• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matriks Perancangan Strategis Kuantitatif (QSPM)

Dalam dokumen BAB IV PEMBAHASAN (Halaman 36-43)

8. Strategi WT (Weakness-Threats)

1.3.3.3. Matriks Perancangan Strategis Kuantitatif (QSPM)

Matriks perencanaan strategis kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM) menyusun 3 tahap dari kerangka analisis perumusan strategi. Tahap pertama hasil pencocokan dari analisis, tahap kedua secara objektif menentukan strategi yang hendak dijalankan diantara strategi-strategi alternatif, strategi

alternatif diperoleh dari hasil analisis SWOT, tahap ketiga QSPM adalah alat yang memungkinkan peneliti mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif.

(Fred R. david, 2010).

Strategi-strategi alternatif yang harus di pertimbangakan oleh Museum Mandala Wangsit Siliwangi diantaranya ada dua strategi yang peneliti identifikasi melihat dari faktor-faktor utama eksternal maupun internal strategi tersebut diantaranya.

1. Memaksimalkan perawatan museum dan benda koleksi, perawatan museum diantaranya dengan memaksimalkan perawatan lingkungan yang ada disekitaran museum, memperbaiki fasilitas yang ada di museum seperti toilet, mushola, aula, tempat parkir, kantin, dan ruangan museum. Pengadaan souvenir, oleh-oleh, cendramata khas Museum Mandala Wangsit, Perawatan benda koleksi museum misalnya dengan rutin melakukan perawatan pumigasi terhadap benda-benda koleksi museum, mengecek benda koleksi museum dengan rutin, memperhatikan kebersihan vitrin (lemari kaca) benda koleksi museum. Dengan seperti itu diharapkan pengunjung yang datang merasa nyaman.

2. Membuat program-program edukasi, program edukasi tersebut diantaranya:

1) Museum masuk sekolah

Program museum masuk sekolah merupakan program edukasi yang dilakukan diluar museum. Untuk menjalankan program ini museum dapat menjalankan program ini, museum dapat menjalin kerjasama dengan pihak sekolah yang bersangkutan atau dengan instansi pemerintah, misalnya dengan Direktorat Permuseuman Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Jadi tidak hanya melakukan penyuluhan yang terkesan formal tetapi juga membawa benda koleksi museum ke sekolah sehingga pelajar tertarik untuk datang berkunjung ke museum.

2) Kunjungan sekolah

Kunjungan sekolah ke museum ini hendaknya bukanlah akhir dari proses belajar siswa, tetapi menjadi bagian dari serangkaian kegiatan belajar mereka. Maka dari itu sebelum kunjungan dilakukan sebaiknya dilakukan perencanaan awal antara pihak museum dan pihak sekolah sehingga dapat merangkai suatu kegiatan edukasi yang bermakna. Contohmya dengan siswa yang datang harus mengisi LKS (lembar kerja siswa). LKS tersebut disiapkan dari pihak museum, isi dari LKS tersebut yaitu tentang museum dan benda koleksi yang ada di museum. LKS tersebut sebaiknya harus dapat mendorong siswa untuk melakukan pengamatan, sehingga mereka tidak dapat menjawab lembar LKS tersebut jika tidak melakukan pengamatan.

3) Workshop dan Diskusi

Seperti halnya program kunjungan sekolah, kegiatan seperti workshop dan diskusi ini merupakan program yang dilakukan di dalam museum. Sebelum museum mengadakan kegiatan seperti workshop atau diskusi, harus ditentukan terlebih tema dan sasaran atau target yang ingin dicapai, apakah target tersebut pengunjung museum, anak sekolah, atau para guru misalnya.

Target bisa disesuaikan dengan tema yang akan di ambil oleh museum.

Sama halnya dengan diskusi yaitu dengan mengambil tema-tema tertentu disesuaikan dengan moment khusus, misalnya bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional. Museum Mandala Wangsit dapat mengadakan

diskusi yang mengambil tema “Kebangkitan perfilman Indonesia” tema umum biasanya lebih diminati oleh masyarakat dari berbagi lapisan dibandingkan tema-tema konvensional. (Sulistyowati, 2011).

4) Acara-Acara Khusus

Museum dapat membuat sebuah acara-acara khusus untuk memperkenalkan diri kepada pelajar dan masyarakat, misalnya museum mengadakan acara night at museum dimana acara tersebut menyajikan acara malam seperti kita bisa berkeliling museum pada malam hari, adanya stand-stand dagang mulai dari makanan pernak-pernik di area museum sehingga dapat menarik pengunjung. Acara lain museum bisa diadakan di hari-hari nasional misalkan pada tanggal 12 Okober di hari museum nasional museum mengadakan acara untuk memperingati hari museum nasional sebagai bentuk/cara mengingatkan masyarakat tentang sejarah.

TABEL IV. 5

MATRIKS QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Alternatif Strategi Memaksimalkan perawatan museum dan

benda koleksi

Membuat program- program edukasi

Faktor-faktor utama Bobot AS TAS AS TAS 1. Peluang

a) Mengembangkan wisata minat khusus.

0,10

0,11

2

2

0,2

0,22

4

4

0,4

0,44

b) Adanya museum dapat melestarikan sejarah.

c) Adanya kegiatan museum keliling.

d) Tempat yang strategis.

e) Word Of Mouth positif dari masyarakat.

0,13

0,08

0,10

2

-

-

0,26 4

-

-

0,52

2. Ancaman

a) Persaingan antara destinasi wisata yang sama (museum).

b) Banyaknya destinasi wisata yang baru dan menarik.

c) Museum Mandala Wangsit masih belum terkenal luas dibandingkan museum lain di Kota Bandung.

d) Kurangnya

dukungan dari pemerintah daerah (dalam promosi dan sarana-prasarana).

0,12

0,11

0,07

0,09

0,09

-

-

2

-

-

0,14

-

-

4

-

-

0,28

e) Wisatawan lebih

puas dengan

pelayanan museum lain.

Total 1,00

3. Kekuatan a) Satu-satunya

museum

senjata/militer di Kota Bandung.

b) Semua koleksi di Museum Mandala Wangsit Siliwangi asli/bukan replika.

c) Akses mudah di jangkau.

d) Biaya masuk terjangkau.

e) Museum

merupakan tempat yang edukatif.

0,13

0,11

0,09

0,08

0,10

-

4

-

2

4

0,44

0,16

0,4

-

2

-

4

2

0,22

0,32

0,2

Total 1,00

4. Kelemahan

a) Promosi yang dilakukan belum maksimal.

b) Pendapatan

museum hanya dari sumbangan pengunjung.

c) Tidak ada petunjuk arah (wayfinding).

d) Kurangnya

pencahayaan di dalam ruangan museum.

e) Koleksi museum kurang terawat.

0,12

0,11

0,07

0,09

0,10

2

-

-

4

4

0,24

-

-

0,36

0,4

4

-

-

2

2

0,48

-

-

0,18

0,2

Total 1,0 2,82 3,24

Sumber : Peneliti, 2018

Tabel IV.5 dapat dijelaskan bahwa terdapat dua strategi alternatif yaitu memaksimalkan perawatan benda koleksi museum, dan membuat program- program edukasi. Setelah itu peneliti menentukan skor daya tarik (Attractiveness Score – AS) dengan mengamati apakah alternatif strategi dengan faktor-faktor utama mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat, setelah itu strategi diperbandingkan relatif terhadap faktor utama. Kisaran skor daya tarik adalah 1 = tidak memiliki daya tarik, 2 = daya ratiknya rendah, 3 = daya tariknya sedang, 4 = daya tariknya tinggi. Setelah itu di totalkan dengan cara dikalikan bobot dengan AS, sehingga menjadi total daya tarik (Total Attractiveness Score – TAS), (Fred R.

david, 2010). Total TAS dari alternatif strategi memaksimalkan perawatan benda koleksi museum yaitu 2,82, total TAS dari alternatif strategi membuat program- program edukasi lebih besar yaitu 3,24. Hasil analisis tersebut mengahasilkan bahwa Museum Mandala Wangsit harus meningkatkan promosi dengan membuat program-program edukasi supaya menarik minat pelajar untuk mengunjungi Museum Mandala Wangsit Siliwangi.

Dalam dokumen BAB IV PEMBAHASAN (Halaman 36-43)

Dokumen terkait