• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Marital Rape

Secara harfiah marital rape berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata: marital yang berarti berhubungan dengan perkawinan, rape yang berarti perkosa. Ditinjau dari sudut terminologi ada beberapa pendapat dalam mendefiniskan marital rape, misalnya Bergen mendifinisikan sebagai hubungan seksual yang dilakukan baik vaginal, oral maupun anal dengan paksaan, ancaman atau dilakukan saat istri dalam keadaan tidak sadar. Menurut Elli N. Hasbianto mendefinisikan marital rape sebagai pemaksaan dalam melakukan hubungan seksual, pemaksaan selera seksual tanpa memperhatikan kepuasan istri.

31

Marital rape terjadi didalam sebuah ikatan perkawinan yang umumnya dilakukan oleh suami terhadap istrinya. Perkosaan bukan hanya terjadi diluar perkawinan tetapi perkosaan bisa juga terjadi didalam perkawinan. Perkosaan dalam perkawinan ini sendiri termasuk kedalam kekerasan dalam rumah tangga, banyak yang belum tahu tentang problematika tersebut. Bahkan, perkosaan dalam rumah tangga ini dianggap antara ada dan tiada. Karna itu dianggap bukan merupakan kekerasan melainkan adalah sebuah hasrat seksual yang harus disalurkan atau kewajiban yang harus dipenuhi oleh pasangan suami istri.

Banyak masyarakat yang tidak menganggap serius pemerkosaan dalam rumah tangga. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang marital rape didalam kehidupan rumah tangga. Ketidakpahaman ini dipengaruhi oleh kultur dan hukum perkawinan di Indonesia. Dalam perkawinan di Indonesia, umumnya

31 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender, (Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2009), Cet. V, h. 34

suami dianggap sebagai pencari nafkah dan istri seseorang yang harus siap melayani suami, termasuk dalam hubungan seksual.

2. Jenis-Jenis Perkosaan

Ketidakpercayaan masyarakat tentang marital rape diakibatkan oleh anggapan bahwa, setelah menikah hubungan seksual sah dilakukan, meskipun salah satu pihak tak menghendaki itu. Padahal, pemaksaan hubungan seksual dianggap melanggar hak asasi manusia diskriminasi terhadap perempuan dan Permasalahan tersebut diakibatkan karena minimnya pengetahuan mengenai konsep pemerkosaan

Mulyan W.K. seorang kriminolog menyebutkan bahwa terdapat 6 (enam) jenis perkosaan, yakni:

a. Sadistic Rape

sifat yang sangat merusak merupakan salah satu ciri dari perkosaan jenis ini Kesenangan yang di dapat pelaku buan dari berhubungan seksual dengan korban tetapi didapatkan dengan serangan-serangannya terhadap korban baik itu serangan terhadap alat kelamin maupun tubuh korban.

b. Angea Rape

Penganiayaan terhadap seksualitas korban dijadikan cara untuk melampiaskan perasaan marah si pelaku. Tubuh korban dijadikan objek oleh pelaku seakan-akan tubuh korban disini adalah musuhnya.

c. Dononation Rape

Pada jenis ini perkosaan yang dilakukan dititik beratkan terhadap

pelaku yang merasa bahwa pelaku merupakan sosok yang lebih kuat

dari korban, mempunyai kedudukan superioritas dari korban, perbuatannya bertujuan untuk menaklukan korban secara seksual, untuk menyakiti korban dengan kekuatannya dan juga ingin berhubungan seksual.

d. Seduktive Rape

Pada jenis ini perkosaan dapat terjadi karena situasi merangsang yang diciptakan oleh pelaku maupun korban itu sendiri, dimana pada akhirnya korban yang merasa bahwa keintiman personal tidak harus melewati batas, tidak harus sampai pada perbuatan kesenggamaan, seingga pelaku yang sudah terangsang dan korban yang mulai menolak mengakibatkan pelaku melakukan paksaan untuk berhubungan seksual dengan korban tanpa rasa bersalah.

e. Victim Precipitatied Rape

Pada jenis ini penekanannya adalah perbuatan perkosaan terjadi karena ulah korban sendiri atau dengan kata lain korban sebagai pencetus dari perkosaan itu sendiri.

f. Exploitation Rape

Pelaku mengambil keuntungan dengan posisi yang didapatkannya, dimana pelaku melakukan perkosaan kepada wanita yang bergantung padanya baik secara ekonomi ataupun secara sosial.

32

Jadi, perkosaan dalam perkawinan ini termasuk kedalam kategori exploination rape, karena berkaitan dengan status seorang istri yang mana bisa

32Abdul Wahid, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual Advokasi atas Hak Asasi Perempuan,( Bandung: PT Refika Aditama,2001), h.40

dikatakan bergantung kepada suami baik secara ekonomi dan sosial. Perkosaan dalam perkawinan (marital rape) dapat diartikan sebagai salah satu jenis kekerasan dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual oleh suami terhadap istri tanpa mempertimbangkan kondisi atau keadaan istri.

33

3. Bentuk-Bentuk Marital Rape

Marital rape pada kenyataannya tidak dalam satu bentuk atau model tertentu, namun terdapat tiga bentuk kekerasan sexual yang dilakukan suami kepada istri yaitu:

1. Battering rape: suami melakukan kekerasan sexual dan kekerasan fisik sekaligus saat memaksa istri untuk melakukan hubungan seksual.

Beberapa istri bahkan terluka secara fisik akibat pemaksaan yang dilakukan suami pada saat istri tidak siap atau tidak berkeinginan untuk melakukan hubungan seksual. Marital rape pada umumnya terjadi dalam bentuk ini.

2. Force-only rape: suami memaksa atau mengancam istri sebelum berhubungan seksual. Pemaksaan atau ancaman ini dilakukan agar istri mau melayani hasrat suami. Jika suami telah melampiaskan hasrat seksual kepada istrinya, maka suami tidak melakukan kekerasan fisik.

Namun bila suami tidak terpenuhi hasratnya, mungkin bisa melakukan kekerasan fisik kepada istri.

33Aldira Arumita Sari, 2019, Kebijakan Formulasi Kekerasan Seksual Terhadap Istri (Marital Rape) Berbasis Keadilan Gender di Indonesia, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Vol. 1, No.1, h.120

3. Obsessive rape: istri atau pasangan mendapat kekerasan seksual dalam bentuk perilaku sadistic dalam melakukan hubungan seksual. Perilaku sadistic dalam hubungan seksual, yaitu suami melakukan kekerasan fisik seperti memukul, menarik rambut, mencekik atau bahkan menggunakan alat tajam yng melukai istri untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan penderitaan istri atas kekerasan tersebut.

34

Itulah bentuk-bentuk dari marital rape yang bahkan tidak disadari oleh kebanyakan masyarakat dikarenakan kurangnya edukasi dan pengetahuan tentang marital rape ini. Penting bagi kita agar mengetahui bahwa perkosaan dalam rumah tangga itu ada karna dampaknya yang membahayakan secara fisik dan psikis.

Seorang perempuan juga memiliki otoritas bagi dirinya sendiri dan berhak untuk

menerima atau tidak menyetujui ajakan dalam melakukan hubungan seksual.

Dokumen terkait