• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengenal Tafsir Al-Mishbah

Dalam dokumen INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA (Halaman 33-44)

BAB IV: PENUTUP: berisi tentang kesimpulan, Saran, dan daftar pustaka

B. Mengenal Tafsir Al-Mishbah

Dari beberapa karya M. Quraish Shihab, al-Mishbah merupakan mahakaryanya. Tafsir ini telah membumbungkan namanya sebagai salah satu tafsir indonesia yang disegani karena mampu mampu menuliskan tafsir seluruh juz dalam al-Qur‟an secara detail dalam 15 jilid. Untuk mengenal lebih lanjut tentang Tafsir Al-Mishbah, dibawah ini akan dipaparkan beberapa hal baik tentang fisiologi maupun metodologi.

Identifikasi Fisiologi

Adapun identifikasi secara fisiologi yang terdapat dalam tafsir al- Mishbah, diantaranya:

a. Nama tafsir: Tafsir al-Mishbah: pesan, kesan, dan keserasian Al- Qur‟an

b. Penulis: Muhammad Quraish Shihab c. Penerbit: Lentera Hati

d. Kota terbit: Jakarta

e. Tahun terbit: 2005 M (1426 H) f. Cetakan: ke-3

g. Jumlah jilid: 15 Volume, terdiri atas: volume 1; Alfatihah dan al- Baqarah, volume 2; Ali „Imran, volume 3; al-Ma‟idah dan al- An‟am, volume 4; al-A‟raf dan al-Anfal, volume 5; at-Taubah,

Yunus, dan Hud, volume 6; Yusuf, ar-Ra‟d, Ibrahim, al-Hijr, dan an-Nahl, volume 7; al-Isra‟, al-Kahfi, Maryam, dan Thaha, volume 8; al-Anbiya‟, al-Hajj, al-Mu‟minun, dan an-Nur, volume 9; al- Furqan, asy-Syu‟ara‟, an_naml, dan al-Qashash, volume 10; al-

„Ankabut, ar-Rum, Luqman, as-Sajdah, al-Ahzab, dan Saba‟, volume 11; Fathir, Yasin, ash-Shaffat, Shad, az-Zumar, dan Ghafir, volume 12; Fushshilat, asy-Syura, az-Zukhruf, ad-Dukhan, al- Jatsiyah, al-Ahqaf, Muhammad, al-Fath, dan al-Hujurat, volume 13;

Qaf, adz-Dzariyat, ath-Thur, an-Najm, al-Qamar, ar-Rahman, al- Waqi‟ah, al-Hadid, al-Mujadalah, al-Hasyr, dan al-Mumtahanah, volume 14; ash-Shaff, al-Jumu‟ah, al-Munafiqun, at-Taghabun, at- Thalaq, at-Tahrim, al-Mulk, al-Qalam, al-haqqah, al-Ma‟arij, Nuh, Jinn, al-Muzzammil, al-Muddatstsir, al-Qiyamah, al-Insan, dan al- Mursalat, volume 15; Juz „Amma.

h. Halaman: 760

i. Ukuran naskah: 16x24 cm j. Warna kertas: putih

k. Desain sampul: sampul berwarna hitam berpadu merah dan hijau.

Bertuliskan nama penulis dan nama tafsir dengan warna emas dan putih.

l. Mulai tulis: Kairo, Jum‟at rabi‟ul awal 1420/ 18 Juni 1999 M m. Selesai: Jakarta, Jum‟at 8 Rajab 1423 H/ 5 September 2003 M

Identifikasi Metodologi

Ketika tafsir al-Mishbah dianalisis secara metodologi terdapat beberapa hal, diantaramya:

a. Pemilihan Nama dan Latar Belakang Penulisan

Penamaan al-Mishbah dipilih oleh penulisnya yang berarti lampu, lentera, atau pelita. Penamaan ini mengindikasikan arti kehidupan dan berbagai persoalan umat agar diterangi oleh cahaya al-Qur‟an. Lewat penamaan ini Quraish juga bercita-cita agar al-Qur‟an semakin membumi dan dapat mudah dipahami bagi pembacanya.9

Dalam mahakaryanya tafsir al-Mishbah pada lembar „Kata Penutup‟

dijelaskan bahwa latar belakang penulisan tafsir al-Mishbah ialah banyaknya permintaan lewat surat dalam berbagai topik yang beliau terima, salah satu isi suratnya menyatakan: “ Kami menunggu karya ilmiyah pak Quraish yang lebih serius”. Melalui surat tersebut walaupun beliau tidak mengenalnya, namun sangat tergugah dan membulatkan tekad dalam menulis dan menyusun tafsir al-Mishbah.

b. Metode dan Corak Penafsiran

Dalam bidang ilmu ke-Qur‟anan atau yang biasa dikenal dengan

„Ulumul Qur‟an dijelaskan bahwa metode tafsir terbagi menjadi 4, yaitu Tahlili (Analisis), Ijmali (Global), Maudhu‟i (Tematik), dan Muqaran (Perbandingan).

Dari ke-4 metode tafsir yang ada, Metode yang digunakan oleh Quraish Shihab dalam al-Mishbah adalah metode pertama, tahlili atau metode analisis yaitu metode dimana didalamnya menjelaskan mengenai arti dan maksud dari ayat-ayat al-qur‟an dari sekian banyak seginya yang ditempuh oleh mufassir dengan menjelaskan ayat demi ayat sesuai urutannya didalam mushaf melalui penafsiran kosakata, keterkaitan ayat,

9 . Afri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, ( Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2011), h. 251

sebab-penyebab turunnya ayat, serta kandungan ayat tersebut sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassirnya.

Metode kedua, metode komparatif yang dilakukan dengan memaparkan berbagai pendapat para ulama baik ulama klasik maupun ulama kontemporer. Metode terakhir, metode yang dilakukan dengan memberikan penjelasan tema pokok surah-surah al-Qur‟an atau tujuan utama yang berkisar sekitar ayat-ayat dari surah tersebut agar membantu meluruskan kekeliruan dan menciptakan kesan yang benar, oleh karenanya disebut metode semi maudhu‟i. Alasan adanya 3 metode dalam al-Mishbah tergambar dalam ungkapannya:10

Dalam konteks memperkenalkan al-Qur‟an, dalam buku ini penulis berusaha dan akan terus berusaha menghidangkan bahasan setiap surah pada apa yang dinamai tujuan surah, atau tema pokok surah.

Memang menurut para pakar, setiap surah ada tema pokoknya. Pada tema itulah berkisar uraian ayat-ayatnya. Jika kita mampu memperkenalkan tema-tema pokok itu, maka secara umum kita dapat memperkenalkan pesan utama setiap surah, dan dengan memperkenalkan 114 surah, kitab suci ini dikenal lebih dekat dan mudah.

Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh seorang peneliti dari surabaya dengan judul Studi Analisis Sistematika dan Corak Tafsir al-Mishbah Muhammad Quraish Shihab (2005) menyatakan bahwa corak yang terdapat pada tafsir al-Mishbah adalah corak Adabi-Ijtima‟, yaitu corak yang arah penafsirannya menekankan pada kebutuhan sosial-Masyarakat. 11

c. Sumber Penafsiran

10 . Anshori, Penafsiran Ayat-ayat Jender Menurut Muhammad Quraish shihab, (Jakarta:

Media Pustaka, 2008), 30.

11 . M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 759-760 dan 263

Tafsir al-Mishbah merupakan tafsir yang didasarkan atau merujuk pada karya-karya ulama modern dan kontemporer, diantara karya rujukan al- Mishbah adalah:

1. Kitab Al-Kasyyaf „an Haqa‟iq al-Tanzil Wa „Uyun al-Aqadud Fi Wujuh al-Ta‟wil karya al-Zamakhsyari

2. Kitab Tafsir Al-Qur`an al-Azhim karya Ibnu Katsir.

3. Kitab Al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghayb karya al-Razi.

4. Kitab Nazhm al-Durar karya Ibrahim ibn Umar al-Biqa‟i.

5. Kitab Tafsir Surah al-Ma‟un, al-Kautsar, al-Kafirun karya Muhammad Mutawalli Sya‟rawi.

6. Kitab Tafsir Al-Qur`an al-Karim Juz Amma karya Muhammad Abduh.

7. Kitab Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur`an karya Sayyid Muhammad d. Sistematika Tafsir

Adapun sistematika yang terdapat dalam tafsir al-Mishbah yakni menafsirkan sesuai urutan ayat dan surat. Sebelum menafsirkan beliau memberi pengantar dalam bentuk penjelasan, antara lain:

1. Nama surah dan nama lain surah

Nama setiap surah menunjukkan tujuan/tema umum surah itu karena nama itu menjelaskan hubungan antara nama dan apa yang dinamai, juga tanda yang menunjukkan secara umum apa yang diperinci di dalamnya.

Selain nama yang sudah tertuliskan dalam mushaf al-Qur‟an, mufassir al-Mishbah pun menyebutkan nama lain atau julukan lain atas surah yang akan ditafsiri. Hal ini tergambar dalam penyebutan nama lain, sebutan, atau julukan lain dalam surah Yaasin, “Ia dikenal juga

dengan nama Qalbu Al-Qur‟an”. Dalam surah al-Fathir, “Ia dikenal juga dengan surah al-Malaikat”.

2. Jumlah ayat yang terkadang disertai tentang penjelasan perbedaan perhitungan

Tentang jumlah ayat dalam suatu surah, selain menyebutkan jumlah ayat yang masyhur dikalangan kaum muslimin penulis al-Mishbah pun menyebutkan dan menjelaskan pendapat ulama lain. Seperti halnya surah yasiin dikalangan mayoritas ulama berjumlah ayat 82, sedangkan ulama Kuffah berjumlah 83 ayat.

3. Makkiyah dan Madaniyah12

Makkiyah dan madaniyah dalam suatu surah dijelaskan dengan catatan „mayoritas ayat‟. Pula dijelaskan tentang pengecualian ayat-ayat yang tidak termasuk kategori. Contoh, surah yasiin termasuk Makkiyah, namun pada ayat 12 termasuk kategori Madaniyah.

4. Urutan surah dan ayat

Sebelum menafsirkan mufassir menjelaskan terkait urutan surah dan ayat. Semua ulama sepakat, bahwa sistematika urutan ayat-ayat al- Qur‟an adalah Tauqifi, yaitu berdasarkan petunjuk Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada nabi Muhammad saw. Setiap ayat turun sambil memerintahkan para sahabat untuk menulisnya, nabi saw memberitahu juga tempat ayat-ayat itu dari segi sistematika

12 . Makkiyah Madaniyah: Pengetahuan tentang ayat-ayat dan surah-surah yang turun di Mekkah dan Madinah.

Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur‟an,(Jakarta: Pustaka Fordaus, 2011), h. 228.

urutannya dengan ayat-ayat atau surah-surah yang lain. Demikian pula penyusunan surah-surah dalam al-Qur‟an.13

5. Pengelompokkan ayat dan tema pokok

Dalam memperkenalkan al-Qur‟an Mufassir berusaha menghidangkan pembahasan disetiap surah pada apa yang dinamai tujuan surah atau tema pokok surah karena menurut para pakar, setiap surat ada tema pokoknya. Tema itulah berkisar uraian ayat-ayatnya. Jika mampu memperkenalkan tema-tema pokok itu, secara umum menunjukkan bahwa hal tersebut berhasil memperkenalkan pesan utama setiap surah, dan dengan memperkenalkan seluruh surah yang ada dalam al-Qur‟an berarti al-Qur‟an ini akan lebih dekat dan mudah dikenal.

6. Munasabah14

Dalam tafsir al-Mishbah tiap awal pembahasan surah selalu menjelaskan munasabah surah. Begitupun pada awal pembahasan ayat, selalu menjelaskan munasabah ayat kemudian baru menjelaskan makna- makna yang lain. Penulis tafsir al-Mishbah menggambarkan, “ Bagai kalung Mutiara yang tidak diketahui di mana ujung dan di mana pangkalnya, atau seperti vas bunga yang terangkai oleh aneka kembang

13 . Islah Gusmian, Khazanah Tafsir di Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2003), Cet. I, h. XX dan h. 189- 193

14 . Munasabah: Hubungan yang mempertalikan satu bagian dengan bagian lainnya (antara kata/kalimat dengan kata/kalimat lain, ayat dengan ayat, awal surah dengan akhir surah, surah yang satu dengan surah lain) sehingga tergambar bahwa al-Qur‟an satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh.

Abd. Rozak dan Aminuddin, Studi Ilmu al-Qur‟an, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), h.

75.

berwarna-warni, tapi pada akhirnya menghasilkan pemandangan yang indah”.15

7. Asbabun Nuzul16

Setelah menyajikan pengantar, beliau mulai menafsirkan dengan menganalisis secara kronologis dan menjelaskan beberapa aspek yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur‟an sesuai urutan bacaan mushaf. Hal ini menunjukkan bahwa ayat-ayat dan surah-surah dalam al-Qur‟an sejatinya mempunyai keserasian yang sempurna dan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.17

8. Pengelompokkan ayat

Sebelum menafsirkan ayat, Quraish Shihab terlebih dahulu melakukan pengelompokkan ayat serta memberikan judul.

9. Mufrodat

Mufrodat atau kosakata dalam bahasa arab, bagi Quraish shihab dalam menjelaskan ayat sangat diperlukan arti kosakata agar dalam menafsiri dapat diperoleh pemahaman yang lebih jelas. Mengingat suatu kata dalam bahasa arab bukan hanya makna itu sendiri, namun perlu penjelasan yang lebih luas.

10. Penyisipan kalimat penjelas

Penyisipan kalimat ini bertujuan agar makna-makna yang terkandung oleh suatu ayat dapat dipahami dengan jelas serta memaparkan keserasian hubungan antara suatu kata dengan kata yang

15 . M. Quraish Shihab,Tafsir al-Mishbah: Pesan, kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. xiv dan h. xxix

16 . Asbabun Nuzul: Sesuatu hal yang karenanya al-Qur‟an diturunkan untuk menerangkan status (hukum)nya pada masa hal itu terjadibaik berupa peristiwa maupun pertanyaan.

Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, (Bogor: Litera Antar Nusa, 1992), h.

109.

17 . Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir A-Qur‟an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 236-241

lain atau suatu kalimat dengan kalimat lain. Terkait penulisan kalimat yang disisipkan menggunakan tulisan normal (tegak), berbeda dengan terjemahan ayat yang ditulis menggunakan tulisan miring (Italic letter).

11. Penjelasan dengan riwayat, pendapat para ulama, dan Israiliyyat Riwayat yang digunakan dalam al-Mishbah terbagi atas; penjelasan al-Qur‟an dengan al-Qur‟an, penjelasan al-Qur‟an dengan hadis, dan penjelasan riwayat (informasi).

Selain mennggunakan riwayat, al-Mishbah juga memanfaatkan pendapat-pendapat ulama sebelumnya. Pendapat tersebut digunakan untuk memperkuat pendapatnya maupun menambahkan dalam penafsirannya.

Penggunaan Israiliyyat dimaksudkan sebagai perbandingan dalam menafsirkan al-Qur‟an.

e. Kelebihan dan kekurangan

Tafsir al-Mishbah ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan tafsir ini meliputi, yaitu sangat kontekstual dengan kondisi ke- Indonesiaan, hal yang aktual dalam dunia islam indonesia atau internasional pun dibahas, menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dicerna serta sistematika pembahasannya enak diikuti, selalu menyebutkan orang yang berpendapat, menyebutkan riwayat dan orang yang yang meriwayatkannya. Memberi warna menarik, khas dan relevanuntuk memperkaya pemahaman dan pengkhayatan terhadap rahasia-rahasia makna al-qur‟an. Sistematikanya pun dapat dipahami dengan mudah oleh kalangan umum baik akademis, santri, kyai, bahkan kalangan yang baru masuk islam. bukan kalangan khusus yang mempelajari studi islam saja

Tak ada gading yang tidak retak, tak ada manusia yang sempurna.

Begitupula dengan tafsir al-Mishbah. Dengan sekian banyak kelebihan, iapun mempunyai kekurangan diantaranya kurangnya menjelaskan

kelengkapan hadis dan kualitas hadis, Kurangnya menjelaskan tentang Qiro‟at lain selain Qiro‟at yang umum digunakan di Indonesia (riwayat Hafsh). Walaupun beliau kadang menyebutkan mukharrij dari hadis yang disebutkan, namun tak semua beliau sebutkan dan jelaskan kualitas hadisnya.

27 BAB III

TAKHRIJ HADIS SURAH YASIN A. Profil Surah Yasin

Surah Yasin, sebab penamaannya karena surah tersebut diawali dengan kata itu sendiri. Surah ke-36 dalam mushaf dengan jumlah ayat 83 serta termasuk kategori surah yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad saw.

hijrah atau disebut Makkiyah.1

Dalam surah sebelumnya menjelaskan sikap orang—orang quraisy yang menyatakan bahwa ketika datang seorang rasul kepadanya maka mereka akan mengikutinya. Naamun, sesudah utusan itu datang mereka malah berpaling. Surah yasin pun turun dimana dipermulaan surah menjelaskan untuk menegaskan surah sebelumnya bahwa Allah bersumpah bahwa nabi Muhammad adalah seorang rasul yang diutus untuk memberi peringatan kepada kaum yang belum pernah diperringatkan di masa lalu.2

Surah Yasin, salah satu surah dalam al-Qur‘an yang mayoritas dihafal oleh kaum muslim. Surah ini dikenal dengan Qalbu al-Qur‟an atau jantung al-Qur‘an. Penamaan tersebut oleh Ghozali diuraikan dengan hari Kebangkitan, sedang kebenaran iman seseorang terletak pada keimanan terhadap hari Kebangkitan. Mengapa? Karena iman terhadap hari kebangkitan mendorong manusia beramal tanpa pamrih atau tulus ikhlas dan mendorong untuk tidak melakukan kemaksiatan karena siksaan akhirat telah menanti.3

Salah satu keutamaan surah ini ialah membawa rahmat, berkah dan memudahkan keluarnya roh dari badan. Sebagaimana hadis:

1 . Muchlis M. Hanafi, Jantung al-Qur‟an: Tafsir Surah Yasin, (Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur‘an, 2015), h. 1 dan 3

2 . Hasbi as-Shidqi, Tafsir al-Nur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), cet. 2, h. 3399

3. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), jilid. 11, h. 101-102

Dalam dokumen INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA (Halaman 33-44)

Dokumen terkait