• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Syukur dalam Aqidah Akhlak Kelas VIII MTs

Dalam dokumen Quraish Shihab (Halaman 65-91)

ىّلص ها لوسر لاقمّلسو يلع ها

E. Materi Syukur dalam Aqidah Akhlak Kelas VIII MTs

1. Definisi Syukur

Syukur itu tersusun atas tiga hal, yaitu ilmu, keadaan dan perbuatan.

Yang dimaksud dengan ilmu adalah menyadari bahwa semua kenikmatan itu datangnya dari Zat Yang Maha Pemberi Kenikmatan yakni Allah Swt.

Keadaan yaitu menyatakan kegembiraan karena memperoleh kenikmatan.

Sedangkan perbuatan yaitu memanfaatkan dan mengamalkan nikmat yang diberikan Allah tersebut.

Ungkapan rasa syukur itu dilakukan melalui lisan dan perbuatan.

Mengungkapkan rasa syukur melalui lisan yaitu dengan mengucapkan puji- pujian kepada Allah atas nikmat-Nya.125 Bersyukur melalui lisan antara lain mengucapkan:









Artinya: Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.”126

Bersyukur dengan perbuatan yaitu mempergunakan kenikmatan yang diberikan Allah untuk hal-hal yang bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Seseorang belum dikatakan bersyukur kepada Allah, kecuali apabila kenikmatan yang diperolehnya itu dimanfaatkan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, jika seseorang menggunakan kenikmatan dari Allah untuk hal yang tidak baik, maka orang tersebut termasuk kufur nikmat.

125 Masan AF, Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII (Semarang: Karya Toha Putra, 2009), 43.

126 QS. al-Fa>tiha>h: 2.

Kufur nikmat yaitu orang yang tidak menggunakan dan membiarkan nikmat pemberian Allah itu bertumpuk-tumpuk tanpa dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.127 Firman Allah:













Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."128

Nikmat Allah yang tidak terhingga itu wajib disyukuri. Yang dimaksud syukur nikmat adalah berterima kasih kepada Allah atas segala nikmat yang diterima. Allah Swt senantiasa mencurahkan nikmat-Nya kepada semua makhluknya dengan bermacam-macam nikmat yang tidak dapat dihitung banyaknya. Seandainya daun-daun di bumi dijadikan kertas, ranting-ranting kayu dijadikan pena, dan air dijadikan tinta untuk menuliskan nikmat Allah yang diterima setiap saat, niscaya tidak akan cukup untuk menulis jumlah nikmat Allah tersebut.129 Allah Swt berfirman:









   



 

Artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”130

127 Masan AF, Akidah Akhlak, 44.

128 QS. al-Baqarah: 152.

129 Masan AF, Akidah Akhlak, 44.

130 QS. an-Nah}l: 18.

2. Perintah Bersyukur

Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap muslimin dan muslimat. Ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk mensyukuri nikmat Allah antara lain:























Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".131

Selain itu, perintah untuk bersyukur juga terdapat dalam Surat al-Baqarah ayat 152.

3. Bentuk-bentuk Syukur

Bentuk-bentuk perilaku syukur dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Selalu mengucapkan ‚Alh}amdulilla>h‛ atau terima kasih setiap kali menerima kenikmatan.

b. Menggunakan apa yang diberikan sesuai dengan kehendak pemberiannya.

c. Menjaga dan merawat dengan baik apa yang telah diberikan.

d. Menyisihkan sebagian harta untuk diserahkan ke baitul mal.

e. Menyisihkan waktunya untuk membantu orang yang belum bisa membaca al-Qur‟an.

131 QS. Ibra>hi>m: 7.

f. Menggunakan anugerah yang diberikan Allah kepada hal-hal yang baik, seperti menggunakan mata, mulut untuk hal yang baik dan bermanfaat.

4. Cara bersyukur a. Syukur dengan hati

Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Ilahi. Syukur dengan hati mengantarkan manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut.

b. Syukur dengan lidah

Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya dengan bacaan

‚Alh}amdulilla>h‛.132

c. Syukur dengan perbuatan

Syukur dengan perbuatan adalah dengan menjadikan nikmat-nikmat yang telah Allah berikan padanya sebagai sarana amal ibadah serta menjaga diri sebisa mungkin dari tercebur dalam maksiat.133

5. Macam-macam Nikmat Allah dan Cara mensyukurinya a. Nikmat Jasmani

132 Husna Latifah, Akidah Akhlak Untuk Kelas VIII MTs (Citra Pustaka), 29.

133 Ibid., 30.

Nikmat jasmani adalah pemberian Allah kepada manusia berupa jasmani. Disebut juga badan atau tubuh. Allah telah memberi bentuk tubuh yang baik yang terdiri atas:

1) Paru-paru untuk bernafas 2) Mata untuk melihat 3) Telinga untuk mendengar

4) Lidah untuk mengecap atau merasa 5) Hidung untuk mencium

6) Mulut untuk makan dan berbicara 7) Kaki untuk berjalan

8) Tangan untuk memegang dan sebagainya.

Salah satu saja dari tubuh seseorang itu tidak bekerja, tentu akan mengalami kesulitan. Misalnya saja Allah menghentikan jantung untuk berdenyut dan lain sebagainya. Nikmat-nikmat tersebut harus disyukuri dengan cara:

1) Memelihara seluruh tubuh dengan baik agar tidak terkena penyakit, rusak atau cacat.

2) Menggunakan anggota tubuh untuk melakukan perbuatan yang baik.

Misalnya, mulut digunakan untuk berkata-kata yang baik dan sebagainya.

3) Mendekatkan diri kepada Allah, misalnya dengan mengerjakan salat dan membaca al-Qur‟an.

4) Mengucapkan ‚Alh}amdulilla>h‛ atas pemberian Allah berupa nikmat jasmani.134

b. Nikmat Rohani

Nikmat rohani adalah segala pemberian Allah yang tidak dapat dilihat oleh mata. Nikmat itu berada dalam jiwa yang antara lain:

1) Nikmat iman dan Islam 2) Nikmat sehat

3) Nikmat akal pikiran

4) Nikmat senang dan bahagia 5) Nikmat rasa ingin maju

6) Nikmat rasa ingin menghormati 7) Nikmat rasa ingin berbuat baik 8) Nikmat rajin dan sebagainya.135

Dengan nikmat rohani, kehidupan manusia berbeda dengan kehidupan binatang. Dengan nikmat rohani, kehidupan manusia ada peningkatan dan kemajuan, sedangkan kehidupan binatang tidak mengalami kemajuan. Oleh karena itu manusia wajib bersyukur dengan cara:

1) Rajin beribadah kepada Allah 2) Rajin belajar

134 Masan AF, Akidah Akhlak, 45.

135 Ibid.

3) Hormat dan patuh kepada orangtua 4) Hormat dan patuh kepada guru 5) Memelihara kesehatan

6) Giat bekerja

7) Jujur dan sopan kepada sesama manusia

8) Mengucapkan ‚Alh}amdulilla>h‛ atas pemberian Allah berupa nikmat rohani.136

c. Nikmat Rezeki

Nikmat rezeki adalah pemberian Allah berupa harta benda.

Termasuk nikmat rezeki anatara lain; makanan, minuman, uang, pakaian, rumah, radio, televisi, computer, motor, mobil dan lain sebagainya. Dengan adanya nikmat rezeki tersebut hidup manusia menjadi mudah dan menyenangkan. Oleh sebab itu, wajib bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut dengan cara:

1) Menggunakan uang dan barang untuk keperluan yang baik 2) Merawat barang-barang agar tidak cepat rusak

3) Banyak beramal, misalnya menyumbang untuk membangun masjid, madrasah dll.

4) Mengeluarkan zakat harta

5) Meminjamkan barang jika ada teman yang membutuhkan

136 Ibid., 46.

6) Mengucapkan ‚Alh}amdulilla>h‛ atas pemberian Allah berupa nikmat rezeki ini.137

137 Ibid.

BAB IV

KONSEP SYUKUR MENURUT M. QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISHBA<H DAN RELEVANSINYA DENGAN

MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS VIII MTS

A. Konsep Syukur Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishba>h 1. Definisi Syukur

Syukur dalam pandangan M. Quraish Shihab terambil dari kata syakara yang maknanya yaitu pujian atas kebaikan, penuhnya sesuatu atau menampakkan sesuatu ke permukaan. Karena itu, kata syukur diperhadapkan dengan kata kufur yang berarti menutupi.

Syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerah-Nya disertai dengan ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta kepada-Nya dan dorongan untuk bersyukur dengan lidah dan perbuatan.

M. Quraish Shihab mendefinisikan syukur sebagai menggunakan anugerah Ilahi sesuai tujuan penganugerahannya. Ini berarti, manusia harus dapat menggunakan segala yang dianugerahkan Allah di alam raya ini sesuai dengan tujuan penciptaannya. Manusia harus mempelajari segala apa yang ada di alam raya ini, kemudian menggunakan ciptaan tersebut sesuai dengan tujuan diciptakannya.

Menurut M. Quraish Shihab, syukur itu harus mencakup tiga hal yaitu dengan hati, lisan dan perbuatan. Manusia harus meyadari dengan hatinya bahwa apa saja nikmat yang manusia terima dan nikmati sekecil apapun itu adalah dari Allah sumbernya. Kemudian, manusia juga diwajibkan untuk menyebut-nyebut nikmat dan pemberian Allah dengan lisannya dengan mengucapkan “Alh}}}amdulilla>h‛. Selain itu, manusia juga wajib bersyukur

dengan perbuatan yakni menggunakan segala apa yang telah Allah anugerahkan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Pemaknaan syukur secara istilah menurut M. Quraish Shihab ini sejalan dengan definisi yang diungkapkan oleh Imam al-Ghazali bahwa syukur adalah menggunakan nikmat Allah sesuai dengan maksud pemberiannya. Di mana bersyukurnya seseorang itu harus mencakup syukur dengan hati, lisan dan perbuatan.

Dengan demikian, syukur pada hakikatnya mencakup tiga sisi yaitu:

a. Syukur dengan hati: kepuasan batin atas anugerah

b. Syukur dengan lisan: mengakui anugerah dan memuji pemberi-Nya

c. Syukur dengan perbuatan: memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

Akan tetapi, manusia sering kali salah paham dalam mengartikan syukur, mereka mengira syukur itu hanya sebatas ucapan dengan lisan saja.

Hal ini disebabkan karena mereka tidak mengetahui dan tidak mau mempelajari apa yang telah Allah ciptakan untuk mereka. Selain itu, mereka sering kali lalai ketika menerima dan mempergunakan anugerah-Nya, mereka menyangka bahwa dengan mengucapkan syukur saja sudah cukup dikatakan sebagai orang yang bersyukur. Mereka tanpa bersyukur dengan hati dan bahkan juga tidak bersyukur dengan perbuatan.

Dari uraian-uraian di atas sungguh sangatlah jelas bahwa kewajiban manusia untuk bersyukur adalah Allah yang mewajibkan, oleh karena itu, manusia wajib bersyukur hanya kepada yang Esa yakni Allah Swt.

2. Cara Bersyukur

Manusia harus bersyukur kepada Allah Swt agar Allah Swt menambah nikmat-nikmat-Nya dan siksa-Nya tidak menimpa kepada manusia, dengan cara bersyukur dengan hati, lidah dan perbuatan.

a. Syukur dengan Hati

Segala nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia wajib disyukuri. Cara bersyukur kepada Allah salah satunya adalah dengan hati, yang berarti menyadari sepenuhnya bahwa apa saja nikmat yang manusia nikmati sekecil apapun itu adalah dari Allah.

b. Syukur dengan Lisan

Nikmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia wajib disyukuri, diantaranya yakni bersyukur secara lisan yaitu dengan membicarakannya

atau menyebut-nyebutnya. Dalam hal ini tentunya dengan memuji Allah Sang Pemberi nikmat, dengan mengucapkan Alh}amdulilla>h.

c. Syukur dengan Perbuatan

Manusia dalam meperrgunakan nikmat dan anugerah Allah, harus sesuai dengan yang Allah kehendaki. Selain itu yang wajib dilakukan terhadap nikmat tersebut adalah mensyukurinya dengan perbuatan atau amal ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya.

3. Manfaat Bersyukur

Nikmat dan karunia Allah yang telah diberikan kepada manusia demikian banyaknya dan berlimpah ruah. Tugas manusia terhadap nikmat tersebut adalah menggunakan dengan sebaik-baiknya dan mensyukurinya. M.

Quraish Shihab menegaskan dalam penafsiran QS. Luqma>n: 12 dan an-Naml:

40 bahwa manusia wajib untuk bersyukur kepada Allah, yang mana jika manusia tersebut bersyukur kepada-Nya maka bermanfaat untuk kebaikan manusia itu sendiri, namun jika kufur maka merugikan diri sendiri dan bahkan merupakan bencana untuk manusia itu sendiri, karena Allah Maha Kaya tidak butuh siapapun dan apapun dari hamba-Nya..

Selain itu M. Quraish Shihab juga menegaskan dalam penafsiran QS.

Ibra>hi>m: 7 bahwa manfaat manusia bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-nikmat-Nya adalah Allah pasti akan menambah nikmat-nikmat-Nya

kepada manusia itu karena nikmat Allah sungguh sangat melimpah ruah, tapi jika kufur maka Allah akan mengurangi nikmat-Nya bahkan memberikan azab yang pedih.

4. Hal yang Harus Disyukuri

Berbicara mengenai nikmat Allah, sungguh sangat demikian banyaknya. Allah Swt senantiasa mencurahkan nikmat-Nya kepada semua makhluknya tanpa henti-hentinya dengan bermacam-macam nikmat yang tidak dapat dihitung banyaknya. Seandainya daun-daun yang ada di bumi ini dijadikan kertas, ranting-ranting kayu dijadikan pena, dan seluruh air dijadikan tintanya untuk menuliskan nikmat Allah yang diterima setiap saat, niscaya tidak akan cukup untuk menulis jumlah nikmat Allah tersebut, karena demikian banyaknya, bahkan sampai-sampai manusia tidak akan sanggup untuk menghitungnya. Sebagaimana firman Allah Swt berikut









    







Artinya; “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.138

Mengenai nikmat atau hal-hal yang harus disyukuri oleh manusia, M.

Quraish Shihab mengemukakan secara eksplisit tentang nikmat Allah dalam beberapa ayat yang ditegaskan dalam tafsirnya al-Mishba>h

138 QS. an-Nah}l: 18.

a. Kehidupan dan kematian

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa manusia yang ada di muka bumi ini pada awalnya mati yakni tidak ada di muka bumi ini, lalu Allah menghidupkan manusia di permukaan bumi ini dengan memberinya ruh, kemudian Allah pada saatnya nanti akan mematikan dengan mencabut nyawa manusia sehingga meninggalkan pentas bumi ini sebagaimana awalnya. Kemudian Allah menghidupkan lagi ketika di alam barzah.

Sehingga dapat diketahui bahwa kehidupan dan kematian merupakan nikmat yang begitu agung yang Allah berikan kepada seluruh makhluk-Nya terutama manusia, maka manusia harus bersyukur dengan nikmat kehidupan dan kematian tersebut.

b. Hidayah Allah

M. Quraish Shihab menegaskan dalam penafsiran QS. al-Baqarah: 185 bahwa Allah telah memilih beberapa hari di antara sekian banyak hari yang dikumpulkan menjadi satu di bulan Ramadhan, bulan mulia dan suci di mana umat manusia diwajibkan untuk berpuasa selama satu bulan penuh. Karena sedemikian mulianya bulan Ramadhan, Allah menurunkan kitab suci al-Qur‟an pada bulan ini. Al-Qur‟an tersebut Allah turunkan sebagai pentunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan sebagai pembeda yang jelas antara yang haq dan yang bathil.

Dengan diturunkannya al-Qur‟an tersebut, manusia haruslah bersyukur kepada-Nya, karena di dalam al-qur‟an tersebut berisi petunjuk Allah bagi manusia, selain sebagai petunjuk juga sebagai penjelas dan pembeda antara yang haq dan bathil, dan al-Qur‟an tersebut diturunkan pada bulan Ramadhan yang mulia, bulan di mana umat manusia seluruhnya diwajibkan untuk berpuasa.

c. Pengampunan

Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah lepas dari kesalahan dan dosa. Baik itu kesalahan yang sangat sampai kesalahan yang begitu besar, dosapun demikian, ada manusia yang berbuat dosa kecil dan ada yang besar. Akan tetapi, di luar itu semua ada yang Maha Pengampun yang selalu membuka pintu maaf dan pintu taubatnya manusia-manusia yang berbuat salah dan dosa, Dia-lah Allah Swt.

Walaupun manusia berbuat salah sedemikian besarnya, Allah tetap mengampuninya, karena Allah Maha Pengampun dan maha penyayang tehadap semua hamba-hamba-Nya. Pengampunan Allah yang sedemikian tinggi dan besar dimaksudkan agar manusia bersyukur terhadap nikmat yang satu ini dan berusaha untuk memperbaiki diri.

d. Panca indera dan Akal

Allah telah menganugerahi manusia penglihatan, pendengaran, penciuman bahkan Allah juga menganugerahi manusia akal untuk berfikir.

Tugas manusia terhadap anugerah Allah tersebut adalah menggunakan

dengan sebaik-baiknya sesuai dengan maksud pemberiannya, dengan kata lain yaitu harus mensyukurinya. Misalnya nikmat penglihatan digunakan untuk melihat hal-hal yang baik bukan untuk maksiat dan sebagainya.

Hal ini sesuai sebagaimana ditegaskan dalam penafsiran M. Quraish Shihab dalam QS. an-Nah}l: 78, bahwa Allah telah menciptakan manusia dan melahirkannya ke dunia dalam keadaan yang tidak mengetahui apa- apa. Kemudian Allah menganugerahi penglihatan, pendengaran, dan lain- lainnya yang termasuk dalam pancaindera dan juga akal sebagai bekal dan alat untuk meraih ilmu pengetahuan. Hal ini dimaksudkan agar manusia bersyukur kepada-Nya dengan menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah menganugerahkannya kepada manusia.

e. Rezeki

Allah telah memberi manusia begitu banyak nikmat, di antaranya yaitu Allah memberi manusia tempat tinggal, memberinya kekuatan dan pertolongan serta memberi manusia rezeki yang beraneka macam, banyak, baik dan bermanfaat bagi manusia. Hal yang demikian itu dimaksudkan agar manusia bisa bersyukur kepada Sang Pemberi nikmat yang mana ketika memberi sesuatu kepada hamba-Nya tentu yang terbaik.

f. Sarana dan Prasarana

M. Quraish Shihab mengeaskan dalam tafsirnya bahwa Allah telah menyediakan berbagai sarana dan prasarana di bumi ini untuk manusia. Di

antaranya yaitu Allah Swt menciptakan lautan yang dapat dilayari bahtera, Allah juga menjadikan lautan tersebut arena hidup dan berkembang biaknya binatang yang dapat manusia ambil ikan-ikan segarnya dan halal untuk dimakan manusia. Kemudian, dari lautan tersebut juga dapat diambil perhiasan-perhiasan yang biasa dipakai oleh manusia seperti permata, mutiara, marjan dan lain-lain. Semua itu bisa manusia peroleh ketika ia bersungguh-sungguh dalam mencari rezeki-Nya. Hal yang demikian itu dimaksudkan agar manusia terus menerus bersyukur dengan menggunakan anugerah tersebut sesuai dengan tujuan penciptaannya untuk kepentingan manusia itu sendiri dan generasi-generasi selanjutnya dan juga untuk makhluk-makhluk yang lain.

g. Kemerdekaan

Dalam QS. al-Ma>ida>h: 20, M. Quraish Shihab menafisrkan bahwa salah satu hal yang Allah berikan kepada manusia adalah nikmat kemerdekaan. Dengan nikmat kebebasan dan kemerdekaan tersebut manusia bisa menjalani hidup dan kehidupan ini dengan bebas, merdeka dari penindasan dan memperoleh kesejahteraan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa betapa agungnya nikmat kebebasan dan kemerdekaan.

Oleh karena itu, manusia yang hidup dan menjalani kehidupan dalam kebebasan dan kemerdekaan haruslah bersyukur kepada Allah, karena

Allah-lah yang menjadikan manusia itu bebas dan merdeka dari segala penindasan, kesengsaraan, ancaman dll.

5. Waktu Bersyukur

Syukur adalah menggunakan anugerah Ilahi sesuai tujuan penganugerahannya. Kemudian kapan manusia diwajibkan untuk bersyukur kepada-Nya? Waktu untuk bersyukur kepada Allah atas segala limpahan karunia-Nya adalah sepanjang siang dan malam, tidak terbatas hanya siang saja atau malam saja. Meskipun siang dan malam silih berganti dan terus berganti manusia tetap diwajibkan untuk terus bersyukur, karena Allah memberi nikmat kepada manusia juga secara terus menerus tidak pernah berhenti dan tidak terhitung jumlahnya.

B. Relevansi Konsep Syukur Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir al- Mishba>h dengan Materi Aqidah Akhlak Kelas VIII MTs

Aqidah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya sehingga menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan atau dengan kata lain aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegang oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Sedangkan akhlak adalah kondisi jiwa yang

telah tertanam kuat, yang darinya terlahir sikap amal secara mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

Aqidah akhlaq sangat dibutuhkan oleh umat Islam, karena sebagai pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat Islam harus meyakini pokok- pokok kandungan aqidah akhlak tersebut. Hal ini bertujuan agar umat Islam dapat memahami benar ajaran Islam sebagai agama yang sempurna. Agar ajaran Islam dapat dipelajari secara efektif dan efisien, maka perlu dikembangkan kurikulum pendidikan agama Islam sesuai perkembangan zaman. Begitu juga dengan mata pelajaran bahasa Arab yang sangat diperlukan sebagai alat untuk mempelajari sumber-sumber primer dari Pendidikan Agama Islam, salah satunya yaitu dalam mempelajari materi Aqidah Akhlak.

Materi Aqidah Akhlak yaitu materi yang mengajarkan dan membimbing siswa untuk dapat mengetahui, memahami, meyakini aqidah Islam serta membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Materi Aqidah Akhlak secara garis besar terdiri dari dua pokok pembahasan yaitu pembahasan mengenai akidah atau kepercayaan/keyakinan dan pembahasan mengenai akhlak atau budi pekerti.

Salah satu di antara ruang lingkup materi Aqidah Akhlak di kelas VIII MTs yang penting untuk dipelajari peserta didik adalah materi tentang syukur kepada Allah. Materi ini sesuai dengan Standar Kompetensi yang telah ditetapkan yaitu menerapkan akhlak terpuji kepada diri sendiri.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa syukur merupakan materi yang penting bagi peserta didik. Sebagai bagian dari materi Aqidah Akhlak, syukur ini diharapkan dapat secara langsung membantu terwujudnya sosok individu yang berakhlak karimah yang diidealkan. Sebagaimana tujuan pokok Aqidah Akhlak yaitu agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai ajaran Islam. Selain itu Aqidah Akhlak mempuyai tujuan sebagai berikut:

7) Memupuk dan mengembangkan potensi-potensi ke-Tuhanan yang ada sejak lahir.

8) Menjaga manusia dari kemusyrikan.

9) Menghindari dari pengaruh akal yang menyesatkan.139 10) Ridha Allah Swt.

11) Kepribadian muslim.

12) Perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan tercela.140

Aqidah Akhlak juga bertujuan untuk menumbuhkembangkan aqidah peserta didik dan mewujudkan manusia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

Perlu di ingat pula bahwa dalam suatu pembelajaran, materi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Karena itu penentuan materi pengajaran harus didasarkan pada tujuannya. Hal ini dikarenakan materi tersebut harus mampu

139 Rosihan Anwar, Akidah Akhlak, 15.

140 Ibid., 211.

Dalam dokumen Quraish Shihab (Halaman 65-91)

Dokumen terkait