia Sma Negeri 19 Medan T.P 2016/2017 (Online), (http://digilib.unimed.ac.id/27099/, diakses 23 Juni 2019).

Sibarani, Rikson. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Make a Match dan Keaktifan Siswa terhadap Hasil Belajar dan Pengukuran Listrik Kelas X Teknik Instalasi Tenaga Listrik Jurusan TIPTL SMK Negeri 1 Lubuk Pakam T.A 2016/2017. (Online), (http://digilib.unimed.ac.id/25734/,

diakses 23 Juni 2019).

Dokumen terkait