• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIS ............................................................ 14-39

C. Masyarakat

34

(ketika berhadapan dengan Tuhan) wajib pula ditutup dari pandangan orang lain yang bukan muhrim.

Dari penjelasan di atas kita dapat melihat bagaimana para ulama memiliki pendapat yang berbeda dalam mendefinisikan wanita. Serta kita dapat melihat hukum menutup aurat dalam Alquran, hadis maupun ijma’ para ulama dan juga kita dapat mengetahui syarat-syarat menutup aurat dan juga batasan aurat wanita ketika salat dan di luar salat.

35

Kehidupan manusia bersifat kemasyarakatan mempunyai pemahaman bahwa secara fitri manusia bersifat memasyarakat. Kebutuhan, keuntungan, kepuasan, karya dan kegiatan manusia pada hakekatnya, bersifat kemasyarakatan, dan sistem kemasyarakatan akan tetap terwujud selama ada pembagian kerja, pembagian keuntungan dan rasa saling membutuhkan dalam suatu perangkat tertentu tradisi dan sistem. Di pihak lain, gagasan-gagasan, ideal-ideal, perangai-perangai, suatu kebiasaan-kebiasaan khas menguasai manusia umumnya, dengan memberi merek suatu rasa kesatuan. Dengan kata lain, masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang di bawah tekanan serangkaian kebutuhan dan di bawah pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan, tersatukan dan terlebur dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama.54

Masyarakat menurut para ahli sosiologi adalah sebagai berikut:

a. Mac Iver dan Page mendefinisikan masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan selalu berubah.

b. Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat adalah kesatuan hidup makhluk- makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu.

c. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut masyarakat adalah tempat orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.55

Di dalam pengertian lain masyarakat atau disebut community (masyarakat setempat) adalah warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu Negara. Apabila

54Murtadha Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah, (Bandung: Mizan, 2016), h. 15.

55Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 14.

36

suatu kelompok itu baik, besar maupun kecil, hidup bersama, memenuhi kepentingan-kepentingan hidup bersama, maka disebut masyarakat setempat.56

Emil Durkheim berpendapat bahwa ide tentang masyarakat adalah jiwa agama.

Artinya, jiwa daripada agama adalah pembentukan masyarakat itu sendiri, sehigga mencita-citakan masyarakat adalah sejalan dengan gagasan agama itu sendiri.57

Begitu pula menurut Hasan Shadaly yang dikutip oleh Abu Ahmadi menyebutkan bahwa yang disebut masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.58

Berdasarkan penjelasan di atas yang membahas tentang pengertian masyarakat maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah dua orang individu atau lebih yang hidup saling berdampingan dan terikat oleh suatu sistem adat istiadat dan saling membantu antara satu sama lain yang merupakan jalinan hubugan sosial atau kodrat seorang manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

2. Teori Masyarakat

Di dalam Islam diungkapkan, bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt dari seorang laki-laki dan perempuan, berkelompok agar diantara mereka saling mengenal dan menjalin hubungan dengan masyarakat, sebagaimana firman Allah swt di sebutkan dalam penggalan QS Al-Hujurat/49:13:

56Soejono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 2000), h. 162.

57Emil Durkheim, The Elementary Forms of the Religious Life (trans, Joseph Ward Swaim), (New York: Macmillan Company, 2005), h. 419.

58Abu Ahmadi, Sosiologi, (Surabaya: Bina Ilmu, 2015), h. 31.

37









































Terjemahnya:

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.59

Ayat di atas memberikan penjelasan bagaimana manusia bergaul dengan sesamanya, hai semua manusia, kami menjadikan kamu bermacam-macam umat (berbangsa-bangsa) dan bernegeri-negeri bukan supaya kamu berperang-perangan melainkan supaya berkenal-kenalan dan berkasih-kasihan antara satu dengan yang lain. Satu bangsa tidak lebih dari bangsa lain, melainkan dengan ilmu pengetahuannya dan kecakapannya, sedangkan orang yang lebih mulia di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa. Oleh sebab itu patutlah segala bangsa insaf, bahwa mereka dijadikan Allah bukanlah untuk berperang-perangan melainkan untuk berkenalan antara satu dengan yang lain.60

Berdasarkan penjelasan diatas, yang membahas tentang teori masyarakat kita dapat menyimpulkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Allah swt menciptakan manusia berpasang-pasangan agar dapat saling mengenal, mengerti dan saling membantu satu sama lain.

59Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 515.

60Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 2004), h. 766.

38 3. Unsur-unsur Masyarakat

Menurut Syani, ada beberapa unsur yang terkandung dalam masyarakat, antara lain:

a. Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yag relatif lama: di dalamnya manusia dapat saling mengerti dan merasa serta mempunyai harapan-harapan sebagai akibat dari hidup bersama itu. Terdapat sistem komunikasi dan peraturan- peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tertentu.

b. Manusia hidup bersama itu merupakan satu kesatuan.

c. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu sistem hidup bersama, yaitu hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya setiap anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat dengan kelompoknya.61

d. Manusia yang hidup bersama, di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak maupun yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang disebut

masyarakat. Tetapi secara teoritis paling sedikit dua orang yang berlainan jenis.62 Berdasarkan penjelasan di atas mengenai unsur-unsur masyarakat kita bisa mengambil kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, manusia merupakan makhluk sosial, satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

61Basrowi.Ms, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h. 42.

62Suhadi, Sosiologi Pembangunan, (Jakarta: Universitas Pers, 2006), h. 20.

39 4. Ciri atau Kriteria Masyarakat yang Baik

Diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan atau disebut sebagai masyarakat:

a. Ada sistem tindakan utama

b. Saling setia pada sistem tindakan utama

c. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota

d. Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran atau reproduksi manusia.

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah masyarakat yaitu orang-orang yang hidup bersama yang saling membutuhkan satu sama lain baik dari kalangan laki-laki maupun dari kalangan perempuan yang memiliki keterikatan batin satu sama lain dan membentuk suatu adat istiadat di dalam satu lingkungan tersebut. Adapun pengertian yang lainnya adalah masyarakat makhluk sosial. Penjelasan di atas menambah pengetahuan kita dengan jelas mengenai pengertian dari masyarakat itu sendiri serta unsur-unsur, ciri-ciri atau kriteria yang dimiliki suatu masyarakat tersebut.

40

Dokumen terkait