• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA PEKANBARU NO. 0478/Pdt.G/2018/PA.Pbr. TENTANG ALASAN PERCERAIAN AKIBAT MARITAL RAPE DITINJAU DALAM HUKUM ISLAM - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA PEKANBARU NO. 0478/Pdt.G/2018/PA.Pbr. TENTANG ALASAN PERCERAIAN AKIBAT MARITAL RAPE DITINJAU DALAM HUKUM ISLAM - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

Kepada Bapak Ahmad Sayuti, M.H. selaku ketua Pengadilan Agama Pekanbaru, dan kepada seluruh informan yang mengizinkan penulis melakukan penelitian di Pengadilan Agama Pekanbaru. Perpustakaan Fakultas Ilmu Syariah dan Hukum perpustakaan utama UIN SUSKA memberikan pelayanan dan menyediakan literatur referensi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

  • Latar Belakang Masalah
  • Batasan Masalah
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

PKDRT menyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang yang ada dalam rumah tangganya dengan: Dalam undang-undang ini, tujuan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga adalah untuk mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan untuk melindungi korban kekerasan.

Perceraian

  • Pengertian Perceraian
  • Dasar Hukum Perceraian
  • Alasan-Alasan Perceraian

Perceraian menurut hukum Islam termasuk dalam pasal 38 dan pasal 39 undang-undang no. 1 Tahun 1974 yang dijelaskan dalam PP no. 9 Tahun 1975 antara lain; 1 Tahun 1974 dan dijelaskan dalam PP No. 9 Tahun 1975 yaitu perceraian dimana perkara perceraian diajukan dan atas prakarsa suami atau istri pada Pengadilan Agama.19.

Pengertian Hukum Islam

Al-Quran dan literatur hukum Islam sama sekali tidak menyebut kata hukum Islam sebagai istilah. Pembentukan hukum Islam bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia dengan menjamin kebutuhan pokok (dharuriyyah), kebutuhan sekunder (hajiyyah) dan kebutuhan pelengkap (tahsiniyyat).30.

Marital Rape

  • Pengertian Marital Rape
  • Jenis-Jenis Perkosaan
  • Bentuk-Bentuk Marital Rape

Ketidakpercayaan masyarakat terhadap perkosaan dalam perkawinan bermula dari anggapan bahwa hubungan seksual setelah menikah adalah sah, meski salah satu pihak tidak menginginkannya. Perkosaan dalam perkawinan dapat diartikan sebagai suatu bentuk kekerasan berupa pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan seorang laki-laki terhadap istrinya tanpa memperhatikan kondisi atau keadaan istri.33. Pemerkosaan: Laki-laki melakukan kekerasan seksual dan kekerasan fisik pada saat yang sama ketika ia memaksa istrinya melakukan hubungan seksual.

Bahkan ada pula istri yang dirugikan secara fisik akibat adanya paksaan dari suaminya ketika istrinya belum siap atau tidak mau melakukan hubungan seksual. Pemerkosaan obsesif: istri atau pasangan mengalami kekerasan seksual berupa perilaku sadis dalam hubungan seksual. Seorang perempuan juga mempunyai wewenang tersendiri dan berhak menerima atau tidak menerima ajakan melakukan hubungan seksual.

Pengadilan Agama

  • Pengertian Pengadilan Agama
  • Tugas Pokok Dan Kewenangan Pengadilan Agama
  • Proses/ Tahap-Tahap Persidangan di Pengadilan Agama

Perilaku sadis dalam hubungan seksual yaitu suami yang melakukan kekerasan fisik seperti memukul, mencabut rambut, mencekik atau bahkan menggunakan alat tajam yang melukai istri demi memperoleh kepuasan seksual dari istri yang mengalami kekerasan tersebut. Dikatakan pengadilan khusus karena pengadilan agama mengadili perkara tertentu dari kelompok masyarakat yang beragama Islam. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur dalam Pasal 24 ayat badan peradilan menjalankan kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan hukum dan keadilan terhadap orang-orang yang mencari keadilan dalam perkara-perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam.

Pengadilan Agama berkedudukan di ibu kota kota atau kabupaten dan daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten. 38 Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktorat Jenderal Peradilan Agama, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Tata Kerja Peradilan Agama, (Jakarta: Mahkamah Agung, 2010), hal. 85. Absolut artinya kekuasaan yang berkaitan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkat pengadilan, berbeda dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkat pengadilan yang lain, misalnya: Pengadilan Agama mempunyai kekuasaan terhadap perkara perkawinan bagi yang beragama Islam sedangkan untuk yang bukan Islam bukan merupakan kewenangan Peradilan Umum. Pengadilan Agamalah yang mempunyai kewenangan menyidik ​​dan mengadili perkara pada tingkat pertama, tidak boleh mengajukan perkara secara langsung ke Pengadilan Tinggi Agama atau Mahkamah Agung.39.

Penelitian Terdahulu

Penelitian Damis dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau tahun 2015 berjudul “Pemerkosaan dalam Pernikahan dalam Revisi Hukum Islam”. Fokus penelitian ini adalah pandangan hukum PKDRT dan hukum Islam tentang pemaksaan suami melakukan hubungan intim dengan istri, kriteria pemaksaan hubungan seksual sebagai kekerasan seksual dan tinjauan hukum Islam tentang sanksi tindak pidana kekerasan seksual. di negara. rumah tangga dan revisi Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Larangan Pemaksaan Hubungan Seksual menurut Hukum Islam. Kajian tersebut ditulis pada tahun 2016 oleh Armanyah dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dengan judul “Pemerkosaan dalam Pernikahan sebagai Alasan Perceraian dalam Hukum Islam.”

Fokus penelitian ini adalah mengenai hukum perkosaan dalam pernikahan dalam hukum Islam dari sudut pandang ijtihad maqashidi, serta kedudukan perkosaan dalam pernikahan sebagai alasan perceraian dalam hukum Islam dari sudut pandang ijtihad maqashidi. Penelitian ini ditulis pada tahun 2021 oleh Zikri Darussamin dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dengan judul “Pemerkosaan dalam Pernikahan Sebagai Alasan Perceraian dalam Kajian Maqasid Syariah”. Penelitian ini berbentuk jurnal komparatif yang fokus mencari perspektif hukum Islam dalam menghadapi isu perkosaan dalam pernikahan dengan mengumpulkan Al-Quran dan hadis serta menganalisisnya dalam konteks maqasid syariah.

Metode Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Objek Penelitian
  • Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik analisis Data

Bahwa penggugat dan tergugat setelah menikah tinggal bersama dalam satu rumah di Kompleks Oleander No. Berdasarkan alasan tersebut, penggugat menilai kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat sudah tidak harmonis lagi, dan penggugat mengajukan banding ke Ketua Pengadilan Agama Pekanbaru Cq. Pada sidang yang diputuskan, penggugat dan tergugat hadir sendiri di hadapan pengadilan;

Dalam sidang yang telah ditentukan, penggugat dan tergugat hadir di hadapan pengadilan, oleh karena itu hakim telah berusaha mendamaikan penggugat dengan tergugat melalui proses mediasi dengan mediator yang disebut; Oleh karena penyelesaian penggugat dan tergugat tidak berhasil, maka dibacakan pernyataan tuntutan penggugat, yang mana penggugat tetap mempertahankan dalil-dalil gugatan. Sebaliknya Penggugat belum melihat adanya upaya serius dari Tergugat untuk mengembalikan Penggugat dan Tergugat ke ruangan yang sama.

Fotokopi Ekstrak Akta Nikah Nomor 337/02/VII/2002 tanggal 01 Juli 2002 atas nama Penggugat dan Tergugat yang dikeluarkan oleh Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Astanaanyar Kota Bandung, dibubuhi stempel secukupnya, setelah itu kebenaran dan kesesuaian alat bukti dengan aslinya telah diperiksa dan diteliti, Ketua Majelis Hakim mencatat bahwa alat bukti tersebut diperiksa dengan aslinya dalam persidangan dan ditemukan adanya kesesuaian, kemudian Ketua Majelis Hakim P. 1 diberi tanda dan diparaf dengan tinta hitam di pojok kanan atas; Karena anak-anak Penggugat dan Tergugat tinggal bersama dengan Tergugat, namun Penggugat tetap datang menjaga anak-anak tersebut di rumah Penggugat, apabila Tergugat tidak ada di rumah; Menimbang karena bukti P.1 yang diajukan Penggugat berupa fotokopi Ekstrak Akta Nikah (P.1) atas nama Penggugat dan Tergugat yang telah diberi stempel yang cukup dan disesuaikan dengan aslinya di persidangan oleh Ketua Hakim. Majelis, kiranya tepat jika dijelaskan bahwa antara Penggugat dan Tergugat yang merupakan suami-istri dan belum pernah bercerai, Majelis Hakim berpendapat bahwa bukti P.1 telah dipenuhi secara formil dan syarat-syarat subtansial. bukti dokumenter, oleh karena itu akan dipertimbangkan lebih lanjut;

Menimbang bahwa penggugat menyerahkan bukti tertulis berupa fotokopi ekstrak akta nikah (P.1) atas nama penggugat dan tergugat yang telah diberi stempel yang baik dan disesuaikan dengan aslinya di persidangan, maka Ketua Hakim Senat yang terbukti cocok, dengan penjelasan bahwa penggugat dan tergugat adalah suami istri dan tidak pernah bercerai, majelis pengadilan menilai bukti P.1 telah memenuhi syarat formil dan syarat materiil alat bukti surat, jadi akan dipertimbangkan lebih lanjut;

Gambaran Lokasi Penelitian

  • Sejarah Singkat Pengadilan Agama Pekanbaru
  • Struktur Organisasi Pengadilan Agama Pekanbaru kelas 1A
  • Uraian Tugas Di Pengadilan Agama Pekanbaru Kelas 1A

Posisi Kasus Dan Duduk Perkara

  • Pihak-pihak yang berperkara
  • Tentang Duduk Perkara

Analisis Terhadap Dasar Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama

Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Pekanbaru No

Kesimpulan

Maka Majelis Hakim memutus perkara ini dan menguatkan gugatan penggugat dengan memerintahkan talaq bain sughra. Meskipun istri pada dasarnya wajib menuruti permintaan suaminya, namun selama istri tidak sedang dalam masa syar'i seperti sedang haid atau sakit, maka istri tidak boleh menolak ajakan suaminya untuk melakukan persetubuhan. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 19, hendaklah melayani istri dengan penuh hormat.

Terpenuhinya kebutuhan seksual suami istri merupakan salah satu hak suami istri yang harus dipenuhi oleh keduanya.

Saran

Bahwa perkawinan antara penggugat dan tergugat dilangsungkan atas dasar keinginan kedua belah pihak dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah yang diridhoi Allah SWT; bahwa mengenai permasalahan dan gejolak rumah tangga tersebut, Penggugat telah berusaha untuk berbicara dengan Penggugat dan keluarga Tergugat guna mencari jalan keluar dan menyelesaikan perkawinan tersebut, namun upaya tersebut tidak berhasil; Karena anak-anak penggugat dan tergugat tersebut di atas akan berada di bawah perlindungan penggugat, maka seluruh biaya pemeliharaan anak-anak tersebut dan biaya pendidikannya ditanggung oleh tergugat setiap bulan sebesar Rp lima belas juta) sampai anak tersebut dewasa atau berumur 21 tahun;

Menimbang bahwa untuk penyidikan perkara tersebut Majelis Hakim telah memanggil Penggugat dan Tergugat untuk hadir di hadapan sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 dan Pasal 26 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, pemanggilan telah diajukan secara resmi dan benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975; Menimbang bahwa karena kehadiran Penggugat dan Tergugat secara langsung di hadapan persidangan, maka Majelis Hakim berupaya mendamaikan kedua belah pihak melalui proses mediasi dengan menyetujui menunjuk mediator Drs. Menimbang bahwa bukti P.1 berupa fotokopi Akta Nikah atas nama Penggugat dan Tergugat, walaupun demikian Tergugat tidak berkeberatan atas sahnya perkawinan Penggugat dengan Tergugat, namun demikian karena fungsi dari akta perkawinan tersebut bersifat probationis causa, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) KHI yang menyatakan perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta perkawinan, maka Majelis Hakim berpendapat tetap diperlukan akta perkawinan. sebagai alat bukti dalam hal ini;

Mengingat alasan gugatan penggugat adalah perselisihan dan pertengkaran terus-menerus serta tidak ada harapan perdamaian, sebagaimana diatur dalam Pasal 76 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 beserta alasannya, majelis hakim berpendapat alat bukti sudah mencapai batas minimal, alat bukti dalam hal ini adalah saksi-saksi yang berasal dari keluarga atau orang-orang dekat penggugat dan tergugat; Mengingat berdasarkan alasan-alasan hukum di atas maka rumah tangga penggugat dan tergugat sulit untuk dipelihara, karena pemeliharaan rumah tangga tersebut akan menimbulkan kerugian yang lebih besar berupa penderitaan mental dan fisik yang berkepanjangan bagi kedua belah pihak. Mengingat mengenai bantahan tergugat mengenai sebab-sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran, majelis pengadilan menilai sejak tergugat mengakui adanya perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat bahkan pisah rumah, maka Komisi Yudisial menilai tidak ada alasan yang benar. lebih keseragaman dalam membangun rumah tangga.

Menimbang bahwa penggugat mengajukan permohonan untuk dinyatakan sebagai pemegang hak hadhanah atas ketiga nama anak penggugat dan tergugat; Syifa Alisya binti Achmad Farisi, lahir pada tanggal 3 Mei 2003, Sayyida Zahra binti Achmad Farisi, perempuan, lahir pada tanggal 21 November 2004, dan Ali Haydar Beheshti bin Achmad Farisi, lahir pada tanggal 05 Februari 2011;.

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 41 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 sehingga berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Majelis Hakim menilai Pemohon layak melakukan poligami; Menimbang,