ii. Risiko tingkat suku bunga (lanjutan)
Risiko Suku Bunga dalam Trading Book (lanjutan)
Risiko tingkat suku bunga arus kas adalah risiko dimana arus kas masa depan dari suatu instrumen keuangan berfluktuasi karena perubahan suku bunga pasar. Risiko nilai wajar suku bunga adalah risiko dimana nilai wajar dari suatu instrumen keuangan berfluktuasi karena perubahan suku bunga pasar. Bank memiliki eksposur terhadap fluktuasi tingkat suku bunga pasar yang berlaku, baik atas risiko nilai wajar maupun arus kas. Direksi menetapkan batas VaR trading book sebagai alat bantu untuk memitigasi risiko, yang dimonitor secara harian oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko.
Entitas Anak memiliki eksposur risiko tingkat suku bunga yang timbul dari piutang pembiayaan konsumen, tagihan anjak piutang, piutang lain-lain, dan penerbitan obligasi dengan suku bunga tetap. Untuk memperkecil mismatch, Entitas Anak mengelola risiko suku bunga dengan melakukan diversifikasi sumber dana dengan mencari tingkat suku bunga tetap terbaik.
Tabel di bawah ini merangkum aset dan liabilitas keuangan Grup (tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi) pada nilai tercatat, yang dikelompokkan menurut mana yang lebih awal antara tanggal re-pricing atau tanggal jatuh tempo kontraktual:
2022
Suku bunga mengambang Suku bunga tetap Tidak
dikenakan
bunga Jumlah
Hingga
3 bulan > 3 bulan -
1 tahun Hingga
3 bulan > 3 bulan -
1 tahun Lebih dari 1 tahun
Aset keuangan
Giro pada Bank Indonesia 69.343.654 - - - - 34.766.641 104.110.295
Giro pada bank-bank lain -
bersih 4.751.916 - - - - - 4.751.916
Penempatan pada
Bank Indonesia dan
bank-bank lain - bersih - - 30.425.244 951.908 - - 31.377.152
Tagihan akseptasi - bersih 1.696.324 3.196.333 - - - 10.306.984 15.199.641
Wesel tagih - bersih - - 4.110.201 1.785.706 - - 5.895.907
Efek-efek yang dibeli
dengan janji
dijual kembali - bersih - - 107.229.297 46.735.815 - - 153.965.112
Kredit yang diberikan - bersih 454.873.760 24.059.343 2.486.947 9.035.869 170.533.085 - 660.989.004 Piutang pembiayaan
konsumen - bersih - - 1.015.177 3.054.849 4.145.401 - 8.215.427
Piutang sewa
pembiayaan - bersih - - 43.730 48.318 29.668 - 121.716
Aset dari transaksi syariah -
piutang murabahah - bersih - - - - - 1.331.217 1.331.217
Efek-efek untuk tujuan
investasi - bersih 7.118.581 - 4.073.713 32.582.434 204.679.821 440.617 248.895.166
Aset lain-lain - - 52.267 - 7.640 10.730.475 10.790.382
Jumlah 537.784.235 27.255.676 149.436.576 94.194.899 379.395.615 57.575.934 1.245.642.935
Liabilitas keuangan
Simpanan dari nasabah (844.316.203) - (175.723.478) (10.412.102) - - (1.030.451.783)
Dana simpanan syariah - - - - - (2.825.860) (2.825.860)
Simpanan dari bank-bank lain (7.887.888) - (48.318) - - - (7.936.206)
Utang akseptasi - - - - - (9.666.648) (9.666.648)
Efek-efek yang dijual
dengan janji - - (255.962) - - - (255.962)
dibeli kembali – bersih
Efek-efek utang yang
diterbitkan - - - - - - -
Pinjaman yang diterima - - (523.451) (583.591) (209.909) - (1.316.951)
Estimasi kerugian komitmen
dan kontinjensi - - - - - (3.438.349) (3.438.349)
Liabilitas lain-lain - - - - - (3.359.660) (3.359.660)
Obligasi subordinasi - - - - (500.000) - (500.000)
Jumlah (852.204.091) - (176.551.209) (10.995.693) (709.909) (19.290.517) (1.059.751.419)
Gap re-pricing suku bunga (314.419.856) 27.255.676 (27.114.633) 83.199.206 378.685.706 38.285.417 185.891.516
Laporan Tahunan 2022 PT Bank Central Asia Tbk 731 e. Manajemen risiko pasar (lanjutan)
ii. Risiko tingkat suku bunga (lanjutan)
Risiko Suku Bunga dalam Trading Book (lanjutan)
Tabel di bawah ini merangkum aset dan liabilitas keuangan Grup (tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi) pada nilai tercatat, yang dikelompokkan menurut mana yang lebih awal antara tanggal re-pricing atau tanggal jatuh tempo kontraktual:
(lanjutan)
2021
Suku bunga mengambang Suku bunga tetap Tidak
dikenakan
bunga Jumlah
Hingga
3 bulan > 3 bulan -
1 tahun Hingga
3 bulan > 3 bulan -
1 tahun Lebih dari 1 tahun
Aset keuangan
Giro pada Bank Indonesia 27.781.998 - - - - 38.003.163 65.785.161
Giro pada bank-bank lain -
bersih 11.604.834 - - - - - 11.604.834
Penempatan pada
Bank Indonesia dan
bank-bank lain - bersih - - - 81.535.191 5.613.814 - 87.149.005
Tagihan akseptasi - bersih 1.479.387 1.391.143 - - - 8.070.500 10.941.030
Wesel tagih - bersih - - 6.311.972 - - - 6.311.972
Efek-efek yang dibeli
dengan janji
dijual kembali - bersih - - 135.884.779 11.180.082 - - 147.064.861
Kredit yang diberikan - bersih 422.323.118 31.119.594 2.228.270 12.962.937 121.179.659 - 589.813.578 Piutang pembiayaan
konsumen - bersih - - 632.830 3.025.081 4.198.065 - 7.855.976
Piutang sewa
pembiayaan - bersih - - 25.687 33.657 24.801 - 84.145
Aset dari transaksi syariah -
piutang murabahah - bersih - - - - - 1.234.433 1.234.433
Efek-efek untuk tujuan
investasi - bersih 10.155.265 - 29.064.724 21.568.455 162.718.940 725.032 224.232.416
Aset lain-lain - - 150.141 44.107 - 10.475.786 10.670.034
Jumlah 473.344.602 32.510.737 174.298.403 130.349.510 293.735.279 58.508.914 1.162.747.445
Liabilitas keuangan
Simpanan dari nasabah (764.594.031) - (189.549.234) (14.463.479) - - (968.606.744)
Dana simpanan syariah - - - - - (1.620.039) (1.620.039)
Simpanan dari bank-bank lain (9.962.934) - (54.260) - - - (10.017.194)
Utang akseptasi - - - - - (6.644.294) (6.644.294)
Efek-efek yang dijual
dengan janji
dibeli kembali – bersih - - (77.021) - - - (77.021)
Efek-efek utang yang
diterbitkan - - - (482.149) - - (482.149)
Pinjaman yang diterima - - (198.700) (715.265) (62.260) - (976.225)
Estimasi kerugian komitmen
dan kontinjensi - - - - - (3.239.171) (3.239.171)
Liabilitas lain-lain - - - - - (5.089.294) (5.089.294)
Obligasi subordinasi - - - - (500.000) - (500.000)
Jumlah (774.556.965) - (189.879.215) (15.660.893) (562.260) (16.592.798) (997.252.131)
Gap re-pricing suku bunga (301.212.363) 32.510.737 (15.580.812) 114.688.617 293.173.019 41.916.116 165.495.314
Reformasi mendasar atas acuan suku bunga utama sedang dilakukan secara global, termasuk penggantian beberapa Interbank Offered Rates (“IBORs”) dengan suku bunga alternatif (disebut sebagai 'reformasi IBOR'). Grup tidak memiliki eksposur signifikan terhadap IBOR pada instrumen keuangannya yang akan direformasi sebagai bagian dari inisiatif pasar yang luas ini.
31 DESEMBER 2022 DAN 2021
(Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
43. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (lanjutan) e. Manajemen risiko pasar (lanjutan)
ii. Risiko tingkat suku bunga (lanjutan)
Pada tanggal 31 Desember 2021, Bank memiliki total eksposur pokok nosional terhadap acuan suku bunga yang diharapkan akan dilakukan reformasi acuan suku bunga sebesar Rp 8.099.841 untuk aset non-derivatif, dimana semuanya dalam mata uang LIBOR USD. Bank telah mengecualikan instrumen keuangan yang memiliki tanggal penentuan suku bunga (fixing date) terakhir sebelum 30 Juni 2023 dengan asumsi bahwa instrumen tersebut tidak memerlukan reformasi.
Pada tahun 2022, Bank telah memulai reformasi atas acuan suku bunga atas semua kontrak-kontrak yang terdampak. Acuan suku bunga alternatif yang ditetapkan o leh Bank adalah Secured Overnight Financing Rate (“SOFR”). Bank menggunakan pendekatan spot untuk menghitung penyesuaian dari LIBOR USD dan SOFR.
Transisi suku bunga acuan dinilai merupakan dampak langsung dan setara secara ekonomi.
Risiko utama yang dihadapi Grup sebagai akibat dari reformasi IBOR adalah operasional. Misalnya, renegosiasi kontrak pinjaman melalui negosiasi bilateral dengan nasabah, pembaruan ketentuan kontrak, pembaruan sistem yang menggunakan kurva IBOR dan revisi pengendalian operasional terkait reformasi.
Penggunaan rate convention yang akan digunakan akan mempertimbangkan karakteristik dari produk baik aset derivatif maupun non-derivatif serta melihat masukan dan rekomendasi dari perwakilan asosiasi keuangan maupun working group yang berlaku, untuk dapat memberikan harga yang akurat serta memitigasi risiko yang timbul akibat adanya risiko suku bunga.
f. Manajemen risiko operasional
Bank telah memiliki Kebijakan Manajemen Risiko Operasional (“KMRO”), yang merupakan pedoman dasar dalam pelaksanaan dan penerapan manajemen risiko operasional pada seluruh unit kerja bank secara umum. Kebijakan manajemen risiko operasional bank mengacu pada ketentuan POJK No. 18/POJK.03/2016 tanggal 22 Maret 2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Untuk meminimalkan kemungkinan risiko operasional yang timbul dari penggunaan teknologi informasi, Bank memiliki Kebijakan Dasar Manajemen Risiko Penggunaan Teknologi Informasi dan Kebijakan Pengamanan Informasi. Kebijakan-kebijakan tersebut di-reviu secara berkala dan diselaraskan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh regulator.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini, Bank dituntut untuk melakukan transformasi digital, pemanfaatan TI untuk meningkatkan efisiensi dalam kegiatan operasional Bank, serta memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah.
Bank senantiasa melakukan inovasi serta mengembangkan produk-produk perbankan digital yang aman dan nyaman maupun melakukan perubahan proses internal yang lebih efisien. Di sisi lain, adanya pemanfaatan teknologi tersebut juga meningkatkan risiko di antaranya gangguan sistem, serangan siber, kebocoran data, dan social engineering. Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan nasabah dalam bertransaksi menggunakan produk digital, bank juga menerapkan pengamanan dan mitigasi atas risiko yang timbul dalam setiap pelaksanaan dan pengembangan produk-produk d igital bank. Setiap rencana pengembangan produk/aktivitas baru akan terlebih dahulu melalui proses manajemen risiko guna meminimalkan risiko yang mungkin timbul dari produk/aktivitas tersebut sehingga tidak mempengaruhi profil risiko Bank secara signifikan. Hal ini diatur melalui Kebijakan Penerbitan Produk/Aktivitas dan Penyediaan Sistem Teknologi Informasi dan Pendukungnya.
Dalam penerapan manajemen risiko TI, Bank juga memiliki ketentuan/prosedur lainnya seperti Perlindungan Konsumen, Business Continuity Plan, Data Loss Prevention, dan Pengelolaan user ID dan password. Bank juga melakukan sosialisasi dan edukasi ke nasabah untuk meningkatkan awareness nasabah dalam melakukan transaksi perbankan digital di antaranya melalui website, akun media sosial BCA, dan video dari akun Solusi BCA di www.youtube.com.
Laporan Tahunan 2022 PT Bank Central Asia Tbk 733 f. Manajemen risiko operasional (lanjutan)
Selain itu, Bank telah memiliki infrastruktur untuk mendukung penerapan manajemen risiko operasional, yaitu aplikasi Operational Risk Management Information System (“ORMIS”), yang terdiri dari Risk and Control Self Assessment (“RCSA”), Loss Event Database (“LED”) dan Key Risk Indicator (“KRI”). Aplikasi ini berbasis web yang dapat digunakan oleh seluruh unit kerja dalam mengelola risiko operasional. Bank senantiasa melakukan pengembangan pada aplikasi ORMIS agar pelaksanaan manajemen risiko operasional lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan aktivitas operasional bank terkini.
Risk and Control Self Assessment (“RCSA”)
Penerapan RCSA bertujuan untuk meningkatkan budaya kesadaran dalam mengelola risiko operasional, yang diharapkan akan meningkatkan kontrol risiko dari setiap karyawan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari sehingga dapat meminimalkan kerugian dari risiko operasional.
Penerapan RCSA dilakukan secara berkala ke seluruh unit kerja cabang dan unit kerja kantor pusat yang dinilai memiliki risiko operasional yang cukup signifikan.
Bank secara berkala melakukan reviu terhadap risk issues yang mungkin dapat terjadi di unit kerja dan juga terhadap skala “dampak” dan “kemungkinan terjadi” yang dipergunakan untuk pengukuran risiko operasional sehingga hasil pengukuran dapat memberikan gambaran eksposur risiko operasional yang sesuai dengan aktivitas dan profil risiko masing - masing unit kerja maupun Bank secara bankwide.
Loss Event Database (“LED”)
LED merupakan sarana pengumpulan data kerugian risiko operasional dari seluruh unit kerja, yang digunakan Bank sebagai database untuk menghitung pencadangan modal risiko operasional dengan menggunakan pendekatan standar. Selain itu, data LED jug a digunakan untuk menganalisis dan memantau kejadian risiko operasional agar dapat segera diambil tindakan perbaikan sehingga kerugian dapat diminimalkan.
Agar validitas data kerugian risiko operasional yang dilaporkan oleh unit kerja dapat terjaga, Bank senantiasa melakukan proses kaji ulang secara independen terhadap kelengkapan dan akurasi data tersebut.
Dengan akan diimplementasikannya SE OJK No.6/SEOJK.03/2020 perihal Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Standar bagi Bank Umum pada tanggal 1 Januari 2023, maka bank melakukan gap analysis dan mempersiapkan infrastruktur yang diperlukan agar dapat memenuhi ketentuan regulator.
Key Risk Indicator (“KRI”)
KRI dapat memberikan suatu indikator peringatan dini (early warning sign) atas kemungkinan terjadinya peningkatan risiko operasional di suatu unit kerja. Apabila terjadi peningkatan risiko, maka sistem akan mengirimkan notifikasi kepada Risk Manager, sehingga Risk Manager dapat segera melakukan tindak lanjut yang diperlukan untuk meminimalkan risiko operasional yang mungkin terjadi.
Bank melakukan reviu dan validasi ulang secara berkala terhadap parameter dan threshold KRI untuk memastikan efektivitas KRI dalam memberikan peringatan dini terhadap peningkatan risiko operasional di unit kerja.
31 DESEMBER 2022 DAN 2021
(Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
43. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (lanjutan)