• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengenal Keadaan Jalan yang dimanfaatkan masyarakat Mardingding

6. B.Sembiring

4.2 Mengenal Keadaan Jalan yang dimanfaatkan masyarakat Mardingding

Jalan desa adalah jalan yang dapat dikategorikan sebagai jalan dengan fungsi lokal di daerah pedesaan. Arti fungsi lokal daerah pedesaan yaitu :

1. Sebagai penghubung antar desa atau ke lokasi pemasaran 2. Sebagai penghubung hunian/perumahan

3. Sebagai penghubung desa ke kecamatan/kabupaten/provinsi

Manfaat ditingkatkan/dibangunnya jalan desa untuk masyarakat pedesaan antara lain : 1. Memperlancar hubungan dan komunikasi dengan tempat lain,

1. Mempermudah pengiriman sarana produksi ke desa, hal ini juga dikatakan oleh informan saya S.Singarimbun

“kau lihat mobil truk itu! Bisa masuk kan? Kemarin sebelum ada jalan ini mana bisa masuk truk kesitu, sekarang enak lah yang punya kedai itu, gak perlu lagi jauh-jauh mengangkat barang dari depan ini.”

2. Mempermudah pengiriman hasil produksi ke pasar, baik yang di desa maupun yang di luar. “enaklah sekarang kita dengan jalan yang bagus mengangkat barang hasil ladang untuk dijual, dengan memakai kereta sorong ada sudah bisa,apa lagi yang memakai kereta lembu, gak capeklah seperti yang kemarin”

3. Meningkatkan jasa pelayanan sosial, termasuk kesehatan, pendidikan, dan penyuluhan Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jalan baru antara lain : 1. Trase jalan mudah untuk dibuat.

2. Pekerjaan tanahnya relatif cepat dan murah.

3. Tidak banyak bangunan tambahan (jembatan, gorong-gorong, dll) 4. Pembebasan tanah tidak sulit

5. Tidak akan merusak lingkungan dan yang perlu diperhatikan dalam peningkatan jalan lama antara lain :

a. Lokasi memungkinkan untuk pelebaran jalan

b. Geometri jalan harus disesuaikan dengan syarat teknis

c. Tanjakan yang melewati batas harus diubah sesuai syarat teknis

d. Sistem drainase dan pekerjaan tanah tidak akan merusak lingkungan.

Pada petunjuk pelaksanaan pembangunan prasarana pedesaan, asas pemilihan teknologi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Menggunakan tenaga kerja setempat dengan jumlah yang banyak.

Hal ini juga dikatakan informan saya R.Sitepu yaitu:

“Selama masyarakat ini mau maju mereka pasti mau bekerja untuk membangun desa ini”

Hal yang sama juga di katakan oleh D.Surbakti yaitu :

“kiat satu kampung ini kan banyak buat apa mengambil tenaga dari luar kan nambah-nambah biaya saja

Hal yang sama juga dikatakan oleh Yudi yaitu:

“Kita-kita aja sebagai anak muda aja cukupnya membuat jalan ini, tapi ya mau gimana semua sudah memilki perkerjaan masing-masing dan juga bergantian- gantian, itu semua untuk menghindari kesalahpahaman”

2. Mengutamakan penggunaan bahan setempat.

Hal ini juga disampaikan oleh informan saya: S.Singarimbun yaitu:

“lebih hemat kalau memakai yang ada di kampung ini, batu ada, pasir ada, hanya semen yang tidak ada”

Hal yang serupa juga dikatakan oleh informan saya Yudi yaitu:

Disini kan banyak bahan-bahannya, kami tinggal ambil dari sungai batu-batu tinggal pecahkan saja dari jalan air gunung Sinabung ini, disitu banyaknya bahan-bahannya”

3. Membangun prasarana yang sederhana, agar dapat dikerjakan oleh masyarakat setempat tanpa mendatangkan tenaga ahli atau peralatan dari luar.

Hal ini juga disampaikan oleh D.Surbakti yaitu:

Pembuatan jalan ini gak perlu yang aneh-aneh lah, yang paling utama layak untuk dijalani”

4. Membangun prasarana yang bermutu, sesuai dengan spesifikasi dan penjelasan yang ada dibuku Petunjuk Teknis.

5. Mencari harga yang relative murah,agar dapat membangun prasarana yang lebih banyak, mengingat kebutuhan prasarana jauh diatas biaya yang tersedia.

6. Aparat PPK tidak terpaku pada standar yang ada di buku petunjuk teknis, namun dapat dan berhak untuk memilih teknologi lain dengan catatan masih sesuai dengan kriteria PPK.

7. Larangan yang ada pada petunjuk teknis diperuntukkan untuk masalah yang dianggap kurang sesuai dengan kriteria, terlalu mewah, yang diluar kemampuan. Contohnya adalah batasan-batasan dalam pengunaan jembatan beton atau permukaan aspal saja.

8. Masukan teknis dapat diterima dari banyak sumber termasuk konsultan pendamping, koordinator wilayah, konsultan inti, aparat proyek maupun dari luar.

Pembangunan jalan didaerah pedesaan selain perlu memperhatikan aspek teknis konstruksi jalan, juga perlu memperhatikan aspek konservasi tanah mengingat kondisi wilayah dengan topografi yang berbukit dan tanah yang peka erosi. Dari hasil survey lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit erosi tanah yang berasal dari jalan, khususnya berupa longsoran dari tampingan dan tebing jalan. Tujuan dari pengendalian erosi pada jalan adalah untuk mengamankan jalan dan membangun jalan yang tidak menjadi sumber erosi.

Teori pembangunan desa ditujukan guna meningkatkan produktifitas dan potensi wilayah desa. Adapun teori pembangunan desa, Rondinelli (1985) yang memprioritaskan

integrasi desa kota, sangat terkait dengan pelaksanaan program pembangunan perdesaan.

lnteraksi desa kota mempunyai arti penting dalam pembangunan perdesaan. Interaksi yang intensif antara desa kota, diperkirakan akan berdampak positif terhadap peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat. Hal ini akan terjadi jika prasarana transportasi antara desa kota telah memadai. Salah satu program yang efektif dan telah diterapkan pada berbagai daerah pedesaan di Indonesia adalah Program P3DT. Program tersebut sebagai salah satu penjabaran dari program penanggulangan kemiskinan (Inpres No 4 tahun 1993) yang memberikan dukungan dalam hal pengadaan prasarana jalan dan jembatan untuk desa.

Secara spesifik sasaran kajian ini meliputi empat aspek yaitu:

1. aspek kemudahan masyarakat dalam melakukan pergerakan ke kota 2. pemasaran komoditas pertanian

3. memperoleh input produksi pertanian 4. memperoleh produk industri perkotaan.

Dengan adanya prasarana jalan desa yang memadai, masyarakat menjadi lebih mudah dalam melakukan pergerakan, pemasaran produksi pertanian. Hal ini dikatakan oleh informan saya B.Sembiring yaitu:

“disini kalau malam sewaktu belum ada jalan ini, jangan kita gigi kita pun bisa jatuh heheheee. Tapi semenjak ada jalan ini sudah banyak kegunaannya, kadang orang menjemur jangung jalan, lihat anak-anak itu mereka senang bisa bermain ban-ban dijalan itu, kemarin mana bisa bermain disitu, belajar sepeda pun mereka sudah enak”

Memanfaatkan input produksi pertanian dan memperoleh komoditas industri perkotaan. (http://digilib.itb.ac.id/gdl. Desa). Selain itu, Albret Waterson juga

mengemukakan bahwa pendekatan Top Down dalam pembangunan wilayah desa tidak akan berhasil dalam memenuhi kebutuhan sosial ekonomi masyarakat desa. Srategi yang hanya fokus terhadap unsur pertanian hanya akan menambah kekayaan bagi petani kaya yang mampu membeli input pertanian seperti : bibit unggul, pupuk, pestisida dan sebagainya. Hendaknya pemerintah sebagai pelaksana pembangunan mampu menciptakan kondisi yang harmonis antara program pembangunan dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Adapun elemen penting untuk keberhasilan masyarakat desa antara lain :

a) produksi padat karya

b) penggunaan surplus tenaga kerja di luar musim pertanian untuk membangun infrastruktur kecil-kecilan penggunaan tenaga kerja untuk industri hasil pertanian ringan

c) memproduksi barang – barang dasar untuk hasil pertanian

d) memproduksi barang konsumsi ringan yang bersumber dari bahan mentah lokal e) berdikari dan mandiri

f) diselenggarakan dan diatur oleh pemerintah

g) pencapaian tujuan akhir yang mandiri sehingga tidak terjadi kesenjangan dengan desa lain dan wilayah perkotaan. ( Mansour, 2001: 68 )

Secara sosiologis pembangunan pada masyarakat desa memiliki kaitan yang erat dengan Teori Fungsionalisme Struktural oleh Robert. K. Merton. Teori ini menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan–perubahan dalam masyarakat.

Adapun yang menjadi konsep utamanya adalah : fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan. Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian–bagian yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang

terjadi pada satu bagian masyarakat akan membawa perubahan juga terhadap bagian yang lain. Semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional terhadap masyarakat. Robert . K . Merton mengemukakan bahwa :

1. Fungsi adalah akibat – akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem.

2. Disfungsi adalah akibat – akibat negatif yang muncul dalam penyesuaian suatu sistem.

3. Fungsi manifest adalah fungsi yang diharapkan.

4. Fungsi laten adalah fungsi yang tidak diharapkan.

Suatu pranata tertentu dapat fungsional bagi suatu unit tertentu dan sebalikanya disfungsional terhadap unit sosial yang lain. Dalam hal ini pembangunan jalan yang dilaksanakan di desa Mardingding merupakan suatu hal yang mengandung fungsi di dalamnya. Pembangunan jalan dilaksanakan guna meningkatkan produktifitas masyarakat desa sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik terhadap masyarakat baik dari segi sosial dan segi ekonomi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan jalan di dusun tersebut juga akan membawa dampak terhadap masyarakat. Dampak yang dimaksud dapat berupa dampak positif dan dampak negatif. Pembangunan jalan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kehidupan masyarakat desa. Dari segi sosial masyarakat akan sangat terbantu dalam melaksanakan interaksi sosialnya, baik antar desa maupun wilayah lainnya sehingga setiap kegiatan yang menyangkut aktifitas sosial lainnya seperti kegiatan pesta dan yang lainnya dapat dilaksanakan masyarakat secara lebih efisien. Sedangkan dari segi ekonomi setiap

aktifitas perdagangan hasil pertanian tentu dapat dilakukan dengan lebih cepat, efisien dan efektif.

Untuk lebih jelasnya lagi ada beberapa gambar yang dapat anda lihat di bawah ini:

Gambar 1 :

Gambar ini merupakan jalan besar yang ada dikampung desa mardingding. Menurut informan saya bapak Singarimbun, jalan tersebut adalah jalan yang ada membelah pemukiman penduduk. Jika diperhatikan, sebelah kanan adalah rumah dengan sebutan dalam bahasa karo “ rumah berneh” artinya rumah yang letaknya dibawah, sedangkan bagian kiri disebut dengan “rumah gugung” artinya rumah yang berada diatas.

Gambar 2

Pada gambar ini terdapat sebuah jalan yang dibangun untuk menghubungkan kerumah-rumah penduduk. Jalan ini sebelum diperbaiki merupakan sebuah jalan yang terdiri dari tanah dan bebatuan. Biasanya jalan yang bisa dilewati dengan berjalan kaki tersebut, pada saat sekarang ini sudah bisa dilalui oleh kenderaan roda dua dan sejenisnya.

Selain itu pada jalan tersebut, masyarakat jarang menggunakan untuk aktivitas seperti menjemur kopi, tetapi setelah diperbaiki maka masyarakat merasa terbantu untuk menjemur kopi dan kayu bakar yang masih basah.

Gambar 3

Pada gambar ini kita dapat melihat bahwa jalan tersebut sangat besar dan luas.

Sebelum dibangun rabat beton, jalan ini adalah bebatuan yang berantakan yang tidak bisa dilalui oleh kenderaan bermotor. Setelah jalan ini dibangun, maka segala aktivitas pada penduduk pun beraneka ragam. Dengan adanya rabat beton tersebut maka hasil panen masyarakat pun langsung bisa dibawa kedepan rumah. Biasanya hasil panen masyarakat dari ladang hanya bisa diangkut oleh kenderaan yang menggunakan hewan seperti kerbau atau lembu atau biasa dikenal dengan “gereta lembu”

gambar 4

gambar yang terdapat diatas adalah sebuah persimpangan dari hasil pembangunan rabat beton. Ditempat tersebut juga banyak aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat seperti menjemur padi, parkir mobil, dan tempat bermain untuk anak-anak. Setiap sore ditempat ini ramai berkumpul anak-anak untuk bermain bola. Selain jalannya yang luas, tempat ini juga merupakan dataran yang memiliki panjang sekitar 10 m. Ditempat ini juga sering sepi dan jarang dilalui oleh kenderaan roda dua maupun roda empat, makanya anak-anak bisa bermain sepuasnya tanpa ada gangguan.

Gambar 5

Jalan ini merupakan jalan yang bisa dilalui oleh masyarakat untuk kerumah maupun jambur. Didesa mardingding tersebut terdapat dua jambur yang berfungsi untuk melakukan acara perkawinan, kematian, dan lain sebagainya. Sebelum adanya pembangunan tersebut, maka kenderaan masyarakat hanya dapat diparkir jalan besar utama yang ada didesa tersebut. Tetapi setelah pembangunan kenderaan dapat langsung kedepan jambur.

Gambar 6 jalan desa untuk memasuki jambur

Gambar 7 jalan desa yang menghubungkan jalan antar dusun

BAB IV

PENUTUP

Dokumen terkait